Inovatif, Kemenag Luncurkan Pencitraan Virtual Candi Borobudur 360
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktorat Jenderal Bimas Buddha Kementerian Agama (Kemenag) merilis Pencitraan Virtual Borobudur 360 di sela acara Devotion Experience (Dev-X) yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Sabtu (6/1/2024).
Dev-X yang dibuka Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini digelar dalam rangka Hari Amal Bakti ke-78 Kemenag dan berlangsung selama tiga hari, 5-7 Januari 2024.
Virtual 360 ini menjadi cara baru menjelajahi Candi Borobudur tanpa harus datang ke Magelang, Jawa Tengah. Inovasi sangat bermanfaat banyak baik untuk aspek pengetahuan ataupun keagamaan.
Peluncuran ditandai dengan kegiatan menonton Pencitraan Virtual Borobudur 360 di dalam stan Pameran Ditjen Bimas Buddha.
Diawali Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi (HDI) Kemenag Akhmad Fauzin, para pengunjung kemudian secara bergantian ikut menikmati pengalaman menjelajahi Borobudur secara virtual.
Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi mengatakan, layanan pencitraan virtual Borobudur 360 ini dihadirkan untuk mendukung peran Candi Borobudur sebagai warisan dunia sekaligus sebagai pusat ibadah umat Buddha di dunia.
Layanan ini juga diharapkan bisa memberi kemudahan bagi masyarakat yang ingin mengetahui dan meneliti dengan seksama relief-relief yang terpahat di Borobudur.
“Silakan lihat pencitraan virtual Borobudur 360 dengan mengunjungi website kami. Ini bagian dari wisata religi dan edukasi berbasis digital. Semoga bermanfaat,” ujar Supriyadi.
Borobudur adalah Candi Buddha terbesar di dunia. Menurut Supriyadi, Candi Borobudur sebagai pusat kegiatan ibadah agama Buddha Indonesia dan dunia disahkan lewat Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimas Buddha Nomor 26 Tahun 2021.
Di sisi lain, Undang-Undang Cagar Budaya juga menegaskan peran Candi Borobudur sebagai warisan dunia yang harus dipelihara kelestariannya.
“Dengan hadirnya Pencitraan Virtual Borobudur 360 ini, diharapkan kebanggaan masyarakat Indonesia pada warisan budayanya semakin kental. Khususnya untuk penganut agama Buddha, aplikasi ini dapat menjadi ruang wisata religi di era digital yang bermanfaat,” ujar Supriyadi.
Kepala Biro HDI Kemenag Akhmad Fauzin menambahkan, Kemenag terus menggalakkan sosialisasi terkait fungsi candi sebagai tempat ibadah.
Untuk penganut agama Buddha ada Candi Borobudur, untuk pemeluk agama Hindu ada Candi Prambanan.
"Selama ini candi hanya dianggap sebagai warisan dan cagar budaya saja, tapi fungsi keagamaannya masih minim. Sekarang dimaksimalkan," jelasnya.
Menurut Fauzin, kehadiran pencitraan virtual Borobudur 360 ini menjadi langkah progresif karena menambah nilai lebih bagi fasilitasi ibadah umat Buddha.
Lindra Hismanto dari Studio Ubud mengatakan, proses desain Pencitraan Virtual Borobudur 360 versi Kemenag ini membutuhkan waktu hampir dua bulan. Sementara untuk pengambilan fotonya membutuhkan waktu empat hari.
“Kami mengambil sedikitnya 700 gambar untuk mengisi aplikasi ini. Dengan sudut pengambilan yang menyeluruh dan kualitas pencahayaan terbaik, maka aplikasi milik Kemenag ini sangat layak untuk dikunjungi,” ujar Lindra.
Sejumlah pengunjung stan Ditjen Bimas Buddha tampak mencoba melihat pencitraan virtual Borobudur 360 melalui alat bantu virtual reality (VR). Tidak sedikit dari mereka yang kagum karena seolah-olah berada langsung di dalam Candi Borobudur.
