BP2MI Minta Jepang Tambah Kuota Penempatan Pekerja Migran Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengusulkan penambahan kuota penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Jepang. Khususnya di bidang nurse atau perawat dan careworker.
Hal itu disampaikan Kepala BP2MI Benny Rhamdani saat melakukan kunjungan kerja dalam rangka penguatan tata kelola penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia ke Jepang.
Tiba di Bandara Haneda, rombongan BP2MI langsung melakukan pertemuan dengan JICWELS dan Japan Foundation sebagai stakeholders dalam penempatan PMI melalui skema Government to Government (G to G) ke Jepang.
Dalam pertemuan itu, Benny mengucapkan terima kasih dan merasa terhormat telah diterima oleh JICWELS dalam kunjungan kerja ini. Isu penting yang dibawa BP2MI saat ini adalah pertama, meminta JICWELS untuk menambah kuota bagi Pekerja Migran Indonesia di Jepang, khususnya careworker.
Kedua, menjadi penting juga untuk dipertimbangkan adalah persyaratan pengalaman dua tahun setelah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) bagi jabatan nurse yang dirasa terlalu berat.
“Mengapa kuota nurse sulit tercapai, menurut kami karena persyaratan yang cukup sulit dipenuhi oleh calon pekerja migran kami, sehingga mungkin bisa untuk diturunkan persyaratannya,” ujar Benny dalam keterangannya, Kamis (12/10/2023).
Ketiga, BP2MI mengusulkan untuk dipertimbangkan perubahan pola kuota penempatan nurse dan careworker, di mana kuota nurse sangat sulit dipenuhi. Jadi, jika kuota nurse tidak dapat terpenuhi maka calon PMI dapat mengisinya pda jabatan careworker.
Keempat, mengusulkan perluasan tempat pelatihan bahasa dan lokasi interview test. Seperti diketahui, Indonesia adalah negara kepulauan. Jika pelaksanaan interview hanya di Jakarta, tentu memberikan kesulitan kepada calon PMI yang berada di luar Ibu Kota karena harus mengeluarkan biaya yang tidak kecil.
“Paling tidak ada tiga lokasi baru yang kami usulkan sebagai tempat pelatihan bahasa dan interview test. Ketiga lokasi tersebut mewakili masing-masing region, seperti wilayah barat dilaksanakan di Surabaya, wilayah timur di Manado, dan wilayah tengah di Medan,” jelas Benny.
Managing Director JICWELS Kataoka Yoshikazu mengatakan penerimaan perawat dan careworker di bawah kerangka IJEPA yang dimulai sejak tahun 2008 ini telah banyak menerima PMI. Respons para pemberi kerja sangat baik terhadap kinerja PMI.
“Kami telah menerima berbagai feedback dari instansi medis yang mempekerjakan Pekerja Migran Indonesia bahwa calon perawat dari Indonesia bekerja dengan keras, berani, dan baik hati sehingga mereka puas dengan kinerja dari pekerja,” ujar Kataoka, Kamis (12/10/2023).
Kataoka juga menjelaskan, pada ujian nasional yang dilakukan pada Maret 2023 ini, tingkat kelulusan untuk Pekerja Migran Indonesia pada jabatan Careworker sebesar 67,3%.
“Angka ini merupakan angka tertinggi di dalam sejarah. Begitu pula dengan tingkat kelulusan pada jabatan Nurse juga cukup tinggi,” paparnya.
Terkait penambahan lokasi pelatihan bahasan dan interview, Kataoka menyarankan Indonesia berdiskusi di tingkat pemerintah. Pada 20 November 2023, akan diselenggarakan pertemuan dengan Komite EPA. Pihaknya menyarankan Indonesia menjadikan usulan tersebut sebagai topik pertemuan, sehingga dapat didiskusikan bersama.
Senada, International Operations Section I Japan Foundation, Noguchi Yuko merasa usulan perluasan tempat pelatihan bahasa dan interview test ini agak sulit diubah dalam waktu dekat.
