Mengenang Setahun Wafatnya Buya Syafii Maarif, Sejarawan yang Kritis
loading...
A
A
A
Dalam kegiatan ini, Maarif Institute menghadirkan Prof Dr Greg Fealy, (Sejarawan Politik dari Australia National University- ANU) untuk menyampaikan pidato kebudayaan memperingati setahun wafatnya Buya Syafii. Acara ini dimoderatori oleh M Rifqi Muna.
Mengawali pemaparannya, Prof Greg menyatakan, bahwa ia tidak mengenal Buya Syafii dengan dekat, namun secara personal, ia telah mengikuti perjalanan karir Buya secara mendalam, terutama pada momen-momen penting dalam kehidupan publik masyarakat Indonesia manakala isu agama dan politik sedang menjadi perdebatan.
Dalam pandangan Greg, Buya Syafii bukan hanya seorang intelektual semata-mata namun juga mantan jurnalis yang memahami bahwa menulis di media adalah soal untuk mendapatkan impact dan hal ini membutuhkan bahasa dan metafora yang gamblang.
Buya, lanjutnya, tidak ingin sekadar menjadi kolumnis yang menulis opini-opini yang menyenangkan dan sedikit menggugah. Beliau ingin merenggut perhatian pembaca, menantang mereka, dan menjadikan mereka berpikir.
Lebih jauh, Greg, memotret ketokohan Buya Syafii sebagai tokoh yang konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsipnya, lebih sistematis dan tekun dalam intelektualismenya, dan lebih bergairah dalam mengecam para pemimpin politik dan agama yang menjadi pelaku kesalahan.
Indonesia, dan bahkan setiap negara, membutuhkan sosok seperti Buya Syafii yang merupakan lentera perjuangan etika, kerendahan hati pribadi, dan kekuatan karakter dalam menghadapi kesulitan yang besar.
"Kita menghargai dan menghormati kenangan terhadap Pak Syafii dan semua yang telah beliau lakukannya untuk menjadikan Indonesia dan dunia menjadi tempat yang lebih baik," jelasnya.
Kegiatan ini diawali dengan hiburan tarian Betawi yang diperagakan oleh mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, dan puisi berjudul Muadzin Bangsa yang dibawakan oleh Penyair Gaus AF. Acara yang diselenggarakan di Auditorium UIII ini dihadiri tidak kurang dari 200-an tamu undangan, yang terdiri dari para pejabat, akademisi, mahasiswa dan masyarakat umum.
Mengawali pemaparannya, Prof Greg menyatakan, bahwa ia tidak mengenal Buya Syafii dengan dekat, namun secara personal, ia telah mengikuti perjalanan karir Buya secara mendalam, terutama pada momen-momen penting dalam kehidupan publik masyarakat Indonesia manakala isu agama dan politik sedang menjadi perdebatan.
Dalam pandangan Greg, Buya Syafii bukan hanya seorang intelektual semata-mata namun juga mantan jurnalis yang memahami bahwa menulis di media adalah soal untuk mendapatkan impact dan hal ini membutuhkan bahasa dan metafora yang gamblang.
Buya, lanjutnya, tidak ingin sekadar menjadi kolumnis yang menulis opini-opini yang menyenangkan dan sedikit menggugah. Beliau ingin merenggut perhatian pembaca, menantang mereka, dan menjadikan mereka berpikir.
Lebih jauh, Greg, memotret ketokohan Buya Syafii sebagai tokoh yang konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsipnya, lebih sistematis dan tekun dalam intelektualismenya, dan lebih bergairah dalam mengecam para pemimpin politik dan agama yang menjadi pelaku kesalahan.
Indonesia, dan bahkan setiap negara, membutuhkan sosok seperti Buya Syafii yang merupakan lentera perjuangan etika, kerendahan hati pribadi, dan kekuatan karakter dalam menghadapi kesulitan yang besar.
"Kita menghargai dan menghormati kenangan terhadap Pak Syafii dan semua yang telah beliau lakukannya untuk menjadikan Indonesia dan dunia menjadi tempat yang lebih baik," jelasnya.
Kegiatan ini diawali dengan hiburan tarian Betawi yang diperagakan oleh mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, dan puisi berjudul Muadzin Bangsa yang dibawakan oleh Penyair Gaus AF. Acara yang diselenggarakan di Auditorium UIII ini dihadiri tidak kurang dari 200-an tamu undangan, yang terdiri dari para pejabat, akademisi, mahasiswa dan masyarakat umum.
(maf)