Ganjar Pranowo dan Wayan Koster Teken MoU Kerja Sama Budaya Jawa-Bali
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali Wayan Koster menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) kerja sama budaya Jawa-Bali. MoU itu guna melestarikan nilai-nilai kebudayaan Jawa dan Bali dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Kerja sama ini memiliki tujuan utama membangkitkan kembali hubungan kesejarahan antara tanah Jawa dan Bali yang secara historis terbangun sejak ribuan tahun lalu," kata Wayan Koster dalam acara Temu Budaya Jawa-Bali untuk Indonesia di Prime Plaza Hotel, Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (16/6/2023).
Wayan Koster mengatakan, hubungan kultural Jawa-Bali bisa terlihat pada kemiripan aksara Jawa yang terdiri dari 20 huruf dan dikenal dengan Honocoroko dan aksara Bali terdiri dari 18 huruf dan dikenal dengan Hanacaraka. Kemiripan lainnya, jelas dia, terlihat pada seni wayang Jawa dan wayang Bali serta kemiripan pada filosofinya.
Hubungan kultural antara Jawa dan Bali, jelas Koster, telah terjalin sejak zaman Kerajaan Majapahit. Kala itu, lanjut dia, sebagian orang Bali keturunan Jawa pindah ke Bali dengan membawa budayanya dan berkontribusi terhadap peradaban dan kehidupan masyarakat Bali.
"Jangan sampai peradaban ini punah karena runtuhnya peradaban atau meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dalam konteks inilah diperlukan langkah strategis untuk merajut kembali hubungan budaya Jawa dan Bali agar bisa bangkit kembali guna memperkokoh budaya nusantara yang Berbhinneka Tunggal Ika," ujar Koster.
Pada kesempatan yang sama, Ganjar Pranowo mengatakan, para pendiri bangsa mengingatkan pentingnya punya kekuatan untuk menjaga budaya, sekaligus mengembangkannya. "Kalau kita tidak pernah mengembangkan, kalau kita tidak pernah mencintai, jangan-jangan kita akan ditekan oleh kekuatan luar yang pasti akan pelan pelan menggerus," kata Ganjar.
Ganjar sempat melempar pujian berkaitan dengan ketahanan Bali sebagai benteng budaya. Hal serupa juga terjadi di Jawa Tengah, tepatnya Solo. "Bali ini juga salah satu tempat di Indonesia menjadi bentengnya budaya, bentengnya ada di sini. Sama, kami mencoba di Jawa Tengah. Solo sebagai episentrum budaya," ujarnya.
"Bahkan budayanya begitu kuat sehingga semua orang harus mengikuti apa-apa yang ada di Bali, ini sungguh luar biasa," sambung Ganjar.
Ganjar mengajak semua pihak untuk aktif berperan melaksanakan MoU tersebut. Ganjar menjelaskan, hal tersebut akan membawa banyak dampak positif terhadap seluruh lapisan masyarakat.
"Kolaborasi dua daerah inilah yang harapan kita bisa menyejahterakan masyarakat. Ada seninya, ada budayanya, ada pariwisatanya, ada ekonominya. Yang pasti dasar budayanya tidak boleh kita tinggalkan," pungkasnya.
Pasca penandatanganan MoU, perwakilan dari kedua belah pihak akan melangsungkan sejumlah pertemuan dan kegiatan untuk merancang pelaksanaan kesepakatan itu lebih lanjut. Acara itu dihadiri oleh Presiden ke-5 RI Prof.Dr (HC) Megawati Soekarnoputri, Ketua DPP PDIP Muhammad Prananda Prabowo, Menteri PPPA Bintang Puspayoga, kepala daerah se-Provinsi Bali, tokoh adat, dan tokoh masyarakat setempat
"Kerja sama ini memiliki tujuan utama membangkitkan kembali hubungan kesejarahan antara tanah Jawa dan Bali yang secara historis terbangun