Jika PKB ke Anies, Prabowo Berpotensi Ulangi Kesalahan di 2014 dan 2019
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jika Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ), Muhaimin Iskandar (Cak Imin) resmi memilih bergabung ke Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), maka koalisi pengusung Prabowo Subianto akan berpotensi anjlok dalam dukungannya. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.
Yunarto memandang, jika PKB benar-benar meninggalkan Koalisi Prabowo, maka Menteri Pertahanan itu akan mengulang kesalahan yang sama di Pilpres 2014 dan 2019, yakni sebagai capres gagal.
"(Jika) PKB ke Anies, Prabowo berpotensi ulangi kesalahan dalam Pilpres 2014 dan 2019 kemarin," ujar Yunarto saat dihubungi MPI, Jumat (1/9/2023).
Yunarto mengungkapkan, kondisi tersebut dilihat berdasarkan basis Nahdlatul Ulama (NU) dan Jawa Timur, berdasarkan hasil survei, selama setahun terakhir diperkuat oleh imej PKB.
Hal itu terbukti setahun belakangan, kehadiran PKB di dalam koalisi berimbas positif bagi elektabilitas Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut karena hadirnya basis NU dan Jawa Timur.
"Kita ingat bahwa kekalahan Prabowo dua kali di 2014 dan 2019 salah satunya disebabkan oleh rendahnya suara di basis NU dan suara di Jatim dan Jateng," katanya.
Yunarto menilai, ketidaknyamanan PKB di dalam koalisi yang terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN tersebut lantaran adanya kesalahan strategi yang dilakukan oleh Prabowo.
Dia mengatakan Prabowo terlalu bernafsu melekatkan diri dengan sosok Presiden Joko Widodo, sehingga lebih sering menyebut sosok cawapres lainnya seperti Erick Thohir atau bahkan Putra Jokowi, Gibran Rakabuming.
"Ini buah dari kesalahan strategi Prabowo yang terlalu bernafsu ingin melekatkan diri pada Jokowi, sehingga melirik nama Erick Thohir dan Gibran yang menyebabkan komitmennya kepada PKB menjadi terabaikan," terang Yunarto.
Seperti diketahui, Partai Demokrat membenarkan adanya kesepakatan politik antara Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Kesepakatan tersebut diprakarsai oleh Partai Nasdem dan PKB.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya mengatakan, dirinya mengetahui kabat tersebut dari Sudirman Said. Kemudian, pihaknya mengonfirmasi langsung kepada Anies Baswedan sebagai capres yang telah mereka deklarasikan dukungannya.
"Hari ini, kami melakukan konfirmasi berita tersebut kepada Anies Baswedan, ia mengonfirmasi bahwa berita tersebut adalah benar," kata Teuku di Jakarta, Kamis kemarin (31/8/2023).
Sebagai partai politik yang telah tergabung dalam koalisi perubahan, ia menyebutkan Demokrat dipaksa untuk menerima keputusan tersebut.
Yunarto memandang, jika PKB benar-benar meninggalkan Koalisi Prabowo, maka Menteri Pertahanan itu akan mengulang kesalahan yang sama di Pilpres 2014 dan 2019, yakni sebagai capres gagal.
"(Jika) PKB ke Anies, Prabowo berpotensi ulangi kesalahan dalam Pilpres 2014 dan 2019 kemarin," ujar Yunarto saat dihubungi MPI, Jumat (1/9/2023).
Yunarto mengungkapkan, kondisi tersebut dilihat berdasarkan basis Nahdlatul Ulama (NU) dan Jawa Timur, berdasarkan hasil survei, selama setahun terakhir diperkuat oleh imej PKB.
Hal itu terbukti setahun belakangan, kehadiran PKB di dalam koalisi berimbas positif bagi elektabilitas Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut karena hadirnya basis NU dan Jawa Timur.
"Kita ingat bahwa kekalahan Prabowo dua kali di 2014 dan 2019 salah satunya disebabkan oleh rendahnya suara di basis NU dan suara di Jatim dan Jateng," katanya.
Yunarto menilai, ketidaknyamanan PKB di dalam koalisi yang terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN tersebut lantaran adanya kesalahan strategi yang dilakukan oleh Prabowo.
Dia mengatakan Prabowo terlalu bernafsu melekatkan diri dengan sosok Presiden Joko Widodo, sehingga lebih sering menyebut sosok cawapres lainnya seperti Erick Thohir atau bahkan Putra Jokowi, Gibran Rakabuming.
"Ini buah dari kesalahan strategi Prabowo yang terlalu bernafsu ingin melekatkan diri pada Jokowi, sehingga melirik nama Erick Thohir dan Gibran yang menyebabkan komitmennya kepada PKB menjadi terabaikan," terang Yunarto.
Seperti diketahui, Partai Demokrat membenarkan adanya kesepakatan politik antara Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Kesepakatan tersebut diprakarsai oleh Partai Nasdem dan PKB.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya mengatakan, dirinya mengetahui kabat tersebut dari Sudirman Said. Kemudian, pihaknya mengonfirmasi langsung kepada Anies Baswedan sebagai capres yang telah mereka deklarasikan dukungannya.
"Hari ini, kami melakukan konfirmasi berita tersebut kepada Anies Baswedan, ia mengonfirmasi bahwa berita tersebut adalah benar," kata Teuku di Jakarta, Kamis kemarin (31/8/2023).
Sebagai partai politik yang telah tergabung dalam koalisi perubahan, ia menyebutkan Demokrat dipaksa untuk menerima keputusan tersebut.
(maf)