Konflik Palestina-Israel Harus Dilihat dari Perspektif Kemanusiaan

Minggu, 19 November 2023 - 22:07 WIB
loading...
Konflik Palestina-Israel...
Dosen UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan, Abdul Rauf Amin. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Bangsa Indonesia telah menunjukkan solidaritas kemanusiaan terhadap rakyat Palestina yang menjadi korban agresi militer Israel. Semangat dalam kepedulian terhadap sesama manusia adalah lentera yang cahayanya bisa menembus batas suku, ras, bangsa dan agama. Apa pun latar belakang seseorang, tidak layak menerima penderitaan seperti yang dialami rakyat Palestina.

Dosen UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan, Abdul Rauf Amin menjelaskan, ada banyak cara untuk menyatakan keprihatinan, dukungan, dan solidaritas terhadap Palestina. Tentunya semua perlu melihat dan mengenali persoalan ini dari perspektif kemanusiaan.

"Mengenali tragedi ini melalui kaca mata kemanusiaan berarti kita sebagai warga negara Indonesia yang mayoritas beragama Islam, bisa menunjukkan kepeduliannya terhadap siapa pun yang menjadi korban terlepas apa pun bangsa atau agamanya," kata Abdul Rauf, Minggu (19/11/2023).



Menurutnya, seandainya bukan Palestina yang menjadi korban, tetap saja peperangan akan menewaskan manusia yang tidak berdosa, termasuk anak-anak dan perempuan. Perang tidak akan membeda-bedakan dalam membuat kerusakan, entah itu pangkalan militer, sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, ataupun fasilitas publik lainnya.

Berbagai kerugian yang ditimbulkan oleh perang tidak lagi memiliki relasi terhadap agama saja, tapi berhubungan langsung terhadap aspek kemanusiaan.

Penulis buku Esai-Esai Maqasid Al-Syariah ini juga mengimbau, sebagai seorang muslim yang baik, umat harus memiliki kepedulian terhadap sesama manusia. Jangankan Palestina yang mayoritasnya beragama Islam, jika ada orang nonmuslim yang dipersekusi kemudian dizalimi seperti itu, seharusnya semua memberikan dukungan, baik secara moral maupun material serta dilakukan dengan cara yang tepat.

"Beberapa pihak menunjukkan keprihatinannya dengan cara melakukan unjuk rasa. Selama ini dilakukan dengan bijak, tentu tidak ada salahnya. Tetapi menurut saya, cara yang lebih efektif adalah bagaimana kita selaku negara Indonesia mengaktifkan jalur diplomasi yang kita miliki," tuturnya.



"Indonesia perlu secara aktif terus mendorong hilangnya agresi militer Israel terhadap Palestina, dan saya kira Indonesia sudah memainkan peranannya dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan Kementerian Luar Negeri yang sangat lantang di PBB menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina," katanya.

Namun Abdul Rauf mengaku tidak melihat efektivitas dari tindakan sebagian pihak yang melakukan boikot produk-produk tertentu yang disinyalir punya afiliasi dengan Israel. Menurutnya, seandainya produk-produk tersebut terbukti punya afiliasi dengan Israel, tapi barang sudah masuk ke Indonesia, maka berarti sudah milik kita. Pemboikotan yang serampangan justru hanya akan merugikan warga Indonesia sendiri.

"Misalnya sebagai seorang muslim yang berdagang, saya punya minimarket atau supermarket. Seandainya umat Islam juga memboikot barang yang menjadi dagangan saya, berarti itu sebenarnya tidak memboikot Israel, dia memboikot saya dan merugikan saya. Bila diteruskan, hal itu menjadi kontraproduktif," katanya.

Menurutnya, pemboikotan paling efektif jika barang yang terafiliasi dengan Israel belum masuk ke Indonesia. Pemerintah dapat melakukan bargaining terhadap Israel, misalnya dengan mengambil sikap kalau Israel meneruskan agresinya, maka Indonesia tidak akan mau meng-import produksi dari Israel. Hal ini tentu lebih efektif ketimbang melakukan pemboikotan sporadis pada barang yang sudah terlanjur masuk Indonesia.

Jebolah Al Azhar Mesir ini mengajak semua pihak melihat konflik Palestina dan Israel dengan jernih dan komprehensif. Jangan sampai peperangan yang berkecamuk di Jalur Gaza justru secara tidak langsung berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Semua pihak tetap harus ingat bahwa sisi kemanusiaan perlu dikedepankan dalam melihat musibah peperangan Palestina-Israel.

"Sikap resmi saya, bahwa siapa pun di dunia yang melihat Palestina menjadi korban dari musibah kemanusiaan ini, pasti mendukung mereka. Siapa pun dan apa pun latar belakangnya, apalagi kalau misalnya kita bawa ke dalam ranah konsep agama Islam. Islam adalah agama yang universal, ia diturunkan untuk menjadi rahmat seluruh alam dan tidak terbatas pada dimensi ruang dan waktu," kata Abdul Rauf.

Akademisi yang aktif menyoroti dinamika politik di Timur Tengah ini berharap agar peperangan ini segera berakhir. Semua pihak yang terlibat perlu mencari jalan tengah untuk perdamaian. "Mereka harus mendahulukan kepentingan kemanusiaan di atas kepentingan sesaat dan golongannya," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0960 seconds (0.1#10.140)