“Apabila jumlah tempat pelatihan diperluas, berarti JICWELS harus meminta Pemerintah Jepang anggaran yang lebih tinggi lagi,” ucapnya.
Hal itu disampaikan Kepala BP2MI Benny Rhamdani saat melakukan kunjungan kerja dalam rangka penguatan tata kelola penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia ke Jepang.
Tiba di Bandara Haneda, rombongan BP2MI langsung melakukan pertemuan dengan JICWELS dan Japan Foundation sebagai stakeholders dalam penempatan PMI melalui skema Government to Government (G to G) ke Jepang.
Dalam pertemuan itu, Benny mengucapkan terima kasih dan merasa terhormat telah diterima oleh JICWELS dalam kunjungan kerja ini. Isu penting yang dibawa BP2MI saat ini adalah pertama, meminta JICWELS untuk menambah kuota bagi Pekerja Migran Indonesia di Jepang, khususnya careworker.
Kedua, menjadi penting juga untuk dipertimbangkan adalah persyaratan pengalaman dua tahun setelah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) bagi jabatan nurse yang dirasa terlalu berat.
“Mengapa kuota nurse sulit tercapai, menurut kami karena persyaratan yang cukup sulit dipenuhi oleh calon pekerja migran kami, sehingga mungkin bisa untuk diturunkan persyaratannya,” ujar Benny dalam keterangannya, Kamis (12/10/2023).
Ketiga, BP2MI mengusulkan untuk dipertimbangkan perubahan pola kuota penempatan nurse dan careworker, di mana kuota nurse sangat sulit dipenuhi. Jadi, jika kuota nurse tidak dapat terpenuhi maka calon PMI dapat mengisinya pda jabatan careworker.
Keempat, mengusulkan perluasan tempat pelatihan bahasa dan lokasi interview test. Seperti diketahui, Indonesia adalah negara kepulauan. Jika pelaksanaan interview hanya di Jakarta, tentu memberikan kesulitan kepada calon PMI yang berada di luar Ibu Kota karena harus mengeluarkan biaya yang tidak kecil.
“Paling tidak ada tiga lokasi baru yang kami usulkan sebagai tempat pelatihan bahasa dan interview test. Ketiga lokasi tersebut mewakili masing-masing region, seperti wilayah barat dilaksanakan di Surabaya, wilayah timur di Manado, dan wilayah tengah di Medan,” jelas Benny.
Managing Director JICWELS Kataoka Yoshikazu mengatakan penerimaan perawat dan careworker di bawah kerangka IJEPA yang dimulai sejak tahun 2008 ini telah banyak menerima PMI. Respons para pemberi kerja sangat baik terhadap kinerja PMI.
“Kami telah menerima berbagai feedback dari instansi medis yang mempekerjakan Pekerja Migran Indonesia bahwa calon perawat dari Indonesia bekerja dengan keras, berani, dan baik hati sehingga mereka puas dengan kinerja dari pekerja,” ujar Kataoka, Kamis (12/10/2023).
Kataoka juga menjelaskan, pada ujian nasional yang dilakukan pada Maret 2023 ini, tingkat kelulusan untuk Pekerja Migran Indonesia pada jabatan Careworker sebesar 67,3%.
“Angka ini merupakan angka tertinggi di dalam sejarah. Begitu pula dengan tingkat kelulusan pada jabatan Nurse juga cukup tinggi,” paparnya.
Terkait penambahan lokasi pelatihan bahasan dan interview, Kataoka menyarankan Indonesia berdiskusi di tingkat pemerintah. Pada 20 November 2023, akan diselenggarakan pertemuan dengan Komite EPA. Pihaknya menyarankan Indonesia menjadikan usulan tersebut sebagai topik pertemuan, sehingga dapat didiskusikan bersama.
Senada, International Operations Section I Japan Foundation, Noguchi Yuko merasa usulan perluasan tempat pelatihan bahasa dan interview test ini agak sulit diubah dalam waktu dekat.
“Apabila jumlah tempat pelatihan diperluas, berarti JICWELS harus meminta Pemerintah Jepang anggaran yang lebih tinggi lagi,” ucapnya.
(kri)