Sosok Agus Subiyanto, Ditinggal Orang Tua Sejak Kecil hingga Menjadi Jenderal TNI Berkarier Moncer
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jenderal TNI Agus Subiyanto merupakan salah seorang perwira tinggi (Pati) TNI Angkatan Darat. Dia baru saja ditunjuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat ( KSAD ) pada 25 Oktober 2023.
Jauh sebelum menempati posisinya kali ini, Agus memiliki perjalanan hidup yang cukup berliku. Tidak ada yang mudah, namun semua tetap dijalani sebagaimana adanya.
Dalam riwayat hidupnya, Agus memiliki banyak kisah inspiratif yang mungkin bisa menjadi pendorong semangat orang-orang agar tidak menyerah dalam menjalani hidup.
Agus Subiyanto lahir di Cimahi pada 5 Agustus 1967. Ayahnya yang bernama Dedi Unadi dulunya diketahui sebagai seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Awalnya, Agus menjalani hari-harinya sebagaimana anak lain. Namun, keceriaannya terhempas setelah sang ibu meninggalkan keluarga.
Gejolak kemarahan dan rasa frustrasi sempat menghinggapi Agus. Merasa tidak berharga, perlahan ia menarik diri dari pergaulan.
Beberapa waktu berselang, ayahnya membawa sosok perempuan lain ke keluarga dan menjadi ibu tirinya. Karena ayahnya sering bertugas di luar daerah, Agus tumbuh dengan lebih banyak mengandalkan dirinya sendiri.
Bagaikan layang-layang putus tak bertuan, Agus hanya bergerak mengikuti arah mata angin. Tak hanya itu, ia juga tumbuh dalam lingkungan yang keras bagi seorang remaja. Beberapa kali, Agus kabur dari rumah dan terlibat perkelahian.
Belum selesai, Agus kian terpuruk usai ayahnya meninggal dunia. Hal ini terjadi saat hari kenaikan kelas SMA. Sore hari di tahun 1984, rumahnya kedatangan tamu yang ternyata kolega ayahnya di militer.
Ia pun mengabarkan bahwa Serka Dedi meninggal dunia karena sebuah kecelakaan saat mengendarai motor ke tempat kerja. Satu kalimat terakhir yang masih diingat Agus dari ayahnya adalah “Gus, potong rambutmu”. Ucapan tersebut didapat Agus sehari sebelum kejadian itu.
Menghadapi kenyataan pahit, Agus dan adik-adiknya hanya bisa menangis. Pada akhirnya, ia tetap tinggal bersama ibu tiri dan mengandalkan uang pensiunan sang ayah yang jumlahnya tidak seberapa.
Hari berganti hari, semua tetap dilalui Agus meski tidak mudah. Pernah suatu hari, ia berboncengan dengan temannya tanpa mengenakan helm.
Apes, mereka berjumpa petugas polisi militer di sebuah pertigaan. Segera, mereka pun dibawa ke Kantor Denpom di Jalan Gatot Subroto.
Berada di sebuah ruangan kantor, tiba-tiba tubuhnya dihantam sepatu berbahan kulit. Menariknya, Agus tidak memalingkan muka saat tubuhnya ditendang.
“Kutatap dalam-dalam lelaki yang menuntaskan emosinya itu. Dalam hati saya marah dan bilang: lihat saja nanti kalau saya jadi tentara,” kenang Agus sebagaimana dikutip dari pemberitaan SINDOnews, Kamis (2/11/2023).
Peristiwa tersebut seakan menjadi titik balik dari kehidupan Agus Subiyanto. Sepakan yang diterima tubuhnya membangkitkan pesan almarhum ayahnya yang mendorong untuk menjadi tentara dan masuk Akabri.
Sambil memikirkan banyak pertimbangan, Agus memantapkan diri untuk mendaftar ke Sekolah Calon Bintara (Secaba). Namun, ia harus gagal di tangan panitia penentu akhir (pantukhir).
Pasca kegagalan tersebut, Agus dilanda keterpurukan. Kondisinya semakin memprihatinkan ketika ditolak saat melamar sekuriti hingga lamaran kerja lainnya.
Rentetan kegagalan tak lantas membuat Agus menyerah. Menurutnya, hanya takdir yang tak bisa berubah, sedangkan nasib masih bisa diperjuangkan.
Setelah itu, Agus semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salat lima waktu, salat sunnah, hingga doa-doa terus dipanjatkan sambil mengharapkan hal terbaik dari Allah.
“Mendekatkan diri kepada Allah saya lakukan terus-menerus biar tenang,” tuturnya.
“Usaha dan doa tidak akan pernah mengkhianati hasil”, kalimat tersebut mungkin sangat dipercayai Agus. Mendengar kabar pendaftaran Akmil, ia mengikutinya.
Terbukti, kali ini usahanya berhasil. Agus masuk Akademi Militer (Akmil) dan lulus pada 1991.
Agus Subiyanto mendapatkan hasil atas perjuangan dan doanya selama ini. Masuk Akmil, kariernya melejit seiring waktu.
Tak hanya pangkat, hal ini juga dibuktikan dengan berbagai jabatan strategis yang turut ditempatinya. Dari sekian banyak, bisa disebutkan seperti Komandan Paspampres (2020-2021), Panglima Kodam III/Siliwangi (2020-2022), hingga posisi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) yang baru didapat beberapa waktu lalu.
Tak sampai di situ saja, Agus juga berpotensi menjadi Panglima TNI. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kabarnya telah mengajukan nama Agus Subiyanto sebagai bakal calon Panglima TNI.
