Dukung Jokowi Sejak Wali Kota Solo, Ketum Pemuda Katolik Stefanus Gusma Mundur dari PDIP
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pemuda Katolik (PK) Stefanus Gusma pamit mundur dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ). Gusma bergabung dengan PDIP sejak 2012 diajak Maruarar Sirait yang lebih dulu mundur dari PDIP.
"Iya, saya sudah pamit. Saya sudah sampaikan permohonan maaf, ucapan terima kasih, dan sudah pamit dengan senior-senior saya di partai. Sempat mengirim text WA, dan saya juga membuat surat pengunduran diri sebagai pengurus Badiklatpus," kata Gusma yang pernah menjabat Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) 2009-2011 dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/1/2024).
Gusma terlihat terus mendampingi calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka kampanye di beberapa daerah, seperti kunjungan ke Nusa Tenggara Timur (NTT) pada akhir 2023. Selain itu, ia aktif mendampingi komunitas Solidaritas Anak Muda untuk Keberagaman dan Toleransi Indonesia (Sakti) untuk pemenangan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Acara kick off gerakan door to door 2 juta rumah SAKTI di Kota Solo, Jawa Tengah dihadiri Gibran, Kamis (11/1/2024).
Gusma menjelaskan alasan pengunduruan diri dari PDIP berkaitan dengan perbedaan pandangan di Pilpres 2024. "Pertimbangan saya pamit karena telah berbeda dengan partai soal Pilpres 2024. Saya rasa logis dan etisnya demikian. Dulu saat masih aktivis mahasiswa di Solo, saya sudah jadi relawannya Pak Jokowi saat maju wali kota, lalu ikut berjuang saat beliau maju Gubernur DKI, dan saat maju Pilpres dua kali. Saya juga koordinator door to door-nya Mas Gibran saat maju Wali Kota Solo," katanya.
Keputusan mundur dari PDIP murni keinginannya sendiri tanpa ada tekanan pihak lain di internal maupun eksternal partai. "Saya berkeyakinan dan mengikuti kata hati saya soal sikap politik pengunduran. Pak Jokowi sosok pemimpin yang dicintai rakyatnya. Approval ratingnya sangat tinggi. Pilihan politik saya saat ini senapas dengan mayoritas rakyat yang puas terhadap pemerintahan Jokowi. Nah, saya rasa mungkin itu kesamaan dengan mentor saya Bang Ara (Maruarar Sirait) dalam konteks ini," kata Gusma.
Gusma menjelaskan, Pemuda Katolik memiliki ketetapan nasional dan rekomendasi terkait Pemilu 2024, yakni mendukung kader sebagai penyelenggara/pengawas Pemilu, dan mendukung para kader yang sedang maju sebagai caleg di berbagai partai politik. Selain itu, Gusma juga menegaskan tidak mungkin membawa Pemuda Katolik untuk kepentingan praktis dukung-mendukung.
"Saat ini kami punya 76 kader yang bertugas sebagai KPUD/Bawaslu, pengurus dan kader ada di berbagai parpol dan di semua kubu Pilpres, maka semua harus terorkestrasi, solid, dan kompak. Setelah pemilu usai, kita harus tetap berkarya untuk organisasi. Harus berperan dan tidak boleh baperan," ujarnya.
Dukungan terhadap Prabowo-Gibran semakin mantap usai Prabowo Subianto bersilaturahmi ke Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Gedung KWI Jalan Cut Meutia Nomor 10 Jakarta Pusat, Jumat (26/1/2024). Saat berkunjung ke KWI, Prabowo didampingi Anggota Dewan Pengarah TKN yang juga adiknya, Hashim Djojohadikusumo. Keduanya diterima langsung oleh Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo, Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC.
Pertemuan Prabowo dan KWI digelar tertutup dan berlangsung sekitar satu jam sejak pukul 15.00-16.00 WIB. Prabowo mengatakan, Ignatius Kardinal Suharyo juga menasihati secara umum. Ia memberi saran kepada umat katolik untuk rukun.
"Kami anggap sangat cocok. Sangat bagus untuk seluruh, tidak hanya umat Katolik, tapi juga seluruh rakyat Indonesia," kata Prabowo.
Sementara itu, Ignatius Kardinal Suharyo mengungkapkan, KWI tidak akan berpihak ke pasangan capres-cawapres mana pun. KWI akan mendukung siapa pun pemenang Pemilu 2024.
"Jadi dalam Gereja Katolik pilihan politik itu macam-macam, kami pimpinan-pimpinan gereja tidak boleh berpihak karena tugas kami adalah mempersatukan. Nanti kalau berpihak lalu fungsi pemersatu itu hilang. Kami akan mendukung siapapun yang akan terpilih lewat proses yang memang sudah diatur oleh undang-undang," kata Kardinal Suharyo.
