Kampanye Pemilu 2024, Wapres: Hati-hati Informasi Hoaks yang Menyesatkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengingatkan kepada masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap informasi hoaks dan menyesatkan di tengah kampanye Pemilihan umum (Pemilu) 2024 .
Hal itu diungkapkan Wapres saat dialog dengan masyarakat Indonesia yang ada di Sarawak, Malaysia dan sekitarnya, bertempat di Ballroom Hotel Pullman Kuching, Sarawak, Malaysia.
“Soal pemilu ini yang sebentar lagi, hari-hari ini sudah mulai kampanye. Pesan saya, hati-hati terhadap informasi-informasi yang menyesatkan, banyak hoaks dan informasi-informasi yang tidak benar,” ujar Wapres dalam keterangan resminya, Kamis (30/11/2023).
Lebih lanjut, Wapres menekankan agar masyarakat tidak menelan mentah informasi yang berpotensi diterima, baik dari media sosial maupun pesan berantai yang diterima di gawai pribadi.
“Jangan mudah menerima semua berita,” ucap Wapres.
Selanjutnya, Wapres juga menyebutkan bahwa perbedaan merupakan hal yang wajar dalam sebuah penyelenggaraan pemilihan umum sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan dapat menerima keberagaman dalam menentukan pilihan.
“Dan namanya pemilihan, pemilu itu harus ada perbedaan. Perbedaan itu niscaya, jadi kalau berbeda pilihan itu tidak masalah. Karena memang pemilu itu untuk memilih yang disukai,” jelas Wapres.
Pada kesempatan yang sama, Wapres menekankan prinsip agar masyarakat dapat menyaring informasi terlebih dahulu sebelum disebarluaskan, serta menerapkan konsep tabayyun atau melakukan pengecekan informasi agar informasi yang disampaikan teruji validitasnya.
“Bangsa kita mudah terbelah kalau terprovokasi. Kita harus saring sebelum sharing,” sebut Wapres.
“Kalau di agama itu diajarkan supaya tabayyun, cek, teliti dulu layak atau tidak. Sebab kalau tidak, tahu-tahu sharing padahal bohong, nanti akan menyesal karena menuduh pihak lain dengan tidak benar. Itu perintah Al-Qur’an seperti itu,” sambungnya.
Adapun pernyataan dari Wapres tersebut menanggapi salah satu perwakilan masyarakat Indonesia saat sesi dialog yang menanyakan solusi agar masyarakat dapat mengetahui kebenaran dari sebuah informasi.
“Kami sebagai penerima berita, pembaca, kalau menurut kami oke, kami sharing. Tapi, untuk mengetahui kebenaran atau tidak, terkadang kami tidak tahu harus di mana mencari kebenaran berita,” tutupnya.
Hal itu diungkapkan Wapres saat dialog dengan masyarakat Indonesia yang ada di Sarawak, Malaysia dan sekitarnya, bertempat di Ballroom Hotel Pullman Kuching, Sarawak, Malaysia.
“Soal pemilu ini yang sebentar lagi, hari-hari ini sudah mulai kampanye. Pesan saya, hati-hati terhadap informasi-informasi yang menyesatkan, banyak hoaks dan informasi-informasi yang tidak benar,” ujar Wapres dalam keterangan resminya, Kamis (30/11/2023).
Lebih lanjut, Wapres menekankan agar masyarakat tidak menelan mentah informasi yang berpotensi diterima, baik dari media sosial maupun pesan berantai yang diterima di gawai pribadi.
“Jangan mudah menerima semua berita,” ucap Wapres.
Selanjutnya, Wapres juga menyebutkan bahwa perbedaan merupakan hal yang wajar dalam sebuah penyelenggaraan pemilihan umum sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan dapat menerima keberagaman dalam menentukan pilihan.
“Dan namanya pemilihan, pemilu itu harus ada perbedaan. Perbedaan itu niscaya, jadi kalau berbeda pilihan itu tidak masalah. Karena memang pemilu itu untuk memilih yang disukai,” jelas Wapres.
Pada kesempatan yang sama, Wapres menekankan prinsip agar masyarakat dapat menyaring informasi terlebih dahulu sebelum disebarluaskan, serta menerapkan konsep tabayyun atau melakukan pengecekan informasi agar informasi yang disampaikan teruji validitasnya.
“Bangsa kita mudah terbelah kalau terprovokasi. Kita harus saring sebelum sharing,” sebut Wapres.
“Kalau di agama itu diajarkan supaya tabayyun, cek, teliti dulu layak atau tidak. Sebab kalau tidak, tahu-tahu sharing padahal bohong, nanti akan menyesal karena menuduh pihak lain dengan tidak benar. Itu perintah Al-Qur’an seperti itu,” sambungnya.
Adapun pernyataan dari Wapres tersebut menanggapi salah satu perwakilan masyarakat Indonesia saat sesi dialog yang menanyakan solusi agar masyarakat dapat mengetahui kebenaran dari sebuah informasi.
“Kami sebagai penerima berita, pembaca, kalau menurut kami oke, kami sharing. Tapi, untuk mengetahui kebenaran atau tidak, terkadang kami tidak tahu harus di mana mencari kebenaran berita,” tutupnya.
(kri)