Selain TGB, Sejumlah Faktor Ini Membuat Ganjar-Mahfud Berpotensi Unggul di NTB

Sabtu, 18 November 2023 - 16:42 WIB
loading...
Selain TGB, Sejumlah...
Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 menyampaikan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD berpotensi unggul di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Pilpres 2024. Foto/Dok MPI
A A A
JAKARTA - Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 menyampaikan bahwa pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD berpotensi unggul di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Pilpres 2024. Selain adanya nama Wakil Ketua Koordinator Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, TGB HM Zainul Majdi, ada sejumlah faktor yang membuat Ganjar-Mahfud memiliki kans besar menang di NTB.

“Hasil kajian kami, pasangan Ganjar-Mahfud bakal unggul di NTB. Tapi, memang keunggulannya tidak akan telak terhadap dua kandidat lainnya yakni pasangan Prabowo-Gibran dan Anies-Muhaimin,” kata Direktur Mi6 Bambang Mei Finarwanto, Sabtu (18/11/2023).

Dia menjelaskan, dalam Pemilu 2019 Prabowo memang memperoleh dukungan besar di NTB. Secara keseluruhan, dari total 3.040.686 pengguna hak pilih yang datang ke bilik suara, Prabowo meraih 2.011.319 suara dari warga Bumi Gora.





Sedangkan dukungan untuk Joko Widodo (Jokowi) sebanyak 951.242 suara. Hanya saja, perolehan suara yang besar dalam Pemilu 2019 tersebut tidak serta-merta akan menjadikan Prabowo melenggang dengan mudah di NTB dalam Pilpres 2024.

Sebab, Pemilu 2024 sama sekali adalah medan pertempuran yang berbeda jika dibanding dengan Pemilu 2019. “Demografi dan preferensi pemilih sudah jauh berubah di NTB dalam lima tahun terakhir,” katanya.

Mantan Eksekutif Daerah Walhi NTB dua periode yang karib disapa Didu ini menuturkan, berdasarkan hasil kajian Mi6, preferensi pemilih di NTB di 2024 kini sudah terbelah tiga seiring dengan tiga pasang calon presiden dan wakil presiden yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Masalahnya, basis pemilih Prabowo di NTB memiliki irisan yang sama dengan basis pemilih pasangan Anies-Muhaimin.

Sehingga, dukungan ke Prabowo sudah pasti tidak akan sekencang dukungan di pilpres sebelumnya. Sementara di sisi lain, basis dukungan kalangan nasionalis yang dimotori PDI Perjuangan di NTB, dinilai akan solid ke pasangan Ganjar-Mahfud, dan bahkan bisa meraup tambahan seiring dengan bergabungnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Perindo sebagai penyokong pasangan Ganjar-Mahfud.

Didu menjelaskan, PPP adalah partai pemenang ketiga di NTB dalam Pemilu 2019. Sementara dari sisi partai berbasis Islam, PPP merupakan partai dengan perolehan suara tertinggi di NTB.

Sementara Partai Perindo, seperti yang sudah diketahui khalayak, adalah partai yang dimotori pula tokoh sentral NTB, TGB HM Zainul Majdi yang kini juga merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI).

Bagaimana dengan pengaruh Prabowo yang menggandeng Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres yang merupakan putra sulung Presiden Jokowi, apakah justru tidak akan menjadikan pemilih Jokowi pada Pemilu 2019 di NTB mengalihkan dukungan ke Prabowo-Gibran?

Didu menjelaskan, pengaruh Gibran tidak akan terlalu signifikan di NTB. Sebab, sejak semula, perolehan suara Jokowi dalam Pemilu 2019 di NTB, tidaklah ditopang oleh figur Jokowi secara personal. Namun, berdasarkan kajian Mi6, suara Jokowi tersebut dihasilkan atas kinerja militan para kader dan mesin partai dalam hal ini PDI Perjuangan NTB.

Sehingga Didu meyakini, suara Jokowi dalam Pemilu 2019 justru akan bulat ke pasangan Ganjar-Mahfud. “Jangan lupa juga, dalam Pemilu 2019, masih ada 751.370 pemilih yang golput, yang tidak menggunakan hak suaranya. Hasil kajian Mi6, justru pasangan Ganjar-Mahfud yang paling getol menyasar mereka agar dalam Pemilu 2024 menggunakan hak pilih untuk pasangan Ganjar-Mahfud,” kata Didu.

