Gibran dan Panggung Politik Milenial

Senin, 10 Agustus 2020 - 09:23 WIB
loading...
A A A
Politik milenial bukanlah prototype politik yang meneguhkan demokrasi pasar. Sebaliknya, politik milenial dibangun berbasiskan uji argumentasi dan uji program untuk mengartikulasikan percepatan-percepatan dalam meluruskan kembali agenda reformasi yang bengkok terutama di level lokal (otonomi daerah).

Ekosistem politik milenial dibangun berdasarkan karakteristik milenial urban yang creative, confidence dan connected. Karakter kreatif melekat pada perilaku milenial yang lebih menyukai tantangan-tantangan baru termasuk dalam preferensi pekerjaan.

Pilihan profesi pada jejaring industri kreatif seperti content creator, programmer, gamer, vlogger, youtuber ataupun profesi-profesi independen lainnya, menandai elemen-elemen kreativitas pada generasi ini.

Karakter confidence menandai kepercayaan diri yang tinggi kelompok milenial dengan cara pandang optimisme dan interaksinya yang intens dalam berbagai dialektika dan perdebatan-perdebatan di ruang publik virtual. Terhadap fenomena politik, pada titik tertentu, milenial tampak tidak risih lagi berdebat atau mengekspresikan kemerdekaan berpikir dan partisipasi politiknya meski hanya melalui social media.

Sementara itu, karakter connected dicirikan dengan perilaku milenial yang selalu terhubung dengan perangkat teknologi informasi (gadget) sebagai sumber literasi dalam semua dimensi kehidupan.

Di ranah politik, yang cukup menarik adalah karakter detailed kelompok milenial. Karakter ini merefleksikan kecenderungan milenial urban yang menaruh perhatian ekstra, bukan pada narasi-narasi besar yang substantif, tapi pada narasi-narasi kecil seperti gaya rambut politisi, merek sepatu, jam tangan dan pakaian politisi, atau bahkan sisi-sisi privat seperti kehidupan keluarga politisi. Karakter milenial urban yang menaruh perhatian lebih pada narasi-narasi kecil tentu membutuhkan kepiawaian politik pemimpin milenial untuk mengelolanya.

“Kepo” tingkat tinggi dan ekspresi politik generasi milenial seringkali dimanifestasikan pada kecepatannya dalam merespons fenomena-fenomena politik. Meskipun hanya sekadar memencet tombol like, membagikan konten berita politik, atau komentar-komentar singkat melalui perangkat socmed, kelompok milenial menunjukkan awareness-nya terhadap isu-isu politik.

Pada titik inilah, perangkat tools harus dioptimalkan oleh (calon) pemimpin milenial untuk mengakselerasikan transformational leadership-nya dalam menyerap dan menghimpun aspirasi milenial. Digital habit yang terbentuk pada lingkungan milenial memberi efek positif bagi percepatan sosialisasi program-program pemimpin milenial.

Pilihan Gibran pada narasi besar “Melompat Lebih Maju” sangatlah tepat. Namun, narasi politik tersebut perlu ditopang dengan ekosistem politik yang sehat.

“Kita sudah tidak bicara lagi soal perubahan, kita bicara masalah lompatan, kita bicara percepatan, melompat agar lebih sejahtera lagi masyarakatnya” akan dicatat sejarah sebagai komitmen tulus anak milenial. Semoga narasinya tersebut bukan sekadar basa-basi dan janji manis politisi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1530 seconds (0.1#10.140)