"Iya, saya sudah pamit. Saya sudah sampaikan permohonan maaf, ucapan terima kasih, dan sudah pamit dengan senior-senior saya di partai. Sempat mengirim text WA, dan saya juga membuat surat pengunduran diri sebagai pengurus Badiklatpus," kata Gusma yang pernah menjabat Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) 2009-2011 dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/1/2024).
Gusma terlihat terus mendampingi calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka kampanye di beberapa daerah, seperti kunjungan ke Nusa Tenggara Timur (NTT) pada akhir 2023. Selain itu, ia aktif mendampingi komunitas Solidaritas Anak Muda untuk Keberagaman dan Toleransi Indonesia (Sakti) untuk pemenangan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Acara kick off gerakan door to door 2 juta rumah SAKTI di Kota Solo, Jawa Tengah dihadiri Gibran, Kamis (11/1/2024).
Gusma menjelaskan alasan pengunduruan diri dari PDIP berkaitan dengan perbedaan pandangan di Pilpres 2024. "Pertimbangan saya pamit karena telah berbeda dengan partai soal Pilpres 2024. Saya rasa logis dan etisnya demikian. Dulu saat masih aktivis mahasiswa di Solo, saya sudah jadi relawannya Pak Jokowi saat maju wali kota, lalu ikut berjuang saat beliau maju Gubernur DKI, dan saat maju Pilpres dua kali. Saya juga koordinator door to door-nya Mas Gibran saat maju Wali Kota Solo," katanya.
Keputusan mundur dari PDIP murni keinginannya sendiri tanpa ada tekanan pihak lain di internal maupun eksternal partai. "Saya berkeyakinan dan mengikuti kata hati saya soal sikap politik pengunduran. Pak Jokowi sosok pemimpin yang dicintai rakyatnya. Approval ratingnya sangat tinggi. Pilihan politik saya saat ini senapas dengan mayoritas rakyat yang puas terhadap pemerintahan Jokowi. Nah, saya rasa mungkin itu kesamaan dengan mentor saya Bang Ara (Maruarar Sirait) dalam konteks ini," kata Gusma.
Gusma menjelaskan, Pemuda Katolik memiliki ketetapan nasional dan rekomendasi terkait Pemilu 2024, yakni mendukung kader sebagai penyelenggara/pengawas Pemilu, dan mendukung para kader yang sedang maju sebagai caleg di berbagai partai politik. Selain itu, Gusma juga menegaskan tidak mungkin membawa Pemuda Katolik untuk kepentingan praktis dukung-mendukung.
"Saat ini kami punya 76 kader yang bertugas sebagai KPUD/Bawaslu, pengurus dan kader ada di berbagai parpol dan di semua kubu Pilpres, maka semua harus terorkestrasi, solid, dan kompak. Setelah pemilu usai, kita harus tetap berkarya untuk organisasi. Harus berperan dan tidak boleh baperan," ujarnya.
Dukungan terhadap Prabowo-Gibran semakin mantap usai Prabowo Subianto bersilaturahmi ke Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Gedung KWI Jalan Cut Meutia Nomor 10 Jakarta Pusat, Jumat (26/1/2024). Saat berkunjung ke KWI, Prabowo didampingi Anggota Dewan Pengarah TKN yang juga adiknya, Hashim Djojohadikusumo. Keduanya diterima langsung oleh Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo, Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC.
Pertemuan Prabowo dan KWI digelar tertutup dan berlangsung sekitar satu jam sejak pukul 15.00-16.00 WIB. Prabowo mengatakan, Ignatius Kardinal Suharyo juga menasihati secara umum. Ia memberi saran kepada umat katolik untuk rukun.
"Kami anggap sangat cocok. Sangat bagus untuk seluruh, tidak hanya umat Katolik, tapi juga seluruh rakyat Indonesia," kata Prabowo.
Sementara itu, Ignatius Kardinal Suharyo mengungkapkan, KWI tidak akan berpihak ke pasangan capres-cawapres mana pun. KWI akan mendukung siapa pun pemenang Pemilu 2024.
"Jadi dalam Gereja Katolik pilihan politik itu macam-macam, kami pimpinan-pimpinan gereja tidak boleh berpihak karena tugas kami adalah mempersatukan. Nanti kalau berpihak lalu fungsi pemersatu itu hilang. Kami akan mendukung siapapun yang akan terpilih lewat proses yang memang sudah diatur oleh undang-undang," kata Kardinal Suharyo.
(abd)