Riset LSI Denny JA: Pandemi Covid-19 Diprediksi Berakhir Juni
loading...
A
A
A
Indonesia termasuk negara kategori B yang menangani virus Corona dengan kecepatan menengah. Diprediksi pada Juni 2020, virus Corona tak lagi menjadi isu besar. Kehidupan hampir normal kembali, walau social distancing tetap harus dijaga karena vaksin belum ditemukan.
Bersama Indoenesia dalam kategori B (kecepatan menengah) adalah antara lain Singapura, India, Kanada, Iran, dan Denmark. Negara kategori A (penanganan cepat) antara lain China, Korea Selatan, Jerman, Inggris, Malaysia dan Amerika Serikat.
"Negara ini tergolong paling cepat di dunia, di luar China yang menuntaskan virus Corona 99 persen," urainya.
Negara Kategori C (penanganan kambat) antara lain Kolumbia, Bahrain, Argentina, dan Qatar. Kategori cepat lambat itu tak seluruhnya berarti tingkat kemampuan negara menangani virus Corona. Melainkn juga ditentukan oleh lebih awal atau lebih belakangan virus corona menyebar ke negara itu.
"Yang dimaksud dengan 99 persen tuntas adalah situasi dimana penambahan kasus baru hari per hari menunjukkan grafik yang konsisten menurun. Tidak berarti tak ada lagi korban baru yang terpapar virus. Namun jumlahnya dilihat dari grafik sudah sangat menurun," urainya.
Klaim 100% virus Corona dianggap tuntas hanya dilakukan ketika vaksin ditemukan. University of Singapore memprediksi 100% tercapai pada Desember 2020. Hanya dua negara yang 100% tuntas pada Feb-April 2021. Namun prediksi itu dilakukan semata berdasarkan proyeksi data.
Berbeda dengan Univesity of Singapore, LSI Denny JA mendasarkan 100% tuntas itu pada penemuan vaksin. Khusus 100% tuntas itu tidak dikembangkan dari model proyeksi data.
LSI Denny JA mengelaborasi banyak negara dan perusahan besar yang berlomba menemukan vaksin untuk virus corona. Diprediksi vaksin pertama yang bisa dipakai luas terjadi sekitar Mei-Juli 2021. Saat itulah 100% virus corona tidak menjadi masalah bagi manusia.
Walau prediksi yang dibuat LSI Denny JA berdasarkan metode ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan, namun model itu dibangun dengan aneka asumsi. "Dengan sendirinya jika asumsi itu dilanggar, prediksi tak terjadi," kata Denny JA.
Asumsi yang utama adalah protokol kesehatan yang ditetapkan WHO, aneka pemerintahan, termasuk pemerintah Indonesia, dipatuhi. Protokol kesehatan itu antara lain social distancing, physical distancing, menggunakan masker, mencuci tangan, dan lain sebagainya.
Bersama Indoenesia dalam kategori B (kecepatan menengah) adalah antara lain Singapura, India, Kanada, Iran, dan Denmark. Negara kategori A (penanganan cepat) antara lain China, Korea Selatan, Jerman, Inggris, Malaysia dan Amerika Serikat.
"Negara ini tergolong paling cepat di dunia, di luar China yang menuntaskan virus Corona 99 persen," urainya.
Negara Kategori C (penanganan kambat) antara lain Kolumbia, Bahrain, Argentina, dan Qatar. Kategori cepat lambat itu tak seluruhnya berarti tingkat kemampuan negara menangani virus Corona. Melainkn juga ditentukan oleh lebih awal atau lebih belakangan virus corona menyebar ke negara itu.
"Yang dimaksud dengan 99 persen tuntas adalah situasi dimana penambahan kasus baru hari per hari menunjukkan grafik yang konsisten menurun. Tidak berarti tak ada lagi korban baru yang terpapar virus. Namun jumlahnya dilihat dari grafik sudah sangat menurun," urainya.
Klaim 100% virus Corona dianggap tuntas hanya dilakukan ketika vaksin ditemukan. University of Singapore memprediksi 100% tercapai pada Desember 2020. Hanya dua negara yang 100% tuntas pada Feb-April 2021. Namun prediksi itu dilakukan semata berdasarkan proyeksi data.
Berbeda dengan Univesity of Singapore, LSI Denny JA mendasarkan 100% tuntas itu pada penemuan vaksin. Khusus 100% tuntas itu tidak dikembangkan dari model proyeksi data.
LSI Denny JA mengelaborasi banyak negara dan perusahan besar yang berlomba menemukan vaksin untuk virus corona. Diprediksi vaksin pertama yang bisa dipakai luas terjadi sekitar Mei-Juli 2021. Saat itulah 100% virus corona tidak menjadi masalah bagi manusia.
Walau prediksi yang dibuat LSI Denny JA berdasarkan metode ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan, namun model itu dibangun dengan aneka asumsi. "Dengan sendirinya jika asumsi itu dilanggar, prediksi tak terjadi," kata Denny JA.
Asumsi yang utama adalah protokol kesehatan yang ditetapkan WHO, aneka pemerintahan, termasuk pemerintah Indonesia, dipatuhi. Protokol kesehatan itu antara lain social distancing, physical distancing, menggunakan masker, mencuci tangan, dan lain sebagainya.