Ganjar Bakal Sediakan Internet Cepat, Pengamat: Ketimpangan Digital Tantangan Ekonomi Kreatif

Jum'at, 12 Januari 2024 - 22:31 WIB
loading...
Ganjar Bakal Sediakan Internet Cepat, Pengamat: Ketimpangan Digital Tantangan Ekonomi Kreatif
Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengatakan pengembangan ekonomi kreatif dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan perekonomian. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pelaku ekonomi kreatif di berbagai bidang saat ini masih memiliki banyak tantangan. Salah satunya terkait dengan ketimpangan digital.

“Ekonomi kreatif ini kan luas ya. Ada sub sektor fashion, makan-minum (FnB), digital (apps), dan lainnya. Tentu tantangannya pun berbeda yang dihadapi masing-masing sub sektor,” Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, Jumat(12/1/2024).

Termasuk juga tantangan di sektor digitalisasi. Di tengah permintaan yang terus meningkat, kata Nailul, namun Sumber Daya Manusia (SDM) masih terbatas. “Juga ketimpangan digital di mana infrastruktur menjadi salah satu problemnya,“ kata Nailul.



Sebelumnya, calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengatakan pengembangan ekonomi kreatif dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan perekonomian sekaligus lapangan pekerjaan dalam negeri.

Untuk itu, Ganjar menyebutkan salah satu dukungannya nanti ialah mempercepat penyediaan layanan internet cepat hingga ke wilayah terluar di Indonesia. "Kami dapat fasilitasi dengan internet cepat agar anak-anak Indonesia yang berada di ujung Indonesia sana bisa juga mempunyai knowledge yang bagus," ujarnya.



Pengetahuan mereka dapat ditampung, dikolaborasikan dalam sebuah ruang kreatif. "Mereka punya knowledge yang bagus maka sebenarnya creative hub-nya tinggal disediakan. Kolaborasi di antara mereka sebenarnya memunculkan tokoh-tokoh baru," kata Ganjar.

Nailul menegaskan, dengan digitalisasi, pasar terbuka melampaui batas wilayah. Namun di Indonesia, masih ada batas ‘jaringan’. Akses internet yang belum merata, membuat pasar berbasis digital terkonsentrasi di kota tier 1 dan tier ke 2 alias kota-kota besar.

“Meski secara market besar, namun pasar-nya terkonsentrasi di kota tier 1 dan 2. Kota tier 3 dan 4 masih sangat terbuka, namun potensi-nya terbatas. Makanya perlu dukungan untuk bisa masuk ke kota tier 3 dan 4,” ungkap dia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2035 seconds (0.1#10.140)