Tiga Faktor Alutsista TNI Kerap Alami Kecelakaan

Kamis, 18 Mei 2017 - 18:31 WIB
Tiga Faktor Alutsista TNI Kerap Alami Kecelakaan
Tiga Faktor Alutsista TNI Kerap Alami Kecelakaan
A A A
JAKARTA - Insiden meriam Giant Bow yang menewaskan empat prajurit TNI dinilai disebabkan oleh tiga hal. Pertama, karena kesalahan teknis prajurit TNI yang mengoperasikannya alias human error.

Kedua, bisa disebabkan karena kerusakan teknis senjatanya, yaitu Giant Bow bermerk Chang Chong. "Bisa jadi juga kombinasi keduanya, kesalahan teknis senjata yang ditambah human error karena panik misalnya," ujar Anggota Komisi I DPR Sukamta kepada SINDOnews, Kamis (18/5/2017).

Namun, dirinya mengaku belum mengetahui persis bagaimana kronologi detail insiden tersebut. Sebab kata dia, belum ada kejelasan penyebab insiden itu.

"Kecelakaan yang menimpa TNI sudah beberapa kali terjadi, pesawat jatuh, helikopter jatuh, dan lain-lain," papar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Maka itu menurut dia, bisa jadi faktor penyebabnya karena human error atau memang alutsistanya. "Belakangan juga terjadi rudal C705 terlambat meledak saat uji coba di KRI Banjarmasin September 2016," ungkapnya.

Maka itu dia mendorong TNI, menginvestigasi insiden itu secara komprehensif. Menurutnya, TNI juga harus memberikan keterangan secara resmi apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Lebih lanjut dia mengatakan, apapun hasil investigasinya, evaluasi, dan peningkatan kualitas prajurit dan alutsista menjadi suatu keharusan dan keniscayaan. "Kita harus tingkatkan skill, kedisiplinan, dan kesejahteraan TNI," tuturnya.

Dia menambahkan, semua senjata yang digunakan prajurit TNI berbahaya. "Seperti meriam giant bow ini yang konon memiliki kecepatan proyektil 970 meter per detik. Maka harus dioperasikan dengan skill dan mental yang tidak main-main," katanya.

Selain itu lanjut dia, pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) harus diperketat pengontrolan kualitasnya. "Kita terus mendorong peningkatan alutsista TNI, tidak hanya kuantitasnya, aspek kualitas juga harus diprioritaskan," ucapnya.

Sebab menurut dia, lebih baik memiliki jumlah alutsista sedikit tapi berkualitas, dari pada punya alutsista banyak tapi tidak berkualitas. "Karena alutsista yang tidak berkualitas membahayakan kita sendiri," pungkasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6964 seconds (0.1#10.140)