6 Jenderal TNI Pemilik Brevet Kopassus Veteran Operasi Seroja, Nomor 4 Saksikan Komandan Gugur di Pelukan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah Jenderal TNI merupakan veteran Operasi Seroja di Timor Timur (sekarang Timor Leste). Beberapa di antaranya adalah pemilik brevet Kopassus.
Operasi Seroja adalah invasi militer Indonesia ke Timor Timur yang saat itu merupakan koloni Portugis. Operasi yang dimulai 7 Desember 1975 hingga 1978 itu sebagai respons atas Deklarasi Balibo pada 30 November 1975, di mana sebagian warga Timor Timur menginginkan bergabung dengan Indonesia. Selain itu, juga didasari desakan Amerika Serikat dan Australia yang tidak menginginkan Fretilin yang berpaham komunis berkuasa di Timor Timur.
Deklarasi Balibo disampaikan oleh Francisco Xavier Lopes da Cruz, mewakili tiga partai di Timor Portugis, yakni Partai Klibur Oan Timor Asu'wain (KOTA), Uni Demokrasi Timor (UDT), dan Associacao Popular Democratica de Timor Pro Referendo (APODETI). Langkah politik itu merupakan tanggapan atas sikap Partai Fretilin yang mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokratik Timor Timur secara sepihak pada 28 November 1975.
Dalam Operasi Seroja, Indonesia melibatkan semua matra TNI, baik Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Pertempuran tersebut diperkirakan menewaskan 100.000-180.000 jiwa, baik dari kalangan sipil maupun militer.
Timor Timur resmi menjadi bagian Indonesia pada 17 Juli 1976. Namun di era Presiden BJ Habibie, Timor Timur memilih berpisah dari Indonesia melalui jajak pendapat pada 30 Agustus 1999. Setelah menjadi negara merdeka, berganti nama Timor Leste.
"Betapa pun pahit dan pedihnya kita menyaksikan kekalahan rakyat Timor Timur yang prointegrasi dalam jajak pendapat tersebut, namun kita sebagai bangsa yang besar yang menjunjung tinggi nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang dalam era baru sekarang ini berketetapan hati untuk memajukan demokrasi dan pelaksanaan hak asasi manusia, harus menerima dan menghormati hasil jajak pendapat itu," kata BJ Habibie dalam buku Bacharuddin Jusuf Habibie, Detik-Detik yang Menentukan dikutip, Sabtu (8/7/2023).
FOTO/WIKIPEDIA
Dading Kalbuadi adalah salah satu jenderal TNI veteran Operasi Seroja yang memiliki brevet Kopassus. Tentara kelahiran Cilacap, 14 April 1931 ini bertindak sebagai komandan dalam operasi militer ke Timor Timur pada 1975.
Sebelum Operasi Seroja dilaksanakan, Dading membentuk tim-tim kecil untuk melakukan penyusupan ke wilayah Timtim. Setelah operasi penyusupan berhasil dilakukan, baru dilaksanakan Operasi Seroja.
Mantan Kepala Staf Umum ABRI itu memulai karier militer bergabung dengan pasukan pelajar IMAM (Indonesia Merdeka atau Mati). Setelah Indonesia merdeka, Dading diterima sebagai siswa di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD). Selanjutnya ia bergabung di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang kini dikenal dengan Kopassus.
Letjen TNI (Purn) Dading telah meninggal dunia pada 10 Oktober 1999 dengan jabatan terakhir di militer sebagai Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan dan Keamanan (Hankam).
FOTO/REPRO BUKU Sutiyoso The Field General
Sutiyoso juga salah satu jenderal TNI veteran Operasi Seroja yang memiliki brevet Kopassus. Tentara kelahiran Semarang, 6 Desember 1944 ini merupakan anggota operasi penyusupan ke Timor Timur.
Waktu itu, Sutiyoso berpangkat Perwira Pertama (Pama) TNI Angkatan Darat. Abituren AKABRI Darat 1968 itu diperintah langsung Benny Moerdani yang saat itu menjabat Asisten Intelijen (Asintel) Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam). Penyusupan Sutiyoso berhasil sehingga bisa memberikan banyak informasi sebagai dasar pelaksanaan Operasi Seroja.
Dalam karier militernya, Sutiyoso besar di Kopassus. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Danjen Kopassus pada 1992. Terakhir jabatannya di militer adalah Panglima Kodam Jaya (Pangdam Jaya).
