Berkah Ekonomi Kurban

Sabtu, 01 Agustus 2020 - 06:15 WIB
loading...
Berkah Ekonomi Kurban
Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Merayakan Idul Adha tidak hanya bermakna sebagai wujud pengorbanan dan keikhlasan, juga menghadirkan momentum saling berbagi antarmasyarakat, menperkuat ikatan sosial, serta memberdayakan ekonomi rakyat.

Tingginya tingkat spiritual masyarakat Indonesia memiliki andil besar dalam meningkatkan permintaan hewan kurban saat Idul Adha. Harga bukan menjadi pertimbangan masyarakat dalam membeli hewan kurban sehingga tercipta rantai pasok (supply chain) mulai dari peternak, pedagang, jasa angkutan, hingga rumah potong hewan.

Seperti halnya zakat fitrah, ibadah kurban mengandung nilai-nilai kemanusiaan serta maslahat ekonomi yang begitu besar. (Baca: Khutbah Idul Adha, Wapres Ajak Umat Saling Berbagi di tengah Pandemi)

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian mencatat stok ketersediaan hewan kurban lokal sebanyak 2,1 juta ekor yang dinilai mampu memenuhi kebutuhan pelaksanaan kurban pada Hari Raya Idul Adha tahun ini.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen PKH Kementan Syamul Ma'arif menyebutkan bahwa jumlah ternak kurban tahun 2020/1441 H yang akan dipotong secara nasional diprediksi berjumlah 1,8 juta ekor yang terdiri atas domba 392.185 ekor, kambing 853.212 ekor, kerbau 15.653 ekor, dan sapi 541.568 ekor.

Namun, jumlah tersebut mengalami penurunan sekitar 3,5% dari jumlah pemotongan hewan kurban pada 2019 lalu. Penurunan hewan kurban ini dikarenakan adanya wabah Covid-19.

"Meski mengalami penurunan, ketersediaan stok hewan lokal cukup untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban tahun ini. Jumlah ternak yang tersedia secara keseluruhan diperkirakan sebanyak 2.163.141 ekor," kata Syamsul, di Jakarta, kemarin. (Baca juga: Ini Cerita Kakak Tukang Jagal yang Meninggal di Atas Domba)

Pasokan hewan kurban untuk Idul Adha tahun ini berasal dari peternak di Jawa Barat, sebagian lagi didatangkan dari luar provinsi. Domba, misalnya, dipasok dari Jawa Barat, sementara kambing, terutama ras randu jantan, didatangkan dari luar Jawa Barat.

"Dalam dua tahun terakhir ini sapi jantan Bali mulai diminati untuk dijadikan hewan kurban. Sapi jantan untuk kurban ini diperoleh dari Bali, NTB, serta NTT. Tetapi, mengingat kendala adanya wabah korona ini, untuk pasokan sapi, kita datangkan dari Pulau Jawa, seperti Wonosobo," tutur Syamsul.

Idul Adha diyakini akan terus memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Apalagi, saat ini banyak lembaga sosial terlibat di dalam rantai pasok kurban.

Seperti Dompet Dhuafa yang telah mengubah gerakan berkurban dari santunan menjadi gerakan ekonomi rakyat dengan program pembudidayaan peternakan di 18 provinsi. Begitu pula rumah Zakat Indonesia, memasuki tahap industrialisasi, mengolah daging kurban menjadi produk olahan tahan lama.

Dengan begitu, dua tujuan utama, yaitu sosial dan ekonomi tercapai. Sementara itu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) merangkul masyarakat untuk menjadi agen peternak ACT. (Baca juga: Jet Tempur F-16 Turki Tiba di Azerbaijan untuk Latihan Gabungan)

"Ada manfaat ekonomi yang besar sekali dari ibadah ini. Kita melibatkan ratusan bahkan ribuan peternak yang sangat berharap sekali dalam situasi Covid-19 ini. Karena, mereka sempat khawatir apakah hewan ternaknya dapat dibeli oleh orang yang mau berkurban. Oleh karena itu, manfaat ekonomi dari berkurban adalah membuka lapangan pekerjaan bagi ribuan bahkan jutaan peternak," ujar Ketua Dewan Pembina ACT Ahyudin.

