Terlalu Dini Jodohkan Prabowo dengan AHY atau Puan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih empat tahun lagi, tetapi nama-nama tokoh nasional dan daerah sudah muncul ke permukaan untuk maju. Para calon dan partai berusaha memelihara peluang untuk bisa bertarung dalam palagan menuju RI-1.
Yang masih hangat tentu muncul dari Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, Jawa Barat (Jabar). Prabowo Subianto kembali terpilih menjadi ketua umum. Seiring dengan itu, para kader mendorong 08-sapaan Prabowo-untuk maju dalam Pilpres 2024.
Bukan tanpa alasan tentunya dorongan itu. Popularitas dan elektabilitas 08 selama ini selalu berada di tiga besar. Gerindra pun memiliki modal yang kuat, yakni 78 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, Gerindra menempati urutan kedua dengan jumlah suara 17.594.839 atau 12,57 persen. ( ).
Pengamat politik Idil Akbar mengatakan, pencalonan kembali Prabowo tidak lepas dari popularitas dan elektabilitasnya yang masih tinggi. "Gerindra merasa ini perlu di-maintenance sehingga pada 2024 tidak perlu mencari orang lain. Itu di luar persoalan post majeure, misalnya Prabowo sakit atau (mengatakan) 'saya sudah selesai', silakan orang lain," ujarnya kepada SINDOnews, Selasa (11/8/2020).
Baru selesai KLB Gerindra, Prabowo sudah dijodoh-jodohkan dengan putra dan putri mahkota dari dua tokoh berpengaruh. Pertama, Prabowo digadang maju dengan Puan Maharani, putri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Kedua, Prabowo dianggap cocok dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang tidak lain adalah putra mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Idil menilai itu tidak lebih dari cocokologi saja karena dinamika politik masih berjalan. ( ).
"Kalaupun dengan Mbak Puan, Mas AHY, atau dengan siapa pun, masih terlalu jauh. Banyak hal yang mungkin terjadi di kemudian hari. Ini hal yang biasa dan wajar-wajar saja. Ini rame-rame politik," tegas pengamat dari Universitas Padjajaran (Unpad) itu.
Pilpres 2024 adalah pasar bebas mengingat petahana Joko Widodo (Jokowi) sudah tidak bisa maju kembali. Tokoh-tokoh dari level nasional, seperti Prabowo, Puan, AHY, dan Erick Thohir, harus bersaing dengan sejumlah pemimpin daerah yang sedang moncer.
Kepala daerah seperti Anies Rasyid Baswedan, Ridwan Kamil, dan Ganjar Pranowo, sudah digadang-gadang sebagai pemimpin masa depan Indonesia. "Ini relatif karena masih dinamis. Ada satu nama lain di tingkat nasional, itu Erick Thohir punya popularitas untuk dicalonkan," pungkas Idil. ( ).
Yang masih hangat tentu muncul dari Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, Jawa Barat (Jabar). Prabowo Subianto kembali terpilih menjadi ketua umum. Seiring dengan itu, para kader mendorong 08-sapaan Prabowo-untuk maju dalam Pilpres 2024.
Bukan tanpa alasan tentunya dorongan itu. Popularitas dan elektabilitas 08 selama ini selalu berada di tiga besar. Gerindra pun memiliki modal yang kuat, yakni 78 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, Gerindra menempati urutan kedua dengan jumlah suara 17.594.839 atau 12,57 persen. ( ).
Pengamat politik Idil Akbar mengatakan, pencalonan kembali Prabowo tidak lepas dari popularitas dan elektabilitasnya yang masih tinggi. "Gerindra merasa ini perlu di-maintenance sehingga pada 2024 tidak perlu mencari orang lain. Itu di luar persoalan post majeure, misalnya Prabowo sakit atau (mengatakan) 'saya sudah selesai', silakan orang lain," ujarnya kepada SINDOnews, Selasa (11/8/2020).
Baru selesai KLB Gerindra, Prabowo sudah dijodoh-jodohkan dengan putra dan putri mahkota dari dua tokoh berpengaruh. Pertama, Prabowo digadang maju dengan Puan Maharani, putri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Kedua, Prabowo dianggap cocok dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang tidak lain adalah putra mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Idil menilai itu tidak lebih dari cocokologi saja karena dinamika politik masih berjalan. ( ).
"Kalaupun dengan Mbak Puan, Mas AHY, atau dengan siapa pun, masih terlalu jauh. Banyak hal yang mungkin terjadi di kemudian hari. Ini hal yang biasa dan wajar-wajar saja. Ini rame-rame politik," tegas pengamat dari Universitas Padjajaran (Unpad) itu.
Pilpres 2024 adalah pasar bebas mengingat petahana Joko Widodo (Jokowi) sudah tidak bisa maju kembali. Tokoh-tokoh dari level nasional, seperti Prabowo, Puan, AHY, dan Erick Thohir, harus bersaing dengan sejumlah pemimpin daerah yang sedang moncer.
Kepala daerah seperti Anies Rasyid Baswedan, Ridwan Kamil, dan Ganjar Pranowo, sudah digadang-gadang sebagai pemimpin masa depan Indonesia. "Ini relatif karena masih dinamis. Ada satu nama lain di tingkat nasional, itu Erick Thohir punya popularitas untuk dicalonkan," pungkas Idil. ( ).
(zik)