Kisah Jenderal TNI AD Dicegah Ryamizard Ryacudu Nekat Bawa Uang Sendirian ke Timor Timur

Rabu, 25 Oktober 2023 - 06:21 WIB
loading...
Kisah Jenderal TNI AD...
Mantan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Pangkogabwilhan III) Letjen TNI (Purn) Agus Rohman menceritakan pengalaman militernya ketika awal-awal menjadi prajutit TNI. Foto/Pen Kodam Pattimura
A A A
JAKARTA - Mantan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Pangkogabwilhan III) Letjen TNI (Purn) Agus Rohman menceritakan pengalaman militernya ketika awal-awal menjadi prajurit TNIAD . Agus Rohman yang saat itu masih berpangkat Lettu ditugaskan di daerah operasi Timor Timur yang sekarang menjadi Timor Leste pada tahun 1994.

Lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1988 ini yang juga pernah menjadi Ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini menceritakan pengalaman menegangkannya mendapat tugas dari pimpinan mengantarkan uang ke Timor Timur. Bahkan, tugas yang harus dijalaninya bertaruh nyawa karena sewaktu-waktu bisa berhadapan dengan separatis.



Ketika mendapat penugasan, Agus menjabat sebagai Kasi-4/Log Yonif Linud 330/Tri Dharma Kostrad. Sekaligus menjadi pengalaman pertama kali ditugaskan di medan operasi. Tugasnya saat itu memang bukan di garis depan. Ia bertugas di bagian logistik.

Agus berperan untuk menyiapkan dan mendistribusikan segala kebutuhan logistik tentara di garis depan. Tentunya, hal itu merupakan tantangan bagi dirinya, seorang perwira muda.

"Kamu harus antar uang ini ke Lospalos," perintah Komandan Batalyon Infanteri L 330/TD kepada Lettu Inf Agus Rohman melalui radio racal dikutip dari buku biografinya berjudul "Panglima dari Bandung Selatan, 88 Praktik Kepemimpinan Ala Mayjen TNI H Agus Rohman, S.I.P., M.I.P", Rabu (25/10/2023).

"Siap!" tegas Agus Rohman. Lantas, suasana menjadi hening.

"Izin bertanya, Komandan. Kenapa tidak kemarin saja uang ini diberikan?" lanjutnya.

Pasalnya, keemarin ada pasukan yang datang menggunakan dua mobil. Dia berpikir jika uang itu diberikan kemarin kepada pasukan itu, tentu itu akan lebih baik dan aman.

"Kita tidak bisa mengulang apa yang terjadi kemarin, bukan? Uang itu harus kamu antar ke Lospalos hari ini juga," ujar Komandan Batalyon sekali lagi seolah mempertegas perintah sebelumnya.

Lospalos adalah kota di Timor Leste. Letaknya 248 km di timur Dili, ibu kota negara itu.

"Kamu berangkat ke Lospalos berpakaian preman saja menggunakan bus umum. Tidak perlu membawa senjata," sambung komandannya.

"Siap, Komandan! Tapi izinkan saya membawa pistol," ucap Agus menimpali.

Meski dilarang membawa senjata, bukan tanpa alasan Agus meminta izin membawa pistol dalam perjalanannya. Ketika itu dalam pikiran Agus, jika ia dihadang di perjalanan oleh kelompok Fretelin, minimal ia bisa memberikan perlawanan.

Akan tetapi, Komandan Batalyon tidak mengizinkan Agus membawa pistol. Komandan Batalyon khawatir, apabila ada penghadangan, pistol itu dapat direbut musuh.

Agus kemudian merenung dan akhirnya tetap memutuskan bahwa ia harus membawa pistol sebagai langkah antisipasi. Ia tahu bahwa perjalanan ke Lospalos adalah perjalanan yang berbahaya.

Pria yang dijuluki Kapten sejak kecil ini harus menempuh waktu tujuh jam perjalanan. Bisa saja, di tengah perjalanan ada kelompok separatis yang melakukan penyisiran dan sweeping terhadap anggota TNI.

