UMKM Menjadi Solusi Persoalan Ketenagakerjaan dan Permintaan (Bagian terakhir dari dua tulisan)
loading...
A
A
A
Dalam pemberdayaan UMKM, filosofi struktur rumah itu juga hampir sama. Yang kami jadikan fondasi dan pertama-tama kami sentuh adalah komitmen bersama para UMKM bahwa mereka ingin maju. Tanpa komitmen itu, strategi dan penjelasan berbusa-busa hampir pasti hanya akan menjadi omong kosong karena subjek tidak memiliki fondasi untuk membangun struktur di atasnya yang lebih kuat.
Kami beruntung bahwa di ketiga lokasi pemberdayaan, kami mendapatkan komitmen yang sangat kuat. Bahkan, di Sukabumi, kami sangat mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Sukabumi yang memiliki komitmen untuk serius dalam menjalankan program pemberdayaan itu. Setelah meletakkan fondasi komitmen yang kuat, struktur di atasnya yakni kapasitas menjadi lebih mudah dibangun. Peningkatan kapasitas itu bisa bermacam bentuk, bisa melalui pelatihan, berbagi pengalaman, dan perbaikan mutu produk yang dihasilkan oleh UMKM.
Namun, dua struktur fondasi dan tiang itu harus dilengkapi oleh atap yang secara filosofis diimplementasikan sebagai konsistensi dalam melaksanakan program. Dari ketiga struktur dalam konsep K3, konsistensi memang merupakan yang paling sulit karena menuntut daya tahan yang tinggi selama proses berlangsung. Tanpa konsistensi, hampir pasti semua perencanaan dan strategi implementasi akan gagal.
Nilai Tambah
Periode kritis selalu meninggalkan pembelajaran baik untuk memperkuat struktur pada periode berikutnya. Pemberdayaan UMKM dan periode kritis akibat Covid-19 secara sahih telah menunjukkan bahwa kita perlu menjaga tumbuhnya local leader. Kegiatan pemberdayaan oleh PT Jamkrindo di Larantuka hanya bisa sukses karena konsistensi pemuka agama dalam mendampingi para petani mete. Demikian juga kampanye antisampah plastik di Geopark Ciletuh yang kini sudah terdiversifikasi kegiatannya pada pemberdayaan ekonomi di Asosiasi Homestay dan sektor produksi makanan olahan oleh para eks buruh migran (TKI/TKW) yang juga bisa berjalan karena ada tokoh masyarakat yang menjadi kepanjangan tangan tanpa kepentingan. Satu-satunya kepentingan para local leader itu adalah membuat fondasi yang kuat bagi perekonomian masyarakat.
Tak berlebihan kiranya kalau kemudian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyambut positif dan mengapresiasi terus berkurangnya jumlah buruh migran Indonesia di luar negeri karena makin meningkatnya kegiatan ekonomi di kawasan Geopark Ciletuh. Peran para local leader itulah yang saat ini sangat diperlukan untuk menjaga ritme perekonomian yang perlahan-lahan bergeliat saat pandemi Covid-19.
Dari pembangunan perekonomian nasional berbasis UMKM, kita juga bisa melihat ada banyak nilai tambah. Dari sisi sosial, geliat aktivitas UMKM selalu memberi harapan bagi para pelakunya untuk hidup lebih baik dan perlahan-lahan naik kelas. Contoh nyata datang dari para petani mete Larantuka yang semula berkalang kemiskinan. Demikian juga para buruh migran asal Geopark Ciletuh yang semula bertahun-tahun mengorbankan waktu berpisah dengan keluarga untuk bekerja di luar negeri, juga dengan para petani kopi di Kintamani yang seumur-umur menjual biji kopi dengan harga murah.
Kegiatan ekonomi UMKM, besar atau kecil volumenya, turut berkontribusi untuk menekan kesenjangan pendapatan yang menjadi duri dalam perekonomian kita. Bahkan, tanpa disadari, UMKM juga menjadi laboratorium inovasi bagi generasi muda. Sejak pemerintah memperkuat perekonomian desa, generasi muda menjadi motor perekonomian lokal melalui usaha kreatif dan mengoptimalkan potensi daerah yang sebelumnya tidak tersentuh. Proses kreatif para pelaku UMKM di banyak daerah juga berhasil menumbuhkembangkan ekosistem UMKM, terutama untuk memenuhi permintaan dan penawaran.
