UMKM Menjadi Solusi Persoalan Ketenagakerjaan dan Permintaan (Bagian terakhir dari dua tulisan)
loading...
A
A
A
Sulis Usdoko
Pengiat Enterpreneurship Pemula dan SME Expert, Direktur PT Jamkrindo
DALAM perjalanannya, sudah banyak lembaga yang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM). Dengan kondisi UMKM yang belum mampu meningkatkan kontribusi terhadap PDB, walaupun agregat penyerapan tenaga kerjanya sangat besar, diperlukan terobosan baru. Terobosan ini mengacu pada metode pelibatan UMKM pada tiga hal, yakni rational thinking, emotional feeling, dan motivation factor serta mengombinasikannya dengan menempatkan UMKM sebagai subjek, bukan objek.
Emotional Feeling
Pilar selanjutnya dalam pemberdayaan UMKM adalah emotional feeling atau menempatkan diri mengikuti kebiasaan di wilayah setempat. Secara alamiah, masyarakat di mana pun, termasuk para pelaku UMKM, akan lebih mudah menerima tamu yang memegang etika dan mengikuti kebiasaan atau budaya setempat.
Hal ini juga terkonfirmasi di wilayah-wilayah binaan PT Jamkrindo. Di Ciletuh Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGGp/Geopark Ciletuh), kami masuk ke sana tanpa menawarkan atau menjanjikan sesuatu sama sekali. Bahkan, kami masuk ke pemberdayaan UMKM lewat ’jalan samping’, tidak melalui pintu depan. PT Jamkrindo masuk ke Geopark Ciletuh melalui kampanye antisampah plastik, yang di permukaan tampak tidak berkaitan dengan pemberdayaan UMKM. Namun, dari situlah justru pendekatan ini powerful karena Jamkrindo masuk ke pokok persoalan yang dihadapi oleh kawasan Geopark Ciletuh, yakni kebutuhan untuk memperbaiki ekosistem dan pengelolaan sampah plastik serta kebutuhan untuk meningkatkan perekonomian.
Kami juga mengombinasikan pilar kedua, yakni emotional feeling dengan menggandeng tokoh masyarakat dan tokoh pemerintahan yang mereka percaya. Kultur masyarakat setempat yang menempatkan rasa hormat kepada tokoh masyarakat dan tokoh pemerintah ini membuka jalan untuk merumuskan strategi pemberdayaan bersama-bersama. Apalagi, gayung juga disambut oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi yang memiliki komitmen kuat untuk menggerakkan perekonomian di kawasan Geopark Ciletuh. Di Sukabumi jugalah, pertama kalinya PT Jamkrindo melakukan pemberdayaan melalui kesepakatan bersama dengan pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
Pendekatan melalui tokoh agama juga terbukti powerful di Larantuka, di mana strategi pemberdayaan dirumuskan bersama dengan tokoh agama dan umat. Demikian juga di Kintamani, Bali, strategi dirumuskan bersama dengan tokoh masyarakat dan petani kopi setempat untuk mencari solusi budi daya kopi Bali.
Motivation Factor
Pilar ketiga pelibatan UMKM dalam pemberdayaan mereka adalah motivaton factor atau menyisipkan unsur motivasi dalam setiap kegiatan. Di Ciletuh, unsur motivasi itu diimplementasikan dalam gagasan bahwa jika kawasan Geopark bersih dari sampah plastik, kawasan itu akan makin banyak didatangi wisatawan. Dampak makin meningkatnya kunjungan wisatawan tentu langsung pada perekonomian masyarakat, yakni meningkatkan tingkat keterisian homestay, bertambahnya usaha kuliner, dan terbukanya lapangan usaha baru seperti pemandu wisata.
Di Larantuka, faktor motivasi ini juga terbukti mampu mendongkrak kepercayaan diri pelaku usaha bahwa mereka bisa keluar dari kubangan kemiskinan atau jerat rentenir dengan daya upaya mereka sendiri, bukan karena ditolong oleh pihak lain. Dulu, menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi hanyalah mimpi, tetapi kini mimpi itu terwujud. Dan, komoditas yang mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan tetaplah sama, yaitu mete yang sudah mereka budi dayakan sejak beberapa generasi sebelumnya.
Demikian juga di Bali. Selama ini para petani hanya mengirimkan biji kopi kepada pedagang sehingga harga jualnya relatif murah. Melalui pendekatan motivasi dan pelatihan, perlahan-lahan harga jual kopi meningkat. Bahkan, ketika dibukakan fakta bahwa biji kopi luar negeri bisa laku hingga Rp1 juta per kilogram, mereka juga percaya bahwa suatu saat harga jual biji kopi Bali bisa setara.
Konsep K3
Selain ketiga pilar melibatkan UMKM dalam strategi pemberdayaan, kami juga menerapkan konsep K3, yaitu komitmen, kapasitas, dan konsistensi. Konsep K3 ini mirip dengan konstruksi sebuah rumah. Komitmen merupakan fondasi, sementara kapasitas merupakan tiang dan tembok, Adapun konsistensi merupakan atap yang melindungi struktur rumah dan penghuni.
Pengiat Enterpreneurship Pemula dan SME Expert, Direktur PT Jamkrindo
DALAM perjalanannya, sudah banyak lembaga yang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM). Dengan kondisi UMKM yang belum mampu meningkatkan kontribusi terhadap PDB, walaupun agregat penyerapan tenaga kerjanya sangat besar, diperlukan terobosan baru. Terobosan ini mengacu pada metode pelibatan UMKM pada tiga hal, yakni rational thinking, emotional feeling, dan motivation factor serta mengombinasikannya dengan menempatkan UMKM sebagai subjek, bukan objek.
Emotional Feeling
Pilar selanjutnya dalam pemberdayaan UMKM adalah emotional feeling atau menempatkan diri mengikuti kebiasaan di wilayah setempat. Secara alamiah, masyarakat di mana pun, termasuk para pelaku UMKM, akan lebih mudah menerima tamu yang memegang etika dan mengikuti kebiasaan atau budaya setempat.
Hal ini juga terkonfirmasi di wilayah-wilayah binaan PT Jamkrindo. Di Ciletuh Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGGp/Geopark Ciletuh), kami masuk ke sana tanpa menawarkan atau menjanjikan sesuatu sama sekali. Bahkan, kami masuk ke pemberdayaan UMKM lewat ’jalan samping’, tidak melalui pintu depan. PT Jamkrindo masuk ke Geopark Ciletuh melalui kampanye antisampah plastik, yang di permukaan tampak tidak berkaitan dengan pemberdayaan UMKM. Namun, dari situlah justru pendekatan ini powerful karena Jamkrindo masuk ke pokok persoalan yang dihadapi oleh kawasan Geopark Ciletuh, yakni kebutuhan untuk memperbaiki ekosistem dan pengelolaan sampah plastik serta kebutuhan untuk meningkatkan perekonomian.
Kami juga mengombinasikan pilar kedua, yakni emotional feeling dengan menggandeng tokoh masyarakat dan tokoh pemerintahan yang mereka percaya. Kultur masyarakat setempat yang menempatkan rasa hormat kepada tokoh masyarakat dan tokoh pemerintah ini membuka jalan untuk merumuskan strategi pemberdayaan bersama-bersama. Apalagi, gayung juga disambut oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi yang memiliki komitmen kuat untuk menggerakkan perekonomian di kawasan Geopark Ciletuh. Di Sukabumi jugalah, pertama kalinya PT Jamkrindo melakukan pemberdayaan melalui kesepakatan bersama dengan pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
Pendekatan melalui tokoh agama juga terbukti powerful di Larantuka, di mana strategi pemberdayaan dirumuskan bersama dengan tokoh agama dan umat. Demikian juga di Kintamani, Bali, strategi dirumuskan bersama dengan tokoh masyarakat dan petani kopi setempat untuk mencari solusi budi daya kopi Bali.
Motivation Factor
Pilar ketiga pelibatan UMKM dalam pemberdayaan mereka adalah motivaton factor atau menyisipkan unsur motivasi dalam setiap kegiatan. Di Ciletuh, unsur motivasi itu diimplementasikan dalam gagasan bahwa jika kawasan Geopark bersih dari sampah plastik, kawasan itu akan makin banyak didatangi wisatawan. Dampak makin meningkatnya kunjungan wisatawan tentu langsung pada perekonomian masyarakat, yakni meningkatkan tingkat keterisian homestay, bertambahnya usaha kuliner, dan terbukanya lapangan usaha baru seperti pemandu wisata.
Di Larantuka, faktor motivasi ini juga terbukti mampu mendongkrak kepercayaan diri pelaku usaha bahwa mereka bisa keluar dari kubangan kemiskinan atau jerat rentenir dengan daya upaya mereka sendiri, bukan karena ditolong oleh pihak lain. Dulu, menyekolahkan anak-anak hingga perguruan tinggi hanyalah mimpi, tetapi kini mimpi itu terwujud. Dan, komoditas yang mewujudkan mimpi itu menjadi kenyataan tetaplah sama, yaitu mete yang sudah mereka budi dayakan sejak beberapa generasi sebelumnya.
Demikian juga di Bali. Selama ini para petani hanya mengirimkan biji kopi kepada pedagang sehingga harga jualnya relatif murah. Melalui pendekatan motivasi dan pelatihan, perlahan-lahan harga jual kopi meningkat. Bahkan, ketika dibukakan fakta bahwa biji kopi luar negeri bisa laku hingga Rp1 juta per kilogram, mereka juga percaya bahwa suatu saat harga jual biji kopi Bali bisa setara.
Konsep K3
Selain ketiga pilar melibatkan UMKM dalam strategi pemberdayaan, kami juga menerapkan konsep K3, yaitu komitmen, kapasitas, dan konsistensi. Konsep K3 ini mirip dengan konstruksi sebuah rumah. Komitmen merupakan fondasi, sementara kapasitas merupakan tiang dan tembok, Adapun konsistensi merupakan atap yang melindungi struktur rumah dan penghuni.