Jenderal Kopassus Ini Perintahkan Anak Buah Habisi Nyawanya saat Bertemu Musuh di Timor Timur

Senin, 11 September 2023 - 06:01 WIB
loading...
Jenderal Kopassus Ini Perintahkan Anak Buah Habisi Nyawanya saat Bertemu Musuh di Timor Timur
Letjen TNI (Purn) Soegito perwira tinggi TNI AD yang cukup dikenal dan disegani. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Nama Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purn) Soegito merupakan salah seorang perwira tinggi (Pati) TNI Angkatan Darat (AD) yang cukup dikenal dan disegani. Khususnya di Korps Baret Merah Kopassus.

Selain pernah menduduki sejumlah jabatan strategis di tubuh TNI, lulusan Akademi Militer (Akmil) 1961 ini juga kenyang dengan pengalaman tempur di medan operasi. Di antaranya, Operasi Seroja di Timor Timur (Timtim) yang sekarang bernama Timor Leste.

Dalam Operasi Seroja tersebut, Soegito memimpin langsung penerjunan prajurit Kopassus di Kota Dili pada 7 Desember 1975. Bersama pasukannya, mantan Panglima Komando Operasi Keamanan (Pangkoopskam) Timor Timur ini terjun dalam serbuan ke Kota Dili dan terlibat langsung pertempuran dengan kelompok bersenjata Fretilin hingga kota tersebut berhasil dikuasai penuh.

Dikutip dari buku biograi berjudul “Letjen (Purn) Soegito, Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen” keberanian serdadu kelahiran Yogyakarta 15 Februari 1938 menyabung nyawa di medan operasi membuat namanya diperhitungkan dan disegani oleh musuh-musuhnya.



Pernah suatu kali, salah satu kelompok bersenjata yang berafiliasi ke Fretilin ingin berdamai dan tidak mau meneruskan konflik dengan ABRI kini bernama TNI. Kelompok bersenjata yang dipimpin Paolino Gamma atau lebih dikenal dengan sebutan Mauk Muruk ini memilih berdamai dan menyerahkan senjatanya ke TNI.

Jenderal Kopassus Ini Perintahkan Anak Buah Habisi Nyawanya saat Bertemu Musuh di Timor Timur


Namun, Mauk Muruk bersama sekitar 17 pasukannya ini bersedia turun gunung dan menyerahkan diri dengan syarat bertemu langsung pejabat tertinggi yang tak lain adalah Soegito. Pada waktu yang ditetapkan, Mauk Muruk bersama kelompoknya datang ke Markas Koopskam dengan senjata lengkap. Situasi cukup tegang karena kelompok bersenjata ini tidak mau senjatanya dilucuti. Sebelum Soegito datang.

Membaca situasi yang tidak kondusif, Soegito yang dikemudian hari menjabat sebagai Pangdam Jaya ini memberikan satu pesan penting kepada staf pribadinya Sertu Pardi. "Kalau terjadi apa-apa, kamu hamburkan tembakan ke tempat duduk saya," perintah Soegito kepada Sertu Pardi, dikutip SINDOnews, Senin (12/9/2023).

Mendapat perintah tersebut, Sertu Pardi terang saja bingung, lalu bertanya, "Bagaimana kalau Bapak kena?"

Sekali lagi ditegaskan Soegito, "Tidak peduli, tembak, habiskan saja."

Apa yang dikhawatirkan Soegito nyaris terjadi, beruntung Tuhan YME masih menyelamatkan nyawanya. Usai pertemuan Mauk Muruk dan Soegito, prajurit TNI kemudian melakukan pemeriksaan terhadap semua senjata yang telah diserahkan kelompok pemberontak. Di salah satu senjata ditemukan masih ada peluru siap tembak di dalam kamar senjata (bagian belakang laras).

Dalam pertemuan itu, Soegito meminta kepada Mauk Muruk untuk mengajak kelompok-kelompok bersenjata lainnya untuk turun gunung dan menyerahkan senjatanya. Upaya itu cukup berhasil.

Beberapa tahun kemudian, Soegito mendapat informasi bahwa Mauk Muruk yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan bisa berbahasa Inggris dan Indonesia itu memilih pindah ke Lisabon. "Mungkin dia takut dihabisi teman-temannya yang tidak menyerah atau mungkin ia konflik dengan Xanana," kata Soegito.

Keberanian seniornya Soegito di palagan pertempuran diakui Prabowo Subianto yang kini menjabat Menteri Pertahanan (Menhan) dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”.

Kala itu, Prabowo baru saja lulus pendidikan Komando dan ditempatkan di Grup 1 Para Komando. Saat itu, Komandan Grup (Dangrup) 1 adalah Letnan Kolonel (Letkol) Soegito. Bagi Prabowo, Soegito merupakan sosok pemimpin yang selalu berada di tengah-tengah pasukannya ketika merebut Kota Dili.

”Pak Soegito selalu berpesan tentara itu harus siap mati. Tentara harus siap perang. Dalam perang itu tidak ada perbedaan antara prajurit Tamtama yang paling rendah pangkatnya, atau komandan yang paling tinggi pangkatnya. Di kesatuan semua menghadapi risiko yang sama. Selain itu juga pemimpin itu harus berada ditengah-tengah anak buah. Itulah yang dilakukan Pak Soegito,” kenang Prabowo.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1964 seconds (0.1#10.140)