Indonesia Siap Bantu Negara-negara Kepulauan Atasi Perubahan Iklim
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia siap membantu negara- negara kepulauan yang menjadi anggota Archipelagic and Island States (AIS) untuk menangani perubahan iklim . Bantuan tersebut mulai dari pengalaman menangani berbagai permasalahan hingga bantuan dana kepada negara-negara kepulauan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia akan memanfaatkan AIS Forum 2023 untuk membantu negara-negara tersebut. Bantuan dana, kata Luhut, berkisar antara USD10 juta hingga USD50 juta. Luhut menjelaskan meskipun yang diberikan tidak besar, tetapi bantuan ini dinilai cukup konkret dan dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh negara-negara kepulauan.
"Mereka negara kecil, Indonesia sekarang lumayan bisa bantu beberapa juta dolar," kata Luhut dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema ‘Road to AIS Forum 2023: Atasi Permasalahan Kelautan Global’, Senin (25/9/2023).
Luhut menyampaikan, negara-negara berkembang sangat membutuhkan bantuan pendanaan, meski nilainya kecil. Hal ini jelas lebih konkret ketimbang janji bantuan dengan nilai besar dari negara-negara maju, tapi tidak pernah terealisasi sampai sekarang.
Selain bantuan dana, Indonesia akan berbagi pengalaman kesuksesan yang pernah dilakukan dalam penanganan perubahan iklim yang telah menjadi ancaman nyata dunia. Menurutnya, Indonesia memiliki pengalaman yang cukup luas dalam mengatasi perubahan iklim.
"Kita akan sharing banyak pengalaman, bagaimana success story Indonesia menghadapi krisis Covid-19, iklim, dan macam-macam," kata Luhut.
Luhut memberikan contoh bantuan konkret yang akan diberikan Indonesia adalah bantuan untuk mengatasi sampah laut. "Seperti pembangunan infrastruktur pengolahan sampah dan edukasi masyarakat. Selain itu, Indonesia juga akan berbagi pengalaman dalam merestorasi hutan mangrove di bibir pantai," ujarnya.
Lebih jauh Luhut mengatakan, keberanian Indonesia mulai mengambil peran sebagai pemimpin dalam forum internasional seperti KTT AIS 2023 ini tentunya melewati banyak tantangan. Salah satunya adalah masalah kepercayaan diri dari dalam negeri. Hal ini, menurut Luhut, karena Indonesia merupakan negara berkembang dengan sumber daya yang terbatas.
"Selain itu, Indonesia juga khawatir akan adanya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi pemimpin. Awalnya kita tidak percaya diri jadi leader, karena cost leadership harus sharing something," ucapnya.
Indonesia, tambah Luhut, menyadari bahwa potensi pada AIS Forum sangat besar. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, lebih dari 5%, Indonesia pun mulai memainkan peran strategisnya sebagai pemimpin untuk negara-negara kepulauan. Di samping itu, Indonesia juga memiliki pengalaman dan keahlian yang dapat bermanfaat bagi negara-negara lain. Karena itu, AIS Forum untuk pertama kalinya ini menjadi momentum tepat menunjukkan proses kemajuan Indonesia di mata dunia.
"Kita bukan negara super power, tetapi kita adalah negara besar. Kita lihat ada peluang. Sekarang recognize dari dunia, ide ini sangat bagus," kata Luhut.
Untuk diketahui, Indonesia menjadi tuan rumah AIS Forum 2023 yang akan diselenggarakan di Bali pada 10-11 Oktober 2023. Forum yang mengusung tiga tema utama yakni Blue Economy in Achieving Agenda 2030 on SDGs; Our Ocean, Our Future; dan Solidarity, ini akan dihadiri oleh 46 negara kepulauan dari seluruh dunia.
AIS Forum 2023 di Bali ini akan menjadi forum negara kepulauan pertama yang dihadiri langsung oleh beberapa kepala negara. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara pendiri AIS dan memainkan peran aktif dalam forum ini.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia akan memanfaatkan AIS Forum 2023 untuk membantu negara-negara tersebut. Bantuan dana, kata Luhut, berkisar antara USD10 juta hingga USD50 juta. Luhut menjelaskan meskipun yang diberikan tidak besar, tetapi bantuan ini dinilai cukup konkret dan dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh negara-negara kepulauan.
"Mereka negara kecil, Indonesia sekarang lumayan bisa bantu beberapa juta dolar," kata Luhut dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema ‘Road to AIS Forum 2023: Atasi Permasalahan Kelautan Global’, Senin (25/9/2023).
Luhut menyampaikan, negara-negara berkembang sangat membutuhkan bantuan pendanaan, meski nilainya kecil. Hal ini jelas lebih konkret ketimbang janji bantuan dengan nilai besar dari negara-negara maju, tapi tidak pernah terealisasi sampai sekarang.
Selain bantuan dana, Indonesia akan berbagi pengalaman kesuksesan yang pernah dilakukan dalam penanganan perubahan iklim yang telah menjadi ancaman nyata dunia. Menurutnya, Indonesia memiliki pengalaman yang cukup luas dalam mengatasi perubahan iklim.
"Kita akan sharing banyak pengalaman, bagaimana success story Indonesia menghadapi krisis Covid-19, iklim, dan macam-macam," kata Luhut.
Luhut memberikan contoh bantuan konkret yang akan diberikan Indonesia adalah bantuan untuk mengatasi sampah laut. "Seperti pembangunan infrastruktur pengolahan sampah dan edukasi masyarakat. Selain itu, Indonesia juga akan berbagi pengalaman dalam merestorasi hutan mangrove di bibir pantai," ujarnya.
Lebih jauh Luhut mengatakan, keberanian Indonesia mulai mengambil peran sebagai pemimpin dalam forum internasional seperti KTT AIS 2023 ini tentunya melewati banyak tantangan. Salah satunya adalah masalah kepercayaan diri dari dalam negeri. Hal ini, menurut Luhut, karena Indonesia merupakan negara berkembang dengan sumber daya yang terbatas.
"Selain itu, Indonesia juga khawatir akan adanya biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi pemimpin. Awalnya kita tidak percaya diri jadi leader, karena cost leadership harus sharing something," ucapnya.
Indonesia, tambah Luhut, menyadari bahwa potensi pada AIS Forum sangat besar. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, lebih dari 5%, Indonesia pun mulai memainkan peran strategisnya sebagai pemimpin untuk negara-negara kepulauan. Di samping itu, Indonesia juga memiliki pengalaman dan keahlian yang dapat bermanfaat bagi negara-negara lain. Karena itu, AIS Forum untuk pertama kalinya ini menjadi momentum tepat menunjukkan proses kemajuan Indonesia di mata dunia.
"Kita bukan negara super power, tetapi kita adalah negara besar. Kita lihat ada peluang. Sekarang recognize dari dunia, ide ini sangat bagus," kata Luhut.
Untuk diketahui, Indonesia menjadi tuan rumah AIS Forum 2023 yang akan diselenggarakan di Bali pada 10-11 Oktober 2023. Forum yang mengusung tiga tema utama yakni Blue Economy in Achieving Agenda 2030 on SDGs; Our Ocean, Our Future; dan Solidarity, ini akan dihadiri oleh 46 negara kepulauan dari seluruh dunia.
AIS Forum 2023 di Bali ini akan menjadi forum negara kepulauan pertama yang dihadiri langsung oleh beberapa kepala negara. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara pendiri AIS dan memainkan peran aktif dalam forum ini.
(abd)