Jika itu terjadi, Lettu Agus berpikir akan melawan dengan pistolnya. Namun, pikirannya itu ditolak oleh Komandan Batalyon. Agus tetap bersikukuh dengan pikirannya. Ia harus membawa pistol.

Sambungan radio racal pun terputus. Agus Rohman masih berpikir, dirinya butuh keyakinan bahwa ia harus membawa pistol.

"Izin, Pasil sebaiknya Pasi membawa pistol, bahaya," cetus seorang tayanrad (operator radio).

Saran dari operator radio itu memperkuat keyakinannya. Lettu Inf Agus Rohman pun membawa pistol dan berangkat dengan menggunakan bus dari Dili ke Lospalos.

Ia memilih duduk di kursi paling belakang sehingga mudah mengawasi kemungkinan bahaya, misalnya sweeping. Pistolnya telah ia siapkan di balik jaketnya. Siap ditembakkan jika terjebak dalam kondisi yang mendesak.

Bus berhenti. Baru sampai setengah perjalanan, tepatnya di Kota Bakau, bus yang ditumpangi Agus mengerem. Ia pun turun di Kota Bakau, tepatnya di depan Pos Komando Sektor Timur yang dipimpin oleh Kolonel Inf Ryamizard Ryacudu, sebagai Komandan Sektor (Dansektor) ketika itu.

Di sana, ia pun sekaligus menyerahkan surat-surat sebagai laporan kepada Dansektor. Bertemu dengan Dansektor, Kolonel Ryamizard Ryacudu lalu mencecar tujuan perjalanan Agus Rohman. "Kau mau ke mana?" tanya Dansektor.

"Siap! Saya mau ke Lospalos!" jawab Lettu Agus.

"Untuk apa kau ke sana?" tanya Ryamizard.

"Siap! Saya diperintahkan Danyon untuk mengantarkan uang ke Kotis (Komando Taktis) Lospalos," jawabnya dengan tegas.

"Kenapa pergi sendirian? Kamu tahu kemarin ada penghadangan oleh gerombolan di daerah Manatutu?" tanya Ryamizard kembali.

Lettu Inf Agus Rohman tidak diizinkan pergi ke Lospalos. Sementara itu, Kolonel Inf Ryamizard Ryacudu memanggil Komandan Batalyon ke Kota Bakau. Kemudian, Dansektor menanyakan kepada Komandan Batalyon perihal perjalanan Lettu Inf Agus Rohman.

"Mengapa dia ditugaskan berangkat sendiri naik bus tanpa pengawalan?"

Pada saat itu, memang terdapat kesalahan prosedur. Seharusnya, Lettu Inf Agus Rohman tidak berangkat sendirian. Tentu, itu akan mengancam jiwanya. Namun, karena loyalitas kepada pemimpin telah terbangun, perintah berisiko kematian pun siap.

Agus merasa bahwa keputusan dapat menentukan jalan hidup. Jika salah mengambil keputusan, pasti akan ada penyesalan, mungkin penyesalan itu tidak datang saat itu juga, mungkin dua tahun kemudian atau bertahun-tahun yang akan datang. Keputusan Agus Rohman untuk membawa pistol adalah tepat baginya.

Bagi Agus, keputusan yang diambil Kolonel Ryamizard Ryacudu adalah keputusan yang tepat. Sejak saat itu, Agus Rohman muda terinspirasi oleh Ryamizard Ryacudu. Ia mengikuti jejak-jejaknya.



Momen bersama Ryamizard Ryacudu yang paling diingat oleh Agus Rohman adalah saat ia dilantik menjadi Kapten. Setelah lebih dari satu tahun di Timor Timur, pada tanggal 1 April 1995, Lettu Inf Agus Rohman dilantik menjadi Kapten oleh Dansektor Kolonel Inf Ryamizard Ryacudu di Sungai Tehino. Momen itulah yang tidak pernah Agus Rohman lupakan.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1731 seconds (0.1#10.140)