“Luar biasa, saya seperti berada di dalam Candi Borobudur,” sebut Haniefa, salah seorang pengunjung stan Bimas Buddha.
Dev-X yang dibuka Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ini digelar dalam rangka Hari Amal Bakti ke-78 Kemenag dan berlangsung selama tiga hari, 5-7 Januari 2024.
Virtual 360 ini menjadi cara baru menjelajahi Candi Borobudur tanpa harus datang ke Magelang, Jawa Tengah. Inovasi sangat bermanfaat banyak baik untuk aspek pengetahuan ataupun keagamaan.
Peluncuran ditandai dengan kegiatan menonton Pencitraan Virtual Borobudur 360 di dalam stan Pameran Ditjen Bimas Buddha.
Diawali Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi (HDI) Kemenag Akhmad Fauzin, para pengunjung kemudian secara bergantian ikut menikmati pengalaman menjelajahi Borobudur secara virtual.
Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi mengatakan, layanan pencitraan virtual Borobudur 360 ini dihadirkan untuk mendukung peran Candi Borobudur sebagai warisan dunia sekaligus sebagai pusat ibadah umat Buddha di dunia.
Layanan ini juga diharapkan bisa memberi kemudahan bagi masyarakat yang ingin mengetahui dan meneliti dengan seksama relief-relief yang terpahat di Borobudur.
“Silakan lihat pencitraan virtual Borobudur 360 dengan mengunjungi website kami. Ini bagian dari wisata religi dan edukasi berbasis digital. Semoga bermanfaat,” ujar Supriyadi.
Borobudur adalah Candi Buddha terbesar di dunia. Menurut Supriyadi, Candi Borobudur sebagai pusat kegiatan ibadah agama Buddha Indonesia dan dunia disahkan lewat Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimas Buddha Nomor 26 Tahun 2021.
Di sisi lain, Undang-Undang Cagar Budaya juga menegaskan peran Candi Borobudur sebagai warisan dunia yang harus dipelihara kelestariannya.
“Dengan hadirnya Pencitraan Virtual Borobudur 360 ini, diharapkan kebanggaan masyarakat Indonesia pada warisan budayanya semakin kental. Khususnya untuk penganut agama Buddha, aplikasi ini dapat menjadi ruang wisata religi di era digital yang bermanfaat,” ujar Supriyadi.
Kepala Biro HDI Kemenag Akhmad Fauzin menambahkan, Kemenag terus menggalakkan sosialisasi terkait fungsi candi sebagai tempat ibadah.
Untuk penganut agama Buddha ada Candi Borobudur, untuk pemeluk agama Hindu ada Candi Prambanan.
"Selama ini candi hanya dianggap sebagai warisan dan cagar budaya saja, tapi fungsi keagamaannya masih minim. Sekarang dimaksimalkan," jelasnya.
Menurut Fauzin, kehadiran pencitraan virtual Borobudur 360 ini menjadi langkah progresif karena menambah nilai lebih bagi fasilitasi ibadah umat Buddha.
Lindra Hismanto dari Studio Ubud mengatakan, proses desain Pencitraan Virtual Borobudur 360 versi Kemenag ini membutuhkan waktu hampir dua bulan. Sementara untuk pengambilan fotonya membutuhkan waktu empat hari.
“Kami mengambil sedikitnya 700 gambar untuk mengisi aplikasi ini. Dengan sudut pengambilan yang menyeluruh dan kualitas pencahayaan terbaik, maka aplikasi milik Kemenag ini sangat layak untuk dikunjungi,” ujar Lindra.
Sejumlah pengunjung stan Ditjen Bimas Buddha tampak mencoba melihat pencitraan virtual Borobudur 360 melalui alat bantu virtual reality (VR). Tidak sedikit dari mereka yang kagum karena seolah-olah berada langsung di dalam Candi Borobudur.
“Luar biasa, saya seperti berada di dalam Candi Borobudur,” sebut Haniefa, salah seorang pengunjung stan Bimas Buddha.
(ams)