Manifesto VII, Langkah Berani Galeri Nasional di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Untuk pertama kalinya Galeri Nasional Indonesia (GNI), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menggelar pameran daring (online) yakni pameran daring Manifesto VII “Pandemi”.
Dijadwalkan, pameran ini dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid melalui aplikasi Zoom, Sabtu (8/8/2020) hari ini pukul 16.00 WIB.
Turut bergabung dalam siaran Zoom adalah para peserta pameran, tamu undangan, kurator, serta para pegiat seni rupa Tanah Air. Acara pembukaan juga dapat disaksikan secara langsung oleh publik melalui live Facebook Galeri Nasional Indonesia dan situs galnasonline.id.
Pameran daring Manifesto VII “Pandemi” merupakan gelaran ketujuh dari pameran dua tahunan milik GNI. Pameran ini diinisiasi dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia untuk pertama kali di tahun 2008, dalam rangka menyambut peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Berlanjut ke Manifesto kedua “Percakapan Masa” (2010), Manifesto #3 “Orde dan Konflik” (2012), Manifesto No 4 “Keseharian” (2014), Manifesto V “Arus” (2016), Manifesto 6.0 “Multipolar: Seni Rupa Setelah 20 Tahun Reformasi” (2018), dan sekarang Manifesto VII “Pandemi”.
Tujuan dari Manifesto untuk memetakan perkembangan seni rupa di Indonesia, yang kemudian diwujudkan sebagai manifesto atau pernyataan sikap dalam ekspresi seni rupa.
Tim kurator yang terdiri atas Rizki A Zaelani, Citra Smara Dewi, Sudjud Dartanto, Bayu Genia Krishbie, dan Teguh Margono sepakat mengangkat tema “Pandemi” karena dirasa relevan dengan tujuan memotret perkembangan praktik seni rupa melalui keseharian publik yang memang tengah mengalami banyak perubahan akibat pandemi Covid-19.
Konsep penyajian dan medium karya pun diubah. Jika sebelumnya manifesto khusus mengundang perupa rekomendasi kurator, kini dibuka untuk publik luas.
Medium video pun dipilih karena paling representatif untuk mengekspresikan gagasan, pengalaman, pernyataan, dan harapan peserta pameran untuk disajikan dalam bentuk daring. Hasil dari undangan terbuka berhasil menjaring 333 karya dari 267 peserta, yang kemudian dikurasi hingga jumlah karya video yang berhasil lolos seleksi sebanyak 217 karya dari 204 peserta.
Menurut Rizki A Zaelani, hasil kurasi pameran daring Manifesto VII “Pandemi” menampilkan jenis karya yang beranekaragam yang kemudian bisa dibagi ke dalam dua tipe peserta pameran, seniman dan nonseniman.“Para seniman menghadirkan karya kompleks yang sarat dengan metafor untuk hubungan antara pandemi dengan struktur nilai di luar kemampuan nalar manusia,” kata Rizki.
( )
Sementara peserta non seniman berasal dari latar belakang yang berbeda-beda mulai dari dokter, mahasiswa, guru, pegawai, hingga ibu rumah tangga, menonjolkan dua jenis respons terhadap kondisi pandemi. Pertama, menunjukkan perjuangan mereka beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi, dan kedua, menghadirkan pandemi sebagai sebuah laporan situasi yang menggugah.
Sementara itu, jenis karya yang masuk, meskipun berbentuk video, hasilnya juga beragam. Dari mulai karya lukisan yang dihadirkan lewat medium video, tarian, pemeranan teater, hingga karya yang dibuat dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Variasi ini turut menampilkan perkembangan seni media baru (new media art) di Indonesia yang semakin menggeliat di tengah tantangan dan kompleksitas. “Pameran daring Manifesto VII 'Pandemi' adalah langkah berani GNI untuk berinovasi dan merespons perubahan situasi. Dengan kerja kreatif dan upaya terbaik, harapannya pameran daring Manifesto VII 'Pandemi' bisa diterima oleh publik dan menjadi referensi untuk pameran daring yang bisa terus dikembangkan agar lebih baik di masa depan,” tutur Kepala Galeri Nasional Indonesia
Dijadwalkan, pameran ini dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid melalui aplikasi Zoom, Sabtu (8/8/2020) hari ini pukul 16.00 WIB.
