MUI: Tanpa Aksi, Ikhtiar Protokol Covid-19 Hanya Jadi Teori
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Satgas Covid-19 Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Zaitun Rasmin mengakui kesadaran masyarakat Indonesia terkait pencegahan penularan Covid-19 ini masih sangat rendah.
“Saya ingin mengingatkan bahwa keadaan di negeri kita akan lebih panjang dan lebih banyak korban kalau kita semakin tidak waspada dan menganggap biasa,” ujar Zaitun dalam webinar berjudul Revitalisasi Peran Ulama Dalam Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Era New Normal yang diselenggarakan MUI, Rabu (29/7/2020).
Menurut dia, banyak masyarakat khususnya Umat Islam yang tidak peduli untuk memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Akibatnya, alih-alih membaik, penyebaran Covid-19 kembali meninggi. ”Sudah ada berita gembira di awal Juni itu sekarang berubah lagi, termasuk Jakarta,” kata Zaitun.
(Baca: MUI Tak Larang Masyarakat Salat Idul Adha di Lapangan atau Masjid)
Berkaca pada Wuhan, lanjut Zaitun, kota di China yang menjadi titik awal penyebaran Covid-19 itu saat ini kondisinya membaik, setidaknya tidak terlalu membahayakan. Ini bisa terjadi karena tingkat kepatuhan masyarakatnya tinggi.
Hanya dengan lockdown selama tiga bulan Wuhan mampu menekan angka penyebaran Covid-19. Fenomena sebaliknya terjadi di Indonesia.
“Saat ini kasus positif sudah menembus angka 100 ribu, lebih tinggi dari negara tempat pertama kali virus Corona menyebar. Kematian sudah mendekati 4.000 orang, ini angka yang besar,” tegasnya.
(Baca: Salat Idul Adha, MUI: Pertimbangkan Zona Risiko Penyebaran Covid-19)
Karena itu, Zaitun mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bahu membahu menekan laju penyebaran virus ini. Semua orang mesti sadar bahwa Covid-19 berbahaya.
“Memang, kalau sudah terjadi tidak bisa lepas dari takdir. Tapi sebagai umat Islam, kita harus melakukan ikhtiar, dan inilah yang dilakukan MUI agar umat dapat bukan saja terhindar dari Covid-19 tapi juga menjadi contoh bagi yang lain baik di negeri ini maupun tempat lain tentang bagaimana kita berinteraksi dan menghadapi Covid-19 ini,” ungkapnya.
Ketua umum Wahdah Islamiyyah ini juga berpesan agar masyarakat sebagai umat bisa saling memperkuat, saling mengingatkan dan menyadarkan, juga membangun keprihatinan atas kondisi ini.
“Saya ingin mengingatkan bahwa keadaan di negeri kita akan lebih panjang dan lebih banyak korban kalau kita semakin tidak waspada dan menganggap biasa,” ujar Zaitun dalam webinar berjudul Revitalisasi Peran Ulama Dalam Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Era New Normal yang diselenggarakan MUI, Rabu (29/7/2020).
Menurut dia, banyak masyarakat khususnya Umat Islam yang tidak peduli untuk memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Akibatnya, alih-alih membaik, penyebaran Covid-19 kembali meninggi. ”Sudah ada berita gembira di awal Juni itu sekarang berubah lagi, termasuk Jakarta,” kata Zaitun.
(Baca: MUI Tak Larang Masyarakat Salat Idul Adha di Lapangan atau Masjid)
Berkaca pada Wuhan, lanjut Zaitun, kota di China yang menjadi titik awal penyebaran Covid-19 itu saat ini kondisinya membaik, setidaknya tidak terlalu membahayakan. Ini bisa terjadi karena tingkat kepatuhan masyarakatnya tinggi.
Hanya dengan lockdown selama tiga bulan Wuhan mampu menekan angka penyebaran Covid-19. Fenomena sebaliknya terjadi di Indonesia.
“Saat ini kasus positif sudah menembus angka 100 ribu, lebih tinggi dari negara tempat pertama kali virus Corona menyebar. Kematian sudah mendekati 4.000 orang, ini angka yang besar,” tegasnya.
(Baca: Salat Idul Adha, MUI: Pertimbangkan Zona Risiko Penyebaran Covid-19)
Karena itu, Zaitun mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bahu membahu menekan laju penyebaran virus ini. Semua orang mesti sadar bahwa Covid-19 berbahaya.
“Memang, kalau sudah terjadi tidak bisa lepas dari takdir. Tapi sebagai umat Islam, kita harus melakukan ikhtiar, dan inilah yang dilakukan MUI agar umat dapat bukan saja terhindar dari Covid-19 tapi juga menjadi contoh bagi yang lain baik di negeri ini maupun tempat lain tentang bagaimana kita berinteraksi dan menghadapi Covid-19 ini,” ungkapnya.
Ketua umum Wahdah Islamiyyah ini juga berpesan agar masyarakat sebagai umat bisa saling memperkuat, saling mengingatkan dan menyadarkan, juga membangun keprihatinan atas kondisi ini.
(muh)