Sutiyoso juga besar di dunia politik. Ia menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga dua periode (1997-2022/2002-2007). Salah satu terobosannya yang masih ada hingga saat ini adalah transportasi massal, Trans Jakarta atau populer disebut busway.
Di periode awal Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sutiyoso ditunjuk menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Namun, jabatan itu tidak lama, Sutiyoso digantikan Budi Gunawan. Kini, ia menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Partai Nasdem.
FOTO/IST
Wiranto juga pernah ikut dalam Operasi Seroja pada 1975-1976. Mantan Panglima ABRI di era Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, dan Presiden Abdurrahma Wahid itu memiliki brevet Kopassus di dada kirinya.
Keikutsertaan Wiranto dalam Operasi Seroja ditunjukkan dengan tanda penghargaan Satyalancana Seroja di baris ke-7 di dada kiri seragam tentaranya.
Sebagai tentara, Wiranto memiliki karier militer yang moncer. Prajurit kelahiran Yogyakarta, 4 April 1947 itu menduduki jabatan-jabatan strategis, antara lain ajudan presiden, Pangdam Jayakarta, Pangkostrad, KSAD, hingga Panglima TNI.
Setelah tidak aktif di militer, Wiranto dipercaya menjabat menteri. Antara lain Menteri Pertahanan Keamanan (Menhankam) 1998-1999), Menko Polkam (1999-2000), dan Menko Polhukam (2016-2019). Saat ini, Wiranto menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
FOTO/IST
Prabowo Subianto juga merupakan Jenderal TNI veteran Operasi Seroja yang memiliki brevet Kopassus. Abituren AKABRI 1974 ini berperan besar dalam memimpin sebuah misi penangkapan pemimpin Fretilin, Nicolau dos Reis Lobato.
Dalam buku biografinya berjudul 'Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto', tentara kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951 tersebut menceritakan pengalaman sedih dalam Operasi Seroja. Komandannya di Unit C Pasukan Nanggala 10, Sudaryanto gugur di pelukan Prabowo dalam operasi di Kota Maubara, Timor Timor.
"Beliau bertahan sampai pukul 03.00 tetapi akhirnya beliau gugur dalam pelukan saya. Saya tidak bisa lupa komandan saya menghembuskan napas terakhir dalam pelukan saya," ucap Prabowo dikutip dari bukunya tersebut.
Dalam sejarah karier militernya, Prabowo pernah menduduki jabatan Danjen Kopassus pada 1995. Jabatan militer terakhirnya adalah Pangkostrad.
Selepas militer, Prabowo mendirikan Partai Gerindra dan beberapa kali maju dalam pemilihan presiden namun belum berhasil. Saat ini Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahana (Menhan) di Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Jokowi.
FOTO/REPRO BUKUEndriartono Sutarto: Prajurit Profesional yang Humas
Selanjutnya adalah Endriartono Sutarto. Abituren AKABRI 1971 ini juga terjun dalam Operasi Seroja di Timor Timur. Meski besar di Kostrad, tapi Endriartono juga memiliki brevet Kopassus.
Dalam buku biografi berjudul 'Endriartono Sutarto: Prajurit Profesional yang Humas, tentara kelahiran Purworejo, 29 April 1947 ini menceritakan kesedihannya kehilangan sahabatnya, Lettu Inf Agus Revulton yang gugur akibat ditembak musuh. Ketika itu dirinya mendapat tugas operasi di wilayah Liquisa, Timor Timur.
Tak terima kehilangan sahabat, Endriartono bersama peletonnya kemudian menyiapkan serangan pembalasan. Hasilnya, sebanyak tujuh musuh tewas tertembak. "Terbalaskan sudah gugurnya Lettu Inf Agus Revulton sahabat karib dan seperjuangan," tulis Endriartono dalam bukunya.
Karier militer Endriantono juga termusuk moncer. Mengawali sebagai Danton Bantuan A Yonif Linud 305/Tengkorak Kostrad, kariernya terus menanjak, menjadi Asops Kasum ABRI, Komandan Paspampres, Komandan Sesko TNI, Wakil KSAD, dan KSAD. Endriartono mencapai jabatan tertinggi militer menjadi Panglima TNI di era Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
FOTO/FACEBOOK LUHUT BINSAR PANDJAITAN
Luhut Binsar Pandjaitan juga salah satu Jenderal TNI veteran Operasi Seroja yang memiliki brevet Kopassus. Nyawanya nyaris melayang dalam operasi tersebut.
