13 Tahun BNPT, Imam Besar Masjid Istiqlal: Kuantitas Kelompok Radikal Minim
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT ) genap berusia 13 tahun pada 16 Juli 2023. Seiring perjalanan waktu, BNPT mampu menjalankan fungsinya dalam mencegah dan meredam radikalisme dan aksi terorisme di Indonesia.
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar mengapresiasi tinggi kerja-kerja pencegahan yang dilakukan BNPT. Ia melihat sejak ada BNPT kuantitas aksi terorisme terus menurun.
"Kuantifikasi garis keras atau kelompok radikal di Indonesia ini, tingkat kegiatan radikalismenya itu sangat minim dibandingkan dengan jumlah keseluruhan populasi penduduknya. Di beberapa negara lain, ada yang negara Islam ataupun bukan, ternyata tingkat radikalismenya lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia," ujar Prof Nasaruddin dalam keterangan tertulis dikutip, Jumat (28/7/2023).
Kiai Nasaruddin menyatakan masyarakat Indonesia harus bersyukur karena mereka berada di bawah payung pancasila yang sangat menyejukkan untuk semua golongan. Kalaupun ada perbedaan pendapat, itu adalah hal yang biasa, selama tidak bertentangan dengan konstitusi dan falsafah bangsa.
"Adanya perbedaan adalah hal yang wajar. Janganlah kita memusuhi orang yang berbeda dengan kita, karena biar bagaimana pun kita ini berasal dari bangsa yang sama," katanya.
Cendekiawan muslim yang juga menjadi salah satu Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027 ini juga menambahkan terkait pendekatan penanggulangan terorisme yang dilakukan. Teknik penanggulangan terorisme dengan hard approach (pendekatan secara keras), di beberapa kejadian memang perlu dilakukan, namun teknik soft approach (pendekatan secara halus) juga tetap diberikan dengan menyesuaikan masing-masing kondisi dan kejadian.
"Sama halnya dengan mendidik anak kita sendiri. Ada anak yang perlu ditegur dengan cara yang keras, ada pula yang bisa dididik dengan cara yang halus. Sejatinya, kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan secara keseluruhan. Alangkah baiknya jika kita bisa melakukan penanggulangan radikalisme dan terorisme dengan cara-cara yang humanis dan berke-Indonesiaan," kata Kiai Nasaruddin.
Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta ini berpendapat negara-negara di dunia ini perlu berguru terhadap Indonesia, karena Indonesia adalah yang pertama kali berhasil menciptakan dan menjalankan konsep soft approach dalam penanggulangan terorisme. Konsep ini sebenarnya mengadopsi contoh yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam konsistensi melakukan perbuatan baik, walaupun terhadap orang yang zalim.
Pada kesempatan itu, Prof Nasaruddin mengapresiasi tinggi kegiatan Sarasehan Dai-Daiyah Sulawesi Selatan, yang digelar BNPT di Makassar pada Kamis (20/7/2023). Menurutnya, langkah memaksimalkan peran dai dan daiyah adalah salah satu cara terbaik dalam melawan penyebaran radikalisme yang mengatasmakan agama.
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nasaruddin Umar mengapresiasi tinggi kerja-kerja pencegahan yang dilakukan BNPT. Ia melihat sejak ada BNPT kuantitas aksi terorisme terus menurun.
"Kuantifikasi garis keras atau kelompok radikal di Indonesia ini, tingkat kegiatan radikalismenya itu sangat minim dibandingkan dengan jumlah keseluruhan populasi penduduknya. Di beberapa negara lain, ada yang negara Islam ataupun bukan, ternyata tingkat radikalismenya lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia," ujar Prof Nasaruddin dalam keterangan tertulis dikutip, Jumat (28/7/2023).
Kiai Nasaruddin menyatakan masyarakat Indonesia harus bersyukur karena mereka berada di bawah payung pancasila yang sangat menyejukkan untuk semua golongan. Kalaupun ada perbedaan pendapat, itu adalah hal yang biasa, selama tidak bertentangan dengan konstitusi dan falsafah bangsa.
"Adanya perbedaan adalah hal yang wajar. Janganlah kita memusuhi orang yang berbeda dengan kita, karena biar bagaimana pun kita ini berasal dari bangsa yang sama," katanya.
Cendekiawan muslim yang juga menjadi salah satu Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2022-2027 ini juga menambahkan terkait pendekatan penanggulangan terorisme yang dilakukan. Teknik penanggulangan terorisme dengan hard approach (pendekatan secara keras), di beberapa kejadian memang perlu dilakukan, namun teknik soft approach (pendekatan secara halus) juga tetap diberikan dengan menyesuaikan masing-masing kondisi dan kejadian.
"Sama halnya dengan mendidik anak kita sendiri. Ada anak yang perlu ditegur dengan cara yang keras, ada pula yang bisa dididik dengan cara yang halus. Sejatinya, kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan secara keseluruhan. Alangkah baiknya jika kita bisa melakukan penanggulangan radikalisme dan terorisme dengan cara-cara yang humanis dan berke-Indonesiaan," kata Kiai Nasaruddin.
Rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta ini berpendapat negara-negara di dunia ini perlu berguru terhadap Indonesia, karena Indonesia adalah yang pertama kali berhasil menciptakan dan menjalankan konsep soft approach dalam penanggulangan terorisme. Konsep ini sebenarnya mengadopsi contoh yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam konsistensi melakukan perbuatan baik, walaupun terhadap orang yang zalim.
Pada kesempatan itu, Prof Nasaruddin mengapresiasi tinggi kegiatan Sarasehan Dai-Daiyah Sulawesi Selatan, yang digelar BNPT di Makassar pada Kamis (20/7/2023). Menurutnya, langkah memaksimalkan peran dai dan daiyah adalah salah satu cara terbaik dalam melawan penyebaran radikalisme yang mengatasmakan agama.