Lebih lanjut, untuk pertama kali dalam sejarah, dalam Pemilu 2024 di NTB, jumlah pemilih muda akan begitu dominan karena mencapai 2,1 juta atau setara dengan 54 persen dari total jumlah pemilih. Didu menegaskan, perubahan dalam demografi pemilih dapat memengaruhi strategi kampanye.

Sebab, dalam hal ini, kontestan pilpres perlu lebih memperhatikan kelompok pemilih tertentu. Dengan cara itu, kata Didu, kesadaran pemilih bakal meningkat. Dan lagi-lagi, berdasarkan kajian Mi6, pasangan Ganjar-Mahfud sudah selangkah lebih maju dalam hal ini dibanding kandidat lainnya.

“Sudah sangat pasti, Pemilu 2024 bakal melibatkan penggunaan teknologi kampanye yang lebih canggih, seperti analisis data yang mendalam, pemilihan cerdas, dan penggunaan kecerdasan buatan untuk memahami preferensi pemilih dan merancang strategi kampanye yang lebih efektif,” ungkapnya.

Tokoh Sentral dan Mesin Partai


Di sisi lain, perbedaan lanskap Pemilu 2024 dengan Pemilu 2019 terlihat jelas dari perubahan signifikan dalam hal aliansi partai. Tak bisa ditampik, dinamika politik kata Didu sudah pasti mengalami pergeseran akibat kemunculan aliansi baru tersebut.

Dalam banyak pengalaman di berbagai negara, hal tersebut justru memunculkan dan melahirkan pemimpin baru. Kemunculan aliansi baru, juga akan selalu identik dengan munculnya tokoh-tokoh sentral dalam hal arah dukungan mereka kepada kandidat tertentu dalam pilpres.

Didu mengungkapkan, Mi6 melihat bagaimana pasangan Ganjar-Mahfud sudah sangat menyadari hal ini sehingga terlihat aksi nyata mereka dalam hal membangun dan membentuk aliansi dengan tokoh-tokoh lokal dan mendapatkan dukungan dari partai politik yang sudah pasti berkontribusi besar dalam memperkuat basis politik pasangan ini di NTB.

Kata Didu, yang tidak boleh dilupakan adalah bagaimana NTB merupakan provinsi yang memiliki keragaman budaya dan agama. Karena itu, bergabungnya sejumlah ulama dan pemimpin-pemimpin keagamaan dan ormas Islam di NTB dalam barisan Ganjar-Mahfud, sudah pasti akan juga memberikan dampak yang signifikan pula.

Dalam hal ini, Mi6 juga melihat bagaimana tokoh-tokoh kunci di partai-partai utama yang menjadi motor penggerak penyokong kandidat capres dan cawapres dalam Pilpres 2024, sudah sangat jauh berbeda dibanding Pemilu 2019. Tokoh-tokoh utama tersebut, bahkan dalam Pemilu Serentak 2024, tidak lagi ikut bertarung.

Dan hal ini justru banyak menimpa Partai Gerindra yang menjadi motor penggerak utama Prabowo Subianto. Didu mengungkapkan, kehilangan sosok H Bambang Kristiono tak bisa ditampik, akan memberi dampak besar terhadap perolehan suara Gerindra, yang juga diyakini berimbas kepada suara Prabowo dalam pilpres.

Sementara pada saat yang sama, tokoh-tokoh sentral di pasangan Ganjar-Mahfud justru masih sangat aktif, dan kian intens dalam hal bergerak dan solid memenangkan pasangan ini di NTB.

“Mendapati tokoh-tokoh sentral seperti H Rachmat Hidayat, TGB HM Zainul Majdi, dan H Muzihir dalam satu barisan yang menyokong pasangan Ganjar-Mahfud di NTB, akan melawan akal sehat jika mengatakan kalau mereka tidak akan memberi pengaruh besar terhadap potensi keunggulan pasangan Ganjar-Mahfud di NTB,” pungkasnya.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1274 seconds (0.1#10.140)