Gerakan Radikalisme Jadi Ancaman Bagi Keindonesiaan

Kamis, 10 Agustus 2017 - 21:32 WIB
Gerakan Radikalisme Jadi Ancaman Bagi Keindonesiaan
Gerakan Radikalisme Jadi Ancaman Bagi Keindonesiaan
A A A
JAKARTA - Gerakan Radikalisme menjadi ancaman bagi keindonesiaan. Demikian topik diskusi Kamisan Taruna Merah Putih (TMP) di Jalan Cik Di Tiro Nomor 10 Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2017).

Diskusi Kamisan yang dimoderatori oleh Twedy Ginting, membahas gerakan radikalisme dan metamorfosisnya serta strategi dan peran pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi gerakan radikalisme. Hadir sebagai narasumber Zuhairi Misrawi, Jhoni Jhuhana mewakili Densus 88, Adin Jauharudin mewakili aktivis Islam dan Sofyan Tsauri mantan napi terorisme.

Mantan Napi Terorisme Sofyan Tsauri mengatakan, berkembangnya radikalisme karena kemampuan kelompok radikal memakai hadis-hadis Alquran dalam perjuangannya. Hal ini didukung oleh situasi ekonomi masyarakat yang mendukung timbulnya gerakan radikalisme.

"Hadis-hadis Alquran digunakan untuk mengindroktrinasi orang-orang yang punya ekonomi lemah, sehingga menjadi radikal dan mau melakukan aksi terorisme. Meski akhirnya saya menyadari terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan para jihadis," ujar Sofyan.

Sementara, Aktivis Islam Adin Jauharudin menyatakan, gerakan radikalisme merupakan suatu siklus. Sehingga harus ditelaah secara utuh. Terlebih gerakan radikalisme di Indonesia punya afiliasi dengan radikalisme internasional. Diperlukan langkah konkret mengatasi gerakan tersebut.

"Gerakan radikalisme harus segera diatasi. Terlebih untuk menyelamatkan generasi muda. Sehingga tepatlah langkah pemerintah menerbitkan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 untuk mengatasi gerakan radikalisme demi keutuhan bangsa Indonesia," tegas Adin.

Mewakili Densus 88 Jhoni Jhuhana mengungkapkan, ada empat ciri kelompok radikal, yakni intoleran, fanatisme, ekslusif, dan revolusioner. "Bila ada individu yang sudah menolak keberagaman dan memaksakan keyakinannya kepada orang lain. Maka orang tersebut termasuk kelompok radikal."

"Dan bila orang tersebut juga mulai hidup secara eksklusif atas ciri-ciri yang diyakini dan bertindak radikal, maka sudah menjurus ke arah aksi terorisme," sambungnya.

Zuhairi Misrawi menyampaikan, pelaku gerakan radikalisme dan terorisme yang berusaha mengganti sistem negara Indonesia karena tidak memahami sejarah berdirinya bangsa Indonesia yang penuh toleran atas dasar Pancasila.

"Pancasila adalah ideologi dan dasar negara yang telah mempersatukan semua keanekaragaman di Indonesia. Sehingga Pancasila harusnya kita sebarkan ke seluruh dunia. Bukan mengimpor sistem nilai lain ke Indonesia," ungkap Zuhairi.

Di akhir diskusi, semua narasumber sepakat untuk mengatasi gerakan radikalisme bersama-sama. Terlebih di era masifnya penggunaan media sosial.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4548 seconds (0.1#10.140)