Dikutip dari buku 'Kopassus untuk Indonesia' diceritakan, ketika itu Luhut yang masih berpangkat Letnan Satu (Lettu) dan menjabat sebagai Komandan Kompi A ditugaskan merebut Aileu dan membantu Batalyon 406 yang terjepit oleh Tropas kelompok bersenjata Fretilin.
Meski berhasil menduduki Aileu, bukan berarti Lulusan terbaik Akmil 1970 ini dan pasukannya sudah dalam keadaan aman. Ancaman serangan dari kelompok bersenjata Tropas masih bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Mengingat Tropas memiliki motivasi tinggi, kemampuan menembak, dan menguasai medan dengan sempurna.
"Terbukti ketika TNI mendarat di Dili, banyak yang gugur dengan tembakan di dada dan kepala. Bukan karena berondongan senapan otomatis melainkan dengan ketepatan membidik," kata Luhut dikutip dari buku Kopassus untuk Indonesia, Kamis (24/11/2022).
Asisten Operasi Mabes ABRI Kolonel M Sanif memperingatkan Luhut untuk selalu waspada mengingat posisinya rentan disusupi. Berkat peringatan itu, Luhut menjadi lebih waspada. Pada malam hari, Luhut meminta anak buahnya untuk selalu siaga dan membuat perlindungan agar tidak menjadi sasaran tembak. Hal yang dikhawatirkan pun terjadi, menjelang tengah malam lokasi Luhut benar-benar diserbu musuh.
Namun karena kesiapsiagaan sudah dijalankan sebelumnya maka kami dapat mengatasi penyerbuan itu," kenang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) ini dalam buku biografinya berjudul Luhut yang ditulis Nurmala Kartini Pandjaitan, adik kandungnya.
Di militer, Luhut besar sebagai prajurit Kopassus. Sejumlah jabatan penting pernah diembannya, antara lain Danden 81 Anti Teroris Kopassus, Asops Danjen Kopassus, Danpusdikpassus, Danpussenif. Jabatan terakhirnya di militer adalah Dankodiklat TNI AD.
Selepas dari militer, Luhut masuk ke birokrasi pemerintahan. Beberapa jabatannya adalah Dubes RI untuk Singapura, Menperindag, Kepala Staf Kepresidenan, Menko Polhukam, dan saat ini menjabat Menko Kemaritiman dan Investasi.
Operasi Seroja adalah invasi militer Indonesia ke Timor Timur yang saat itu merupakan koloni Portugis. Operasi yang dimulai 7 Desember 1975 hingga 1978 itu sebagai respons atas Deklarasi Balibo pada 30 November 1975, di mana sebagian warga Timor Timur menginginkan bergabung dengan Indonesia. Selain itu, juga didasari desakan Amerika Serikat dan Australia yang tidak menginginkan Fretilin yang berpaham komunis berkuasa di Timor Timur.
Deklarasi Balibo disampaikan oleh Francisco Xavier Lopes da Cruz, mewakili tiga partai di Timor Portugis, yakni Partai Klibur Oan Timor Asu'wain (KOTA), Uni Demokrasi Timor (UDT), dan Associacao Popular Democratica de Timor Pro Referendo (APODETI). Langkah politik itu merupakan tanggapan atas sikap Partai Fretilin yang mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokratik Timor Timur secara sepihak pada 28 November 1975.
Dalam Operasi Seroja, Indonesia melibatkan semua matra TNI, baik Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Pertempuran tersebut diperkirakan menewaskan 100.000-180.000 jiwa, baik dari kalangan sipil maupun militer.
Timor Timur resmi menjadi bagian Indonesia pada 17 Juli 1976. Namun di era Presiden BJ Habibie, Timor Timur memilih berpisah dari Indonesia melalui jajak pendapat pada 30 Agustus 1999. Setelah menjadi negara merdeka, berganti nama Timor Leste.
"Betapa pun pahit dan pedihnya kita menyaksikan kekalahan rakyat Timor Timur yang prointegrasi dalam jajak pendapat tersebut, namun kita sebagai bangsa yang besar yang menjunjung tinggi nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang dalam era baru sekarang ini berketetapan hati untuk memajukan demokrasi dan pelaksanaan hak asasi manusia, harus menerima dan menghormati hasil jajak pendapat itu," kata BJ Habibie dalam buku Bacharuddin Jusuf Habibie, Detik-Detik yang Menentukan dikutip, Sabtu (8/7/2023).
