BKKBN Pasok Data Akurat dan Terbaru Atasi Stunting dan Kemiskinan Ekstrem
loading...
A
A
A
Badan Pangan Nasional selama 2023 telah memberikan bantuan ayam dan telur totalnya 2.837.212 ayam dan telur keluarga. Kemenko PMK pun telah melakukan interoperabilitas kemanfaatan data kepada 37 Kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, provinsi, serta 85 persen kabupaten kota seluruh Indonesia.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional H. Arief Prasetyo Adi yang juga menjadi pembicara kunci pada acara ini mengatakan pemutakhiran data ini menjadi salah satu kunci suksesnya program percepatan penurunan stunting.
“Penyediaan data yang akurat, yang mutakhir, selalu ter-update, menjadi salah satu kunci utama kesuksesan program ini, dan kita harus mulai dari sekarang. Data yang valid, akurat, mutakhir, tentunya kami perlukan, agar intervensi yang kita lakukan bersama-sama tepat sasaran, tepat waktu, dan efektif,” kata Arief.
Menurut Arief, data hasil Pendataan Keluarga BKKBN telah memberikan sejumlah manfaat bagi semua Kementerian dan Lembaga terkait. “Untuk tahun 2024, datanya juga masih 1,4 juta Keluarga Berisiko Stunting, yang ada di tujuh provinsi prioritas, yang pertama adalah Banten, kemudian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Barat, dan Sumatera Utara,” katanya.
Dikatakannya, yang lebih bagus lagi program ini bisa menghubungkan antara produsen, yaitu peternak rakyat. “Jadi yang dipakai vendornya itu bukan yang besar-besar, tapi yang kecil-kecil. Jadi BUMN di bidang pangan menjadi standby buyer untuk meng-off take, membeli dengan harga yang baik, dengan harga yang wajar, kemudian didistribusikan kepada saudara-saudara kita yang memang memerlukan yang masih terkena prevalensi stunting. Dulu ini nggak nyambung, tapi hari ini nyambung,” ujar Arief.
Melalui Badan Pangan Nasional, Arief mengatakan negara mengambil posisi untuk memberikan bantuan pangan kepada masyarakatnya yang memang memerlukan. Bappanas dengan Kementerian Kesehatan mengampanyekan konsumsi B2SA (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman). Ia juga berpesan agar tidak boros pangan dan bijak dalam berbelanja.
“Stop boros pangan. Karena, terakhir saya ke Roma, UN, kita sampaikan sebagai salah satu pembicara bahwa food loss and waste di Indonesia ini luar biasa. Total 31%. Jadi, kalau kita bilang, from farm to table, dari kita produksi, food loss-nya itu 14%,” jelasnya.
Dia memberikan contoh, gabah baru panen, kemudian panennya itu pasti ada kehilangan. “Losses-nya. Itu sekitar 14%. Kemudian, snack yang ada di meja Bapak ini, kurang lebih 17%-nya itu akan terbuang. Tidak akan dihabiskan semua. Sehingga totalnya itu 31%, mungkin dikira-kira sekitar Rp560 triliun. Itu sama saja kita bisa membangun Ibu Kota IKN,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional H. Arief Prasetyo Adi yang juga menjadi pembicara kunci pada acara ini mengatakan pemutakhiran data ini menjadi salah satu kunci suksesnya program percepatan penurunan stunting.
“Penyediaan data yang akurat, yang mutakhir, selalu ter-update, menjadi salah satu kunci utama kesuksesan program ini, dan kita harus mulai dari sekarang. Data yang valid, akurat, mutakhir, tentunya kami perlukan, agar intervensi yang kita lakukan bersama-sama tepat sasaran, tepat waktu, dan efektif,” kata Arief.
Menurut Arief, data hasil Pendataan Keluarga BKKBN telah memberikan sejumlah manfaat bagi semua Kementerian dan Lembaga terkait. “Untuk tahun 2024, datanya juga masih 1,4 juta Keluarga Berisiko Stunting, yang ada di tujuh provinsi prioritas, yang pertama adalah Banten, kemudian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Barat, dan Sumatera Utara,” katanya.
Dikatakannya, yang lebih bagus lagi program ini bisa menghubungkan antara produsen, yaitu peternak rakyat. “Jadi yang dipakai vendornya itu bukan yang besar-besar, tapi yang kecil-kecil. Jadi BUMN di bidang pangan menjadi standby buyer untuk meng-off take, membeli dengan harga yang baik, dengan harga yang wajar, kemudian didistribusikan kepada saudara-saudara kita yang memang memerlukan yang masih terkena prevalensi stunting. Dulu ini nggak nyambung, tapi hari ini nyambung,” ujar Arief.
Melalui Badan Pangan Nasional, Arief mengatakan negara mengambil posisi untuk memberikan bantuan pangan kepada masyarakatnya yang memang memerlukan. Bappanas dengan Kementerian Kesehatan mengampanyekan konsumsi B2SA (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman). Ia juga berpesan agar tidak boros pangan dan bijak dalam berbelanja.
“Stop boros pangan. Karena, terakhir saya ke Roma, UN, kita sampaikan sebagai salah satu pembicara bahwa food loss and waste di Indonesia ini luar biasa. Total 31%. Jadi, kalau kita bilang, from farm to table, dari kita produksi, food loss-nya itu 14%,” jelasnya.
Dia memberikan contoh, gabah baru panen, kemudian panennya itu pasti ada kehilangan. “Losses-nya. Itu sekitar 14%. Kemudian, snack yang ada di meja Bapak ini, kurang lebih 17%-nya itu akan terbuang. Tidak akan dihabiskan semua. Sehingga totalnya itu 31%, mungkin dikira-kira sekitar Rp560 triliun. Itu sama saja kita bisa membangun Ibu Kota IKN,” pungkasnya.
(rca)