Rieke Diah Pitaloka Ungkap tentang Harmonisasi Peradaban Islam

Kamis, 13 Juli 2023 - 00:08 WIB
loading...
Rieke Diah Pitaloka Ungkap tentang Harmonisasi Peradaban Islam
Anggota DPR Rieke Diah Pitaloka menuturkan, bahwa peradaban Islam selalu mampu menjadi harmonisasi hubungan antarnegara di dunia, Rabu (12/7/2023). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Rieke Diah Pitaloka menuturkan, bahwa peradaban Islam selalu mampu menjadi harmonisasi hubungan antarnegara di dunia. Dari catatan sejarah, peradaban Islam sangat jelas tidak anti barat ataupun Amerika Serikat, membuat Islam menjadi diplomasi internasional.

Hal itu disampaikan Rieke dalam pembukaan pertemuan pendahuluan Forum Kerja Sama Arsip Nasional Negara-Negara Berpenduduk Mayoritas Muslim dan Seminar Arsip Sejarah Peradaban Islam dan Diplomasi Internasional Jakarta, Rabu (12/7/2023).

Rieke mengutip memori kolektif Menteri Keuangan Iran, Ali Amini saat pembukaan Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung. Rieke setuju bahwa negara Islam tulus berkolaborasi guna menciptakan kerja sama yang bermanfaat di semua benua di dunia.

“Kami bisa memberikan pembuktian bahwa bangsa Afrika-Asia jauh dari perasaan permusuhan seperti anti-Barat, anti-Amerika atau anti-Eropa. Kami berharap untuk menciptakan sebuah atmosfir yang tulus dan kolaborasi yang bermanfaat bagi semua benua dan negara, baik negara maju dan kurang maju, bangsa Barat dan bangsa Timur, negara besar dan negara kecil,; sebuah Tanah Air yang universal untuk semua umat manusia demi rasa kedamaian, kebebasan, persamaan, toleransi, dan saling menghormati,” kata Rieke mengutip pandangan Ali Amini.

Rieke mengatakan, gagasan Ali Amini tersebut seirama dengan pemikiran para pemimpin negara-negara yang saat itu menjadi peserta Konferensi Asia Afrika. Pemikiran tentang perdamaian dunia, membebaskan bangsa-bangsa dari kolonialisme dan imperialisme.

Pemikiran yang melahirkan kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif menjadi gerakan kolektif atau gerakan yang bersifat dekolonialisme. Gerakan antarbangsa yang melintasi benua.

"Hasilnya, kurang lebih dalam waktu sepuluh tahun membuahkan tak kurang dari 40 kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika Latin," ucapnya.

Saat itu, tambah Rieke, gerakan negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim untuk perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan umat manusia terus bergulir. Salah satu arsip sejarah penting adalah terkait terbentuknya Organisasi Konferesi Islam pada tahun 1969 yang dipelopori oleh Raja Hasan II dari Maroko dan Raja Faisal dari Arab Saudi.

"Arsip membuka fakta bahwa organisasi ini bukan hanya berjuang melindungi tempat-tempat suci umat Islam. Bukan hanya berjuang untuk meningkatkan kerja sama di antara negara-negara anggota, namun juga memperjuangkan perdamaian dan keamanan internasional. Sama dengan semangat Konferensi Asia-Afrika 1955, OKI berkomitmen membantu perjuangan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat," ucap Rieke.

Menurut Rieke, dari arsip pendiri dan pemimpin bangsa, terpatri suatu perjuangan kolektif yang didasari keimanan atas ajaran Islam. Para pendahulu yang tidak mengajarkan agama dan keyakinan untuk menjebak manusia dalam politik identitas.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2953 seconds (0.1#10.140)