Berikut ini sejumlah jenderal TNI pemilik brevet Kopassus veteran Operasi Seroja:
1. Letnan Jenderal TNI (Purn) Dading Kalbuadi
FOTO/WIKIPEDIA
Dading Kalbuadi adalah salah satu jenderal TNI veteran Operasi Seroja yang memiliki brevet Kopassus. Tentara kelahiran Cilacap, 14 April 1931 ini bertindak sebagai komandan dalam operasi militer ke Timor Timur pada 1975.
Sebelum Operasi Seroja dilaksanakan, Dading membentuk tim-tim kecil untuk melakukan penyusupan ke wilayah Timtim. Setelah operasi penyusupan berhasil dilakukan, baru dilaksanakan Operasi Seroja.
Mantan Kepala Staf Umum ABRI itu memulai karier militer bergabung dengan pasukan pelajar IMAM (Indonesia Merdeka atau Mati). Setelah Indonesia merdeka, Dading diterima sebagai siswa di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD). Selanjutnya ia bergabung di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang kini dikenal dengan Kopassus.
Letjen TNI (Purn) Dading telah meninggal dunia pada 10 Oktober 1999 dengan jabatan terakhir di militer sebagai Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan dan Keamanan (Hankam).
2. Letjen TNI (Purn) Sutiyoso
FOTO/REPRO BUKU Sutiyoso The Field General
Sutiyoso juga salah satu jenderal TNI veteran Operasi Seroja yang memiliki brevet Kopassus. Tentara kelahiran Semarang, 6 Desember 1944 ini merupakan anggota operasi penyusupan ke Timor Timur.
Waktu itu, Sutiyoso berpangkat Perwira Pertama (Pama) TNI Angkatan Darat. Abituren AKABRI Darat 1968 itu diperintah langsung Benny Moerdani yang saat itu menjabat Asisten Intelijen (Asintel) Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam). Penyusupan Sutiyoso berhasil sehingga bisa memberikan banyak informasi sebagai dasar pelaksanaan Operasi Seroja.
Dalam karier militernya, Sutiyoso besar di Kopassus. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Danjen Kopassus pada 1992. Terakhir jabatannya di militer adalah Panglima Kodam Jaya (Pangdam Jaya).
Sutiyoso juga besar di dunia politik. Ia menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga dua periode (1997-2022/2002-2007). Salah satu terobosannya yang masih ada hingga saat ini adalah transportasi massal, Trans Jakarta atau populer disebut busway.
Di periode awal Presiden Joko Widodo (Jokowi), Sutiyoso ditunjuk menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Namun, jabatan itu tidak lama, Sutiyoso digantikan Budi Gunawan. Kini, ia menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Partai Nasdem.
3. Jenderal TNI (Purn) Wiranto
FOTO/IST
Wiranto juga pernah ikut dalam Operasi Seroja pada 1975-1976. Mantan Panglima ABRI di era Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, dan Presiden Abdurrahma Wahid itu memiliki brevet Kopassus di dada kirinya.
Keikutsertaan Wiranto dalam Operasi Seroja ditunjukkan dengan tanda penghargaan Satyalancana Seroja di baris ke-7 di dada kiri seragam tentaranya.
Sebagai tentara, Wiranto memiliki karier militer yang moncer. Prajurit kelahiran Yogyakarta, 4 April 1947 itu menduduki jabatan-jabatan strategis, antara lain ajudan presiden, Pangdam Jayakarta, Pangkostrad, KSAD, hingga Panglima TNI.
Setelah tidak aktif di militer, Wiranto dipercaya menjabat menteri. Antara lain Menteri Pertahanan Keamanan (Menhankam) 1998-1999), Menko Polkam (1999-2000), dan Menko Polhukam (2016-2019). Saat ini, Wiranto menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
4. Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto
FOTO/IST
Prabowo Subianto juga merupakan Jenderal TNI veteran Operasi Seroja yang memiliki brevet Kopassus. Abituren AKABRI 1974 ini berperan besar dalam memimpin sebuah misi penangkapan pemimpin Fretilin, Nicolau dos Reis Lobato.
Dalam buku biografinya berjudul 'Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto', tentara kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1951 tersebut menceritakan pengalaman sedih dalam Operasi Seroja. Komandannya di Unit C Pasukan Nanggala 10, Sudaryanto gugur di pelukan Prabowo dalam operasi di Kota Maubara, Timor Timor.
"Beliau bertahan sampai pukul 03.00 tetapi akhirnya beliau gugur dalam pelukan saya. Saya tidak bisa lupa komandan saya menghembuskan napas terakhir dalam pelukan saya," ucap Prabowo dikutip dari bukunya tersebut.