Kami beruntung bahwa di ketiga lokasi pemberdayaan, kami mendapatkan komitmen yang sangat kuat. Bahkan, di Sukabumi, kami sangat mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Sukabumi yang memiliki komitmen untuk serius dalam menjalankan program pemberdayaan itu. Setelah meletakkan fondasi komitmen yang kuat, struktur di atasnya yakni kapasitas menjadi lebih mudah dibangun. Peningkatan kapasitas itu bisa bermacam bentuk, bisa melalui pelatihan, berbagi pengalaman, dan perbaikan mutu produk yang dihasilkan oleh UMKM.
Namun, dua struktur fondasi dan tiang itu harus dilengkapi oleh atap yang secara filosofis diimplementasikan sebagai konsistensi dalam melaksanakan program. Dari ketiga struktur dalam konsep K3, konsistensi memang merupakan yang paling sulit karena menuntut daya tahan yang tinggi selama proses berlangsung. Tanpa konsistensi, hampir pasti semua perencanaan dan strategi implementasi akan gagal.
Nilai Tambah
Periode kritis selalu meninggalkan pembelajaran baik untuk memperkuat struktur pada periode berikutnya. Pemberdayaan UMKM dan periode kritis akibat Covid-19 secara sahih telah menunjukkan bahwa kita perlu menjaga tumbuhnya local leader. Kegiatan pemberdayaan oleh PT Jamkrindo di Larantuka hanya bisa sukses karena konsistensi pemuka agama dalam mendampingi para petani mete. Demikian juga kampanye antisampah plastik di Geopark Ciletuh yang kini sudah terdiversifikasi kegiatannya pada pemberdayaan ekonomi di Asosiasi Homestay dan sektor produksi makanan olahan oleh para eks buruh migran (TKI/TKW) yang juga bisa berjalan karena ada tokoh masyarakat yang menjadi kepanjangan tangan tanpa kepentingan. Satu-satunya kepentingan para local leader itu adalah membuat fondasi yang kuat bagi perekonomian masyarakat.
Tak berlebihan kiranya kalau kemudian Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyambut positif dan mengapresiasi terus berkurangnya jumlah buruh migran Indonesia di luar negeri karena makin meningkatnya kegiatan ekonomi di kawasan Geopark Ciletuh. Peran para local leader itulah yang saat ini sangat diperlukan untuk menjaga ritme perekonomian yang perlahan-lahan bergeliat saat pandemi Covid-19.
Dari pembangunan perekonomian nasional berbasis UMKM, kita juga bisa melihat ada banyak nilai tambah. Dari sisi sosial, geliat aktivitas UMKM selalu memberi harapan bagi para pelakunya untuk hidup lebih baik dan perlahan-lahan naik kelas. Contoh nyata datang dari para petani mete Larantuka yang semula berkalang kemiskinan. Demikian juga para buruh migran asal Geopark Ciletuh yang semula bertahun-tahun mengorbankan waktu berpisah dengan keluarga untuk bekerja di luar negeri, juga dengan para petani kopi di Kintamani yang seumur-umur menjual biji kopi dengan harga murah.
Kegiatan ekonomi UMKM, besar atau kecil volumenya, turut berkontribusi untuk menekan kesenjangan pendapatan yang menjadi duri dalam perekonomian kita. Bahkan, tanpa disadari, UMKM juga menjadi laboratorium inovasi bagi generasi muda. Sejak pemerintah memperkuat perekonomian desa, generasi muda menjadi motor perekonomian lokal melalui usaha kreatif dan mengoptimalkan potensi daerah yang sebelumnya tidak tersentuh. Proses kreatif para pelaku UMKM di banyak daerah juga berhasil menumbuhkembangkan ekosistem UMKM, terutama untuk memenuhi permintaan dan penawaran.
(ras)