Sosok Agus Subiyanto, Ditinggal Orang Tua Sejak Kecil hingga Menjadi Jenderal TNI Berkarier Moncer
loading...
A
A
A
Ia pun mengabarkan bahwa Serka Dedi meninggal dunia karena sebuah kecelakaan saat mengendarai motor ke tempat kerja. Satu kalimat terakhir yang masih diingat Agus dari ayahnya adalah “Gus, potong rambutmu”. Ucapan tersebut didapat Agus sehari sebelum kejadian itu.
Menghadapi kenyataan pahit, Agus dan adik-adiknya hanya bisa menangis. Pada akhirnya, ia tetap tinggal bersama ibu tiri dan mengandalkan uang pensiunan sang ayah yang jumlahnya tidak seberapa.
Hari berganti hari, semua tetap dilalui Agus meski tidak mudah. Pernah suatu hari, ia berboncengan dengan temannya tanpa mengenakan helm.
Apes, mereka berjumpa petugas polisi militer di sebuah pertigaan. Segera, mereka pun dibawa ke Kantor Denpom di Jalan Gatot Subroto.
Berada di sebuah ruangan kantor, tiba-tiba tubuhnya dihantam sepatu berbahan kulit. Menariknya, Agus tidak memalingkan muka saat tubuhnya ditendang.
“Kutatap dalam-dalam lelaki yang menuntaskan emosinya itu. Dalam hati saya marah dan bilang: lihat saja nanti kalau saya jadi tentara,” kenang Agus sebagaimana dikutip dari pemberitaan SINDOnews, Kamis (2/11/2023).
Peristiwa tersebut seakan menjadi titik balik dari kehidupan Agus Subiyanto. Sepakan yang diterima tubuhnya membangkitkan pesan almarhum ayahnya yang mendorong untuk menjadi tentara dan masuk Akabri.
Sambil memikirkan banyak pertimbangan, Agus memantapkan diri untuk mendaftar ke Sekolah Calon Bintara (Secaba). Namun, ia harus gagal di tangan panitia penentu akhir (pantukhir).
Pasca kegagalan tersebut, Agus dilanda keterpurukan. Kondisinya semakin memprihatinkan ketika ditolak saat melamar sekuriti hingga lamaran kerja lainnya.
Hidup Terus Berjalan
Menghadapi kenyataan pahit, Agus dan adik-adiknya hanya bisa menangis. Pada akhirnya, ia tetap tinggal bersama ibu tiri dan mengandalkan uang pensiunan sang ayah yang jumlahnya tidak seberapa.
Baca Juga
Hari berganti hari, semua tetap dilalui Agus meski tidak mudah. Pernah suatu hari, ia berboncengan dengan temannya tanpa mengenakan helm.
Apes, mereka berjumpa petugas polisi militer di sebuah pertigaan. Segera, mereka pun dibawa ke Kantor Denpom di Jalan Gatot Subroto.
Berada di sebuah ruangan kantor, tiba-tiba tubuhnya dihantam sepatu berbahan kulit. Menariknya, Agus tidak memalingkan muka saat tubuhnya ditendang.
“Kutatap dalam-dalam lelaki yang menuntaskan emosinya itu. Dalam hati saya marah dan bilang: lihat saja nanti kalau saya jadi tentara,” kenang Agus sebagaimana dikutip dari pemberitaan SINDOnews, Kamis (2/11/2023).
Peristiwa tersebut seakan menjadi titik balik dari kehidupan Agus Subiyanto. Sepakan yang diterima tubuhnya membangkitkan pesan almarhum ayahnya yang mendorong untuk menjadi tentara dan masuk Akabri.
Sambil memikirkan banyak pertimbangan, Agus memantapkan diri untuk mendaftar ke Sekolah Calon Bintara (Secaba). Namun, ia harus gagal di tangan panitia penentu akhir (pantukhir).
Pasca kegagalan tersebut, Agus dilanda keterpurukan. Kondisinya semakin memprihatinkan ketika ditolak saat melamar sekuriti hingga lamaran kerja lainnya.