Dalam sejarah karier militernya, Prabowo pernah menduduki jabatan Danjen Kopassus pada 1995. Jabatan militer terakhirnya adalah Pangkostrad.
Selepas militer, Prabowo mendirikan Partai Gerindra dan beberapa kali maju dalam pemilihan presiden namun belum berhasil. Saat ini Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahana (Menhan) di Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Jokowi.
5. Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto
FOTO/REPRO BUKUEndriartono Sutarto: Prajurit Profesional yang Humas
Selanjutnya adalah Endriartono Sutarto. Abituren AKABRI 1971 ini juga terjun dalam Operasi Seroja di Timor Timur. Meski besar di Kostrad, tapi Endriartono juga memiliki brevet Kopassus.
Dalam buku biografi berjudul 'Endriartono Sutarto: Prajurit Profesional yang Humas, tentara kelahiran Purworejo, 29 April 1947 ini menceritakan kesedihannya kehilangan sahabatnya, Lettu Inf Agus Revulton yang gugur akibat ditembak musuh. Ketika itu dirinya mendapat tugas operasi di wilayah Liquisa, Timor Timur.
Tak terima kehilangan sahabat, Endriartono bersama peletonnya kemudian menyiapkan serangan pembalasan. Hasilnya, sebanyak tujuh musuh tewas tertembak. "Terbalaskan sudah gugurnya Lettu Inf Agus Revulton sahabat karib dan seperjuangan," tulis Endriartono dalam bukunya.
Karier militer Endriantono juga termusuk moncer. Mengawali sebagai Danton Bantuan A Yonif Linud 305/Tengkorak Kostrad, kariernya terus menanjak, menjadi Asops Kasum ABRI, Komandan Paspampres, Komandan Sesko TNI, Wakil KSAD, dan KSAD. Endriartono mencapai jabatan tertinggi militer menjadi Panglima TNI di era Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
6. Jenderal TNI (HOR) (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan
FOTO/FACEBOOK LUHUT BINSAR PANDJAITAN
Luhut Binsar Pandjaitan juga salah satu Jenderal TNI veteran Operasi Seroja yang memiliki brevet Kopassus. Nyawanya nyaris melayang dalam operasi tersebut.
Dikutip dari buku 'Kopassus untuk Indonesia' diceritakan, ketika itu Luhut yang masih berpangkat Letnan Satu (Lettu) dan menjabat sebagai Komandan Kompi A ditugaskan merebut Aileu dan membantu Batalyon 406 yang terjepit oleh Tropas kelompok bersenjata Fretilin.
Meski berhasil menduduki Aileu, bukan berarti Lulusan terbaik Akmil 1970 ini dan pasukannya sudah dalam keadaan aman. Ancaman serangan dari kelompok bersenjata Tropas masih bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Mengingat Tropas memiliki motivasi tinggi, kemampuan menembak, dan menguasai medan dengan sempurna.
"Terbukti ketika TNI mendarat di Dili, banyak yang gugur dengan tembakan di dada dan kepala. Bukan karena berondongan senapan otomatis melainkan dengan ketepatan membidik," kata Luhut dikutip dari buku Kopassus untuk Indonesia, Kamis (24/11/2022).
Asisten Operasi Mabes ABRI Kolonel M Sanif memperingatkan Luhut untuk selalu waspada mengingat posisinya rentan disusupi. Berkat peringatan itu, Luhut menjadi lebih waspada. Pada malam hari, Luhut meminta anak buahnya untuk selalu siaga dan membuat perlindungan agar tidak menjadi sasaran tembak. Hal yang dikhawatirkan pun terjadi, menjelang tengah malam lokasi Luhut benar-benar diserbu musuh.
Namun karena kesiapsiagaan sudah dijalankan sebelumnya maka kami dapat mengatasi penyerbuan itu," kenang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) ini dalam buku biografinya berjudul Luhut yang ditulis Nurmala Kartini Pandjaitan, adik kandungnya.
Di militer, Luhut besar sebagai prajurit Kopassus. Sejumlah jabatan penting pernah diembannya, antara lain Danden 81 Anti Teroris Kopassus, Asops Danjen Kopassus, Danpusdikpassus, Danpussenif. Jabatan terakhirnya di militer adalah Dankodiklat TNI AD.
Selepas dari militer, Luhut masuk ke birokrasi pemerintahan. Beberapa jabatannya adalah Dubes RI untuk Singapura, Menperindag, Kepala Staf Kepresidenan, Menko Polhukam, dan saat ini menjabat Menko Kemaritiman dan Investasi.
(abd)