Turut bergabung dalam siaran Zoom adalah para peserta pameran, tamu undangan, kurator, serta para pegiat seni rupa Tanah Air. Acara pembukaan juga dapat disaksikan secara langsung oleh publik melalui live Facebook Galeri Nasional Indonesia dan situs galnasonline.id.
Pameran daring Manifesto VII “Pandemi” merupakan gelaran ketujuh dari pameran dua tahunan milik GNI. Pameran ini diinisiasi dan diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia untuk pertama kali di tahun 2008, dalam rangka menyambut peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional.
Berlanjut ke Manifesto kedua “Percakapan Masa” (2010), Manifesto #3 “Orde dan Konflik” (2012), Manifesto No 4 “Keseharian” (2014), Manifesto V “Arus” (2016), Manifesto 6.0 “Multipolar: Seni Rupa Setelah 20 Tahun Reformasi” (2018), dan sekarang Manifesto VII “Pandemi”.
Tujuan dari Manifesto untuk memetakan perkembangan seni rupa di Indonesia, yang kemudian diwujudkan sebagai manifesto atau pernyataan sikap dalam ekspresi seni rupa.
Tim kurator yang terdiri atas Rizki A Zaelani, Citra Smara Dewi, Sudjud Dartanto, Bayu Genia Krishbie, dan Teguh Margono sepakat mengangkat tema “Pandemi” karena dirasa relevan dengan tujuan memotret perkembangan praktik seni rupa melalui keseharian publik yang memang tengah mengalami banyak perubahan akibat pandemi Covid-19.
Konsep penyajian dan medium karya pun diubah. Jika sebelumnya manifesto khusus mengundang perupa rekomendasi kurator, kini dibuka untuk publik luas.
Medium video pun dipilih karena paling representatif untuk mengekspresikan gagasan, pengalaman, pernyataan, dan harapan peserta pameran untuk disajikan dalam bentuk daring. Hasil dari undangan terbuka berhasil menjaring 333 karya dari 267 peserta, yang kemudian dikurasi hingga jumlah karya video yang berhasil lolos seleksi sebanyak 217 karya dari 204 peserta.
Menurut Rizki A Zaelani, hasil kurasi pameran daring Manifesto VII “Pandemi” menampilkan jenis karya yang beranekaragam yang kemudian bisa dibagi ke dalam dua tipe peserta pameran, seniman dan nonseniman.“Para seniman menghadirkan karya kompleks yang sarat dengan metafor untuk hubungan antara pandemi dengan struktur nilai di luar kemampuan nalar manusia,” kata Rizki.
( )
Sementara peserta non seniman berasal dari latar belakang yang berbeda-beda mulai dari dokter, mahasiswa, guru, pegawai, hingga ibu rumah tangga, menonjolkan dua jenis respons terhadap kondisi pandemi. Pertama, menunjukkan perjuangan mereka beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi, dan kedua, menghadirkan pandemi sebagai sebuah laporan situasi yang menggugah.
Sementara itu, jenis karya yang masuk, meskipun berbentuk video, hasilnya juga beragam. Dari mulai karya lukisan yang dihadirkan lewat medium video, tarian, pemeranan teater, hingga karya yang dibuat dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Variasi ini turut menampilkan perkembangan seni media baru (new media art) di Indonesia yang semakin menggeliat di tengah tantangan dan kompleksitas. “Pameran daring Manifesto VII 'Pandemi' adalah langkah berani GNI untuk berinovasi dan merespons perubahan situasi. Dengan kerja kreatif dan upaya terbaik, harapannya pameran daring Manifesto VII 'Pandemi' bisa diterima oleh publik dan menjadi referensi untuk pameran daring yang bisa terus dikembangkan agar lebih baik di masa depan,” tutur Kepala Galeri Nasional Indonesia
(dam)