Lihat Juga: Profil Susilo Adi Purwantoro, Pati TNI Jenderal Bintang Dua Wakil Rektor Universitas Pertahanan
Jauh sebelum menempati posisinya kali ini, Agus memiliki perjalanan hidup yang cukup berliku. Tidak ada yang mudah, namun semua tetap dijalani sebagaimana adanya.
Dalam riwayat hidupnya, Agus memiliki banyak kisah inspiratif yang mungkin bisa menjadi pendorong semangat orang-orang agar tidak menyerah dalam menjalani hidup.
Masa Kecil Agus Subiyanto
Agus Subiyanto lahir di Cimahi pada 5 Agustus 1967. Ayahnya yang bernama Dedi Unadi dulunya diketahui sebagai seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca Juga
Awalnya, Agus menjalani hari-harinya sebagaimana anak lain. Namun, keceriaannya terhempas setelah sang ibu meninggalkan keluarga.
Gejolak kemarahan dan rasa frustrasi sempat menghinggapi Agus. Merasa tidak berharga, perlahan ia menarik diri dari pergaulan.
Beberapa waktu berselang, ayahnya membawa sosok perempuan lain ke keluarga dan menjadi ibu tirinya. Karena ayahnya sering bertugas di luar daerah, Agus tumbuh dengan lebih banyak mengandalkan dirinya sendiri.
Bagaikan layang-layang putus tak bertuan, Agus hanya bergerak mengikuti arah mata angin. Tak hanya itu, ia juga tumbuh dalam lingkungan yang keras bagi seorang remaja. Beberapa kali, Agus kabur dari rumah dan terlibat perkelahian.
Belum selesai, Agus kian terpuruk usai ayahnya meninggal dunia. Hal ini terjadi saat hari kenaikan kelas SMA. Sore hari di tahun 1984, rumahnya kedatangan tamu yang ternyata kolega ayahnya di militer.
Ia pun mengabarkan bahwa Serka Dedi meninggal dunia karena sebuah kecelakaan saat mengendarai motor ke tempat kerja. Satu kalimat terakhir yang masih diingat Agus dari ayahnya adalah “Gus, potong rambutmu”. Ucapan tersebut didapat Agus sehari sebelum kejadian itu.
Hidup Terus Berjalan
Menghadapi kenyataan pahit, Agus dan adik-adiknya hanya bisa menangis. Pada akhirnya, ia tetap tinggal bersama ibu tiri dan mengandalkan uang pensiunan sang ayah yang jumlahnya tidak seberapa.
Baca Juga
Hari berganti hari, semua tetap dilalui Agus meski tidak mudah. Pernah suatu hari, ia berboncengan dengan temannya tanpa mengenakan helm.
Apes, mereka berjumpa petugas polisi militer di sebuah pertigaan. Segera, mereka pun dibawa ke Kantor Denpom di Jalan Gatot Subroto.
Berada di sebuah ruangan kantor, tiba-tiba tubuhnya dihantam sepatu berbahan kulit. Menariknya, Agus tidak memalingkan muka saat tubuhnya ditendang.
“Kutatap dalam-dalam lelaki yang menuntaskan emosinya itu. Dalam hati saya marah dan bilang: lihat saja nanti kalau saya jadi tentara,” kenang Agus sebagaimana dikutip dari pemberitaan SINDOnews, Kamis (2/11/2023).
Peristiwa tersebut seakan menjadi titik balik dari kehidupan Agus Subiyanto. Sepakan yang diterima tubuhnya membangkitkan pesan almarhum ayahnya yang mendorong untuk menjadi tentara dan masuk Akabri.
Sambil memikirkan banyak pertimbangan, Agus memantapkan diri untuk mendaftar ke Sekolah Calon Bintara (Secaba). Namun, ia harus gagal di tangan panitia penentu akhir (pantukhir).
Pasca kegagalan tersebut, Agus dilanda keterpurukan. Kondisinya semakin memprihatinkan ketika ditolak saat melamar sekuriti hingga lamaran kerja lainnya.
Menyerahkan Sepenuhnya kepada Tuhan
Rentetan kegagalan tak lantas membuat Agus menyerah. Menurutnya, hanya takdir yang tak bisa berubah, sedangkan nasib masih bisa diperjuangkan.
Setelah itu, Agus semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salat lima waktu, salat sunnah, hingga doa-doa terus dipanjatkan sambil mengharapkan hal terbaik dari Allah.
“Mendekatkan diri kepada Allah saya lakukan terus-menerus biar tenang,” tuturnya.
“Usaha dan doa tidak akan pernah mengkhianati hasil”, kalimat tersebut mungkin sangat dipercayai Agus. Mendengar kabar pendaftaran Akmil, ia mengikutinya.
Terbukti, kali ini usahanya berhasil. Agus masuk Akademi Militer (Akmil) dan lulus pada 1991.
Karier Moncer hingga Jadi Jenderal TNI
Agus Subiyanto mendapatkan hasil atas perjuangan dan doanya selama ini. Masuk Akmil, kariernya melejit seiring waktu.
Tak hanya pangkat, hal ini juga dibuktikan dengan berbagai jabatan strategis yang turut ditempatinya. Dari sekian banyak, bisa disebutkan seperti Komandan Paspampres (2020-2021), Panglima Kodam III/Siliwangi (2020-2022), hingga posisi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) yang baru didapat beberapa waktu lalu.
Tak sampai di situ saja, Agus juga berpotensi menjadi Panglima TNI. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kabarnya telah mengajukan nama Agus Subiyanto sebagai bakal calon Panglima TNI.
Lihat Juga: Profil Susilo Adi Purwantoro, Pati TNI Jenderal Bintang Dua Wakil Rektor Universitas Pertahanan
(okt)