Sejak Awal Januari 2023, Indonesia Dilanda Bencana Lebih dari 3.000 Kali

Senin, 18 September 2023 - 12:43 WIB
loading...
Sejak Awal Januari 2023, Indonesia Dilanda Bencana Lebih dari 3.000 Kali
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan, BNPB melaporkan lebih dari 3.000 kali kejadian bencana melanda Indonesia sejak 1 Januari-18 September 2023. Foto/Binti Mufarida
A A A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan lebih dari 3.000 kali kejadian bencana melanda Indonesia sejak 1 Januari hingga 18 September 2023. Hal ini dikatakan oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto.

"Tahun 2023 ini, per hari ini sudah 3.000 kali bencana lebih terjadi di Indonesia," kata Suharyanto saat menghadiri HUT Dharma Wanita Persatuan BNPB, Senin (18/9/2023).

Suharyanto mengatakan, kejadian bencana pada bulan Januari hingga Juni didominasi oleh banjir, longsor, dan cuaca ekstrem. "Sekarang sudah dari mulai bulan Januari sampai Juni banyaknya banjir, longsor, cuaca ekstrem," ujarnya.

Sementara kata Suharyanto, memasuki bulan Juli, Agustus, dan September kejadian bencana paling banyak adalah kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Bahkan, kejadian karhutla sudah hampir melewati total kejadian banjir dan tanah longsor.



"Masuk bulan Juli Agustus September ini sudah terjadi kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan sudah 500 lebih kejadian sudah hampir melewati kejadian banjir dan tanah longsor," ungkapnya.

"Nah itu memang selalu dihadapi oleh BNPB. Mudah-mudahan kekeringan, kebakaran hutan dan lahan ini tidak terus berlanjut ini menjadi tugas kita bersama," tambah Suharyanto.

Suharyanto dalam beberapa kali kesempatan sering mengatakan, Pemerintah telah menetapkan ada enam provinsi yang menjadi prioritas penanganan karhutla.

"Enam provinsi prioritas tersebut adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah," jelas Suharyanto.

Bahkan kata Suharyanto, sesuai perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa dalam penanganan karhutla tetap mengutamakan pencegahan dan kesiapsiagaan.

"Kita maksimalkan dulu operasi darat dan upaya teknologi modifikasi cuaca. Water bombing adalah upaya terakhir, upaya ini juga terus kita evaluasi," tutupnya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2985 seconds (0.1#10.140)