Gagasan 'Reformasi Gereja' Martin Luther Miliki Peranan Penting dalam Sejarah
A
A
A
JAKARTA - Proposisi ataupun tesis mengenai Reformasi Gereja yang dikembangkan Martin Luther mengawali proses reformasi yang terjadi Pada lima abad yang lalu. Di mana secara aktual reformasi Gereja dimulai oleh kondisi-kondisi sangat kecil, namun menghasilkan perkembangan penting dan konseptual bagi teologi Kristen.
Hal tersebut disampaikan Peneliti Sejarah Kebudayaan dan Filsafat/Teologi dan Penulis Buku, Benni E. Matindas dalam seminar "500 Tahun Reformasi Gereja" yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Teologi Global Glow Indonesia dan bekerjasama dengan Gereja Bethel Indonesia Glow Fellowship Centre di Jl. Teluk Betung, Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (4/11/2017).
Benni menjelaskan, hasil dan dampak reformasi Gereja yang diperjuangkan Luther maupun pemikir lainnya seperti Calvin dan Zwingli sangat luar biasa. Kendati, perjuangan mereka tidak lepas dari kritik dan penilaian yang tidak pas dari sejarawan sekuler, yang sering dengan latah diikuti oleh banyak penulis kristen.
Para sejarawan sekuler menganggap, gagasan dan perjuangan Martin Luther yang cenderung melihat reformasi dengan hanya menekankan pada konstelasi rivalitas politis antar-penguasa wilayah yang pula bertumpang-tindih dengan kekuasan Gereja saat itu.
Benni menganggap bahwa tudingan Sejarawan sekuler tidak seluruhnya tepat. Sebab, tidak sedikit para sejarawan lainnya yang menilai garis perjuangan Martin dinilai sebagai sesuatu yang paralel, namun lebih kecil ketimbang usaha Buddha Gautama mereformasi Hinduisme.
Dia menegaskan, gagasan dan perjuangan reformasi Gereja yang dikumandangkan Martin adalah sejarah yang sangat besar dan penting, bukan saja bagi gereja, melainkan seluruh peradaban umat manusia.
"Pada hari ini, setiap orang kristen, dari gereja dan aliran manapun, yang kurang dapat memberi nilai memadai pada sejarah reformasi sesungguhnya belum pernah bisa secara serius memberi nilai yang sejatinya dia butuhkan bagi sistem penghayatan imannya sendiri," pungkasnya.
Hal tersebut disampaikan Peneliti Sejarah Kebudayaan dan Filsafat/Teologi dan Penulis Buku, Benni E. Matindas dalam seminar "500 Tahun Reformasi Gereja" yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Teologi Global Glow Indonesia dan bekerjasama dengan Gereja Bethel Indonesia Glow Fellowship Centre di Jl. Teluk Betung, Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (4/11/2017).
Benni menjelaskan, hasil dan dampak reformasi Gereja yang diperjuangkan Luther maupun pemikir lainnya seperti Calvin dan Zwingli sangat luar biasa. Kendati, perjuangan mereka tidak lepas dari kritik dan penilaian yang tidak pas dari sejarawan sekuler, yang sering dengan latah diikuti oleh banyak penulis kristen.
Para sejarawan sekuler menganggap, gagasan dan perjuangan Martin Luther yang cenderung melihat reformasi dengan hanya menekankan pada konstelasi rivalitas politis antar-penguasa wilayah yang pula bertumpang-tindih dengan kekuasan Gereja saat itu.
Benni menganggap bahwa tudingan Sejarawan sekuler tidak seluruhnya tepat. Sebab, tidak sedikit para sejarawan lainnya yang menilai garis perjuangan Martin dinilai sebagai sesuatu yang paralel, namun lebih kecil ketimbang usaha Buddha Gautama mereformasi Hinduisme.
Dia menegaskan, gagasan dan perjuangan reformasi Gereja yang dikumandangkan Martin adalah sejarah yang sangat besar dan penting, bukan saja bagi gereja, melainkan seluruh peradaban umat manusia.
"Pada hari ini, setiap orang kristen, dari gereja dan aliran manapun, yang kurang dapat memberi nilai memadai pada sejarah reformasi sesungguhnya belum pernah bisa secara serius memberi nilai yang sejatinya dia butuhkan bagi sistem penghayatan imannya sendiri," pungkasnya.
(pur)