Pemilu 2024, Ikatan Sarjana Katolik Berharap Tak Ada Ujaran Kebencian

Minggu, 29 Oktober 2023 - 23:12 WIB
loading...
Pemilu 2024, Ikatan...
Ikatan Sarjana Katolik (Iska) DPD DKI berharap, agar Pemilu 2024 bisa dilalui tanpa adanya ujaran kebencian. Pandangan Iska ini tertuang dalam mini riset. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ikatan Sarjana Katolik (Iska) DPD DKI Jakarta berharap, agar Pemilu 2024 bisa dilalui tanpa adanya ujaran kebencian. Pandangan Iska ini tertuang dalam mini riset yang dilakukan 26 september hingga 26 oktober 2023 dan berhasil menjaring 465 responden.

"Riset ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh Iska DPD DKI Jakarta untuk memetakan optimisme dan pesimisme warga Katolik di Jabodetabek terhadap Pemilu 2024," ujar Irene Saptatri, Ketum DPD ISKA DKI Jakarta pada pemaparan hasil riset, Minggu (29/10/2023).

"Pemetaan ini penting untuk melihat dan mendorong partisipasi yang tinggi dalam Pemilu 2024. Pemilu merupakan momentum penting yang akan menentukan arah bangsa Indonesia ke depan," tambahnya.



Irene juga menjelaskan latar belakang dilakukan riset ini karena adanya polarisasi politik yang terjadi selama dua pemilu terakhir 2014 dan berlanjut pada Pemilu 2019.

"Polarisasi tersebut secara tidak sadar menumbuhkan trauma politik bagi kelompok-kelompok yang dianggap minoritas," ucapnya.

Riset yang dilakukan oleh DPD DKI Jakarta tersebut menunjukkan sebesar 33,6 persen responden pesimis dan 21,1 persen responden sangat pesimis bahwa pemilu presiden 2024 akan berjalan tanpa adanya ujaran kebencian.

Sedangkan dalam melihat kemungkinan adanya penyebaran berita bohong dan hoaks sebanyak 38,5 persen responden menyatakan mungkin terjadi dan sejumlah 38,1 persen menyatakan sangat mungkin terjadi.

"Terkait ujaran kebencian juga terdapat prosentase yang cukup tinggi, sebesar 30,5 persen menilai sangat mungkin terjadi ujaran kebecian. Serta sejumlah 32,5 persen lainnya menyatakan mungkin terjadinya ujaran kebencian," ujar Agus Mulyono, Sekum Iska DPD DKI Jakarta yang juga peneliti dari riset ini.

"Pesimisme terhadap proses selama kampanye tak bisa dilepaskan dari proses dua kampanye terakhir pada 2014 dan 2019. Proses politik yang melahirkan polaritas sebagai dampak marketing politik para kandidat telah membuat luka dan trauma politik pada kelompok minoritas seperti komunitas umat katolik di DKI Jakarta," Imbuhnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1633 seconds (0.1#10.140)