Prabowo Bilang Bangsa Akan Ditindas Tanpa Kekuatan Militer, TPN Ganjar-Mahfud: Sesempit Itu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pakar hubungan internasional Tim Pemenangan Nasional ( TPN ) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Thomas Noto Suoneto menilai pandangan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto sempit karena memandang kekuatan negara dilihat dengan kekuatan militernya. Prabowo mengemukakan pandangan itu dalam Debat Ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024) malam.
Saat itu, Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia harus memiliki militer yang kuat, bila tidak akan bernasib seperti Gaza, Palestina ditindas oleh Israel. “Sayang sekali kemarin yang disampaikan 02 khususnya, Indonesia kuat itu sama dengan militernya kuat. Sesempit itu," kata Thomas Noto dalam acara Media Discussion di Media Lounge TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Selasa (9/1/2024).
Dia menyayangkan pandangan Prabowo itu. Padahal, kekuatan negara tak dilihat dari kekuatan militer belaka. Kekuatan negara, kata dia juga bisa dilihat dari kekuatan ekonomi hingga kekuatan berdiplomasi.
"Padahal seperti yang ditawarkan bahwa Indonesia kuat itu memiliki makna yang lebih luas, militer kuat, ekonomi kuat, diplomasi kuat termasuk penguatan agensi kebijakan luar negeri kita, disebutkan misalnya dubes kita perlu diperkuat juga," ucapnya.
Untuk itu, dia merasa, dalam memilih pemimpin perlu melihat pandangannya. "Yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin bahwa kuat itu tidak tradisional orang yang pikirkan, khususnya di masa seperti ini," pungkasnya.
Saat itu, Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia harus memiliki militer yang kuat, bila tidak akan bernasib seperti Gaza, Palestina ditindas oleh Israel. “Sayang sekali kemarin yang disampaikan 02 khususnya, Indonesia kuat itu sama dengan militernya kuat. Sesempit itu," kata Thomas Noto dalam acara Media Discussion di Media Lounge TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta Pusat, Selasa (9/1/2024).
Dia menyayangkan pandangan Prabowo itu. Padahal, kekuatan negara tak dilihat dari kekuatan militer belaka. Kekuatan negara, kata dia juga bisa dilihat dari kekuatan ekonomi hingga kekuatan berdiplomasi.
"Padahal seperti yang ditawarkan bahwa Indonesia kuat itu memiliki makna yang lebih luas, militer kuat, ekonomi kuat, diplomasi kuat termasuk penguatan agensi kebijakan luar negeri kita, disebutkan misalnya dubes kita perlu diperkuat juga," ucapnya.
Untuk itu, dia merasa, dalam memilih pemimpin perlu melihat pandangannya. "Yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin bahwa kuat itu tidak tradisional orang yang pikirkan, khususnya di masa seperti ini," pungkasnya.
(rca)