Ahyudin mengatakan, dari berkurban ini, ACT bisa membantu khususnya korban PHK sebagai agen kurban. Dalam sistem ini kita mengajak masyarakat untuk terlibat dalam proses pemasaran hewan kurban yang nantinya akan mendapatkan keuntungan terbaik dari setiap hewan yang terjual. Harapannya, keuntungan dari penjualan hewan kurban tersebut mampu mengurangi beban perekonomian.

"Saat ini kita melibatkan banyak agen kurban dan ada banyak sedekah di situ. Jadi, spirit berkurban di saat pandemi ini bukan sekadar ibadah memotong daging kurban, tetapi ada ribuan bahkan jutaan masyarakat yang perekonomiannya bisa terbantu," tuturnya.

Sementara untuk penyaluran hewan kurban sendiri, ACT nantinya berencana menyalurkan kurban di wilayah Pulau Jawa, karena merupakan episentrum pandemi, kemudian sisanya di luar Pulau Jawa dan luar negeri.

"Dari 100.000 hewan kurban setara sapi, 50% kami sebarkan di Pulau Jawa karena episentrum pandeminya ada di Pulau Jawa, khususnya di Jabodetabek. Kemudian 25%, kami akan distribusikan di luar Pulau Jawa, yakni Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia Timur," kata Ahyudin.

Momentum Iduladha bisa menjadi kesempatan sangat berharga untuk menggerakkan ekonomi rakyat, mulai dari budi daya peternakan hewan dan pengolahan daging kurban ke dalam bentuk kaleng yang mampu didistribusikan jarak jauh. (Baca juga: Amerika Resesi, Pengusaha Nasional Ketar-Ketir)

Anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi PPP Miftahul Choiry menegaskan, pada dimensi ekonomi kurban terbukti membantu kesejahteraan ekonomi keluarga para peternak, pemasok, dan pekerja yang bekerja di rumah potong.

"Secara lebih luas, dimensi ekonomi ibadah ini setidaknya dipandang dari beberapa faktor seperti penawaran. Penawaran harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk menggerakkan ekonomi rakyat, terutama industri peternakan di pedesaan," ungkap Miftahul.

Berkah ekonomi dan sosial lainnya yang didapatkan dari Iduladha adalah membantu ?memperkuat ketahanan pangan. Dari momentum ini, beberapa masyarakat yang membutuhkan bisa mendapatkan tambahan pasokan daging siap konsumsi.

"Meskipun sifatnya temporer, minimal efek kurban bisa meningkatkan tingkat konsumsi daging per kapita mengingat konsumsi daging di Indonesia masih rendah, sekitar 2,9 kg/orang setiap tahun," tandasnya.

Selain itu, kurban bisa dipandang sebagai instrumen menjaga keseimbangan ekonomi domestik dalam menghadapi tekanan ekonomi global. "Tentunya hewan kurban harus hasil produksi domestik. Jika pasokan hewan kurban tersebut mengandalkan impor, yang menikmati hasilnya ya negara pengekspor. Jadi, kita harus benar-benar bisa memperdayakan peternak lokal," tuturnya.

Riset dari Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memperkirakan potensi ekonomi dari kegiatan kurban secara nasional pada tahun ini mencapai Rp20,5 triliun. Potensi ini berasal dari proyeksi 2,3 juta umat muslim yang mampu berkurban. (Lihat videonya: Terlibat Prostitusi Online, Artis VS Diringkus Polisi)

Peneliti IDEAS Askar Muhammad menjelaskan, proyeksi tersebut bersumber dari perkiraan 62,4 juta keluarga muslim. Dari jumlah tersebut, 9% atau 5,6 juta di antaranya masuk kelompok kelas menengah atas dengan pengeluaran per kapita di atas Rp2,5 juta per bulan.

Dia mengungkapkan, kebutuhan hewan kurban terbesar adalah kambing dan domba sebanyak sekitar 1,9 juta ekor, sedangkan sapi dan kerbau sekitar 452.000 ekor. IDEAS memperkirakan dengan asumsi berat kambing atau domba antara 20—80 kilogram, sementara asumsi berat sapi atau kerbau antara 250—750 kilogram, maka potensi ekonomi kurban 2020 dari sekitar 2,3 juta hewan ternak ini setara dengan 117.000 ton daging. (Aprilia S Andyna)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1552 seconds (0.1#10.140)