Debat Capres-Cawapres dan Capaian RPJMN Kesehatan
loading...
A
A
A
Pada agenda ketiga dari Pembangunan Nasional Indonesia tersebut tercantum meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus fokus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi.
Strategi yang digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.
Dan, kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-indikator pendukungnya.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024. Indikator tersebut merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan atau mengindikasikan keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan.
Tahun 2021 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, “enam indikator sasaran pokok RPJMN bidang kesehatan yang meleset sehingga membutuhkan intervensi khusus. Enam indikator yang meleset tersebut yakni: angka kematian ibu, persentase imunisasi dasar, prevalensi tengkes (stunting), insidensi tuberkolosis, serta dua hal terkait dengan perilaku masyarakat, yakni persentase merokok usia muda dan persentase obesitas.”
Akibat dari melesetnya indikator sasaran pokok RPJMN bidang kesehatan di atas, Kemenkes RI diminta untuk mengatasinya dengan meningkatkan kesehatan ibu dan anak, mempercepat perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit, gerakan masyarakat sehat, dan memperkuat sistem kesehatan. https://www.antaranews.com/, (29/12/2021).
Lalu, mengapa capaian RPJMN Kesehatan 2020-2024 perlu diperdebatkan? Karena RPJMN Kesehatan merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden di bidang kesehatan. Bila target tercapai tentu sangat bagus karena pembangunan kesehatan sukses mencapai target sehingga dapat menjadi pembelajaran untuk perumusan RPJMN berikutnya. Namun bila gagal tentu pula harus diketahui penyebab mengapa ia gagal?
RPJMN Kesehatan ini menjadi semakin penting untuk diperdebatkan karena adanya pernyataan Menteri Bappenas yang mangatakan, “Sembilan dari sepuluh target pembangunan kesehatan pada era Jokowi terancam gagal”.Hanya satu target pembangunan di bidang kesehatan yang sudah tercapai yakni tingkat obesitas penduduk dewasa yang sudah turun hingga 21,8%. (katadata.co.id, 5 Juni 2023).
Sembilan dari 10 target RPJMN Kesehatan yang meleset: (a) Imunisasi dasar lengkap bayi. (b) Presentasi stunting balita (c) Persentase wasting balita atau bertubuh kurus. (d) Insiden tuberkulosis. (e) Eliminasi malaria. (f) Eliminasi kusta. (g) Angka merokok pada anak. (h) Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau FKTP terakreditasi. (i) Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sesuai standar.
Tentu saja rasa ingin tahu kita atas 10 target kesehatan dalam RPMJN tersebut muncul. Bahkan mungkin ada yang ingin tahu lebih jauh lagi. Misalnya, mengapa ada satu target yang dapat dicapai, dengan cara apa untuk mencapainya? Dan mengapa ada sembilan yang lainnya terancam gagal, mengapa bisa terjadi?
Strategi yang digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.
Dan, kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-indikator pendukungnya.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024. Indikator tersebut merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan atau mengindikasikan keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan.
Tahun 2021 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, “enam indikator sasaran pokok RPJMN bidang kesehatan yang meleset sehingga membutuhkan intervensi khusus. Enam indikator yang meleset tersebut yakni: angka kematian ibu, persentase imunisasi dasar, prevalensi tengkes (stunting), insidensi tuberkolosis, serta dua hal terkait dengan perilaku masyarakat, yakni persentase merokok usia muda dan persentase obesitas.”
Akibat dari melesetnya indikator sasaran pokok RPJMN bidang kesehatan di atas, Kemenkes RI diminta untuk mengatasinya dengan meningkatkan kesehatan ibu dan anak, mempercepat perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit, gerakan masyarakat sehat, dan memperkuat sistem kesehatan. https://www.antaranews.com/, (29/12/2021).
Lalu, mengapa capaian RPJMN Kesehatan 2020-2024 perlu diperdebatkan? Karena RPJMN Kesehatan merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden di bidang kesehatan. Bila target tercapai tentu sangat bagus karena pembangunan kesehatan sukses mencapai target sehingga dapat menjadi pembelajaran untuk perumusan RPJMN berikutnya. Namun bila gagal tentu pula harus diketahui penyebab mengapa ia gagal?
RPJMN Kesehatan ini menjadi semakin penting untuk diperdebatkan karena adanya pernyataan Menteri Bappenas yang mangatakan, “Sembilan dari sepuluh target pembangunan kesehatan pada era Jokowi terancam gagal”.Hanya satu target pembangunan di bidang kesehatan yang sudah tercapai yakni tingkat obesitas penduduk dewasa yang sudah turun hingga 21,8%. (katadata.co.id, 5 Juni 2023).
Sembilan dari 10 target RPJMN Kesehatan yang meleset: (a) Imunisasi dasar lengkap bayi. (b) Presentasi stunting balita (c) Persentase wasting balita atau bertubuh kurus. (d) Insiden tuberkulosis. (e) Eliminasi malaria. (f) Eliminasi kusta. (g) Angka merokok pada anak. (h) Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau FKTP terakreditasi. (i) Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sesuai standar.
Tentu saja rasa ingin tahu kita atas 10 target kesehatan dalam RPMJN tersebut muncul. Bahkan mungkin ada yang ingin tahu lebih jauh lagi. Misalnya, mengapa ada satu target yang dapat dicapai, dengan cara apa untuk mencapainya? Dan mengapa ada sembilan yang lainnya terancam gagal, mengapa bisa terjadi?