Dilema Menormalkan Aktivitas Perkantoran

Rabu, 29 Juli 2020 - 06:05 WIB
loading...
Dilema Menormalkan Aktivitas Perkantoran
Muhamad Ali
A A A
Muhamad Ali
Pemerhati Human Capital


SEJAK dua bulan terakhir, aktivitas masyarakat sudah mulai bergerak setelah dua setengah bulan sebelumnya nyaris terkunci rapat di sejumlah daerah. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ternyata juga memberi dampak besar terhadap perekonomian. Maka, dilakukanlah mitigasi dalam bentuk penyesuaian atau adaptasi terhadap kebiasaan baru yang disebut new normal.

Sejak saat itu, kantor-kantor mulai menggeliat dan membuka pintu-pintunya. Para pegawai kantoran, sekalipun belum sepenuhnya bekerja secara normal dalam jumlah dan waktu kerja sebagaimana sebelum terjadinya pandemi Covid-19, sudah menggeliatkan aktivitas kota-kota yang sebelumnya terlihat lengang. Pusat-pusat perbelanjaan dan pasar modern juga sudah mulai beroperasi kembali, meskipun dalam waktu yang lebih singkat.

Pelan-pelan, kita seperti akan memasuki masa normal baru dengan lebih lancar, sehingga membuat sebagian dari kita, juga ikut melonggarkan kedisiplinan dalam menjalankan protokol kesehatan. Di banyak kota yang sebelumnya diberlakukan pembatasan sosial, mulai terindikasi adanya kenaikan jumlah orang yang terdeteksi positif Covid-19 dibandingkan dengan masa-masa pada saat pemberlakuan PSBB secara ketat. Di Jakarta sendiri, kantor-kantor dan aktivitas bisnis juga seperti menggeliat, sampai kemudian ada yang mengejutkan dari informasi yang beredar melalui media. Apa itu? Meningkatnya jumlah terdeteksi positif Covid-19 di perkantoran dan munculnya klaster-klaster positif Covid-19 yang dipicu oleh pembukaan kembali perkantoran beberapa minggu sebelumnya.

Adanya pegawai di perkantoran lembaga pemerintah atau kementerian yang terdeteksi positif Covid-19, tentu tidak dapat dilepaskan dilema yang harus dihadapi oleh setiap pengelola kantor, antara menjalankan kembali aktivitas atau tetap bertahan sampai pandemi benar-benar berkurang. Dilema ini tentu sangat bisa dipahami karena ketahanan dari setiap entitas bisnis sangat berbeda-beda sehingga mereka tidak punya pilihan yang banyak di tengah ekonomi yang terus melemah. Sementara para pengelola perkantoran di lembaga pemerintahan, sangat terlihat dari kebijakan umum yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan menjaga kesehatan dan ekonomi dalam porsi yang sama-sama penting.

Apabila dilihat dari penyebaran dan penularan positif di gedung-gedung perkantoran yang baru saja diumumkan oleh Pemerintah, pengelolaan pegawai menjadi kunci penting dalam menekan upaya penyebaran atau penularan virus yang terjadi di kantor-kantor. Tantangan itu semakin berat mengingat kebanyakan pegawai yang teridentifikasi positif di kantor-kantor tersebut juga tidak menunjukkan gejala-gejala klinis sebagai orang yang terkena virus. Mereka sebagian besar adalah orang sehat dan tidak merasakan adanya sakit, sampai hasil pemeriksaan menunjukkan fakta adanya virus di tubuh mereka.

Secara lebih dalam, penularan virus Covid-19 di perkantoran juga berpotensi menimbulkan kecemasan baru bagi masyarakat secara umum, karena bisa memicu adanya kekhawatiran yang meluas di tengah upaya pemerintah untuk memulihkan perekonomian. Lagi-lagi, kendalanya adalah adanya fakta-fakta yang terus berubah terkait pandemi, dan mulai menurunnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, bahkan dalam level yang paling sederhana yaitu menggunakan masker bagi setiap orang.

Apabila berita penyebaran dan penularan virus melalui perkantoran-perkantoran tidak dikelola dan ditangani secara baik dan paripurna, kita akan berhadapan dengan suatu kondisi di mana kekhawatiran jauh lebih besar dan mengalahkan upaya-upaya untuk menggerakkan aktivitas di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, dalam hal penanganan penyebaran dan penularan virus di perkantoran-perkantoran tersebut, diperlukan upaya pendisiplinan yang lebih tinggi bagi para pengelola kantor terhadap para pegawai yang bekerja, terutama dalam menjalankan protokol-protokol dasar.

Dalam kasus-kasus tertentu, kepanikan jauh lebih terasa karena pola aktivitas di perkantoran pada umumnya cenderung saling terhubung. Apabila dalam satu gedung perkantoran ada informasi adanya pasien positif Covid-19, protokolnya adalah menutup seluruh gedung tersebut untuk disterilisasi dan dilakukan penanganan tertentu. Jika gedung itu ada dalam satu kawasan, ada kepanikan berikutnya yang berlanjut di mana kantor-kantor di kawasan tersebut juga menjadi lebih khawatir.

Di situlah kita sedang berada pada dilema yang tidak mudah, dan di situ pulalah kita harus memperlihatkan upaya yang lebih keras dalam menjalankan protokol kesehatan ketika kita ingin menyeimbangkan antara tuntutan kesehatan dan tuntutan ekonomi secara bersama-sama.
(ras)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0737 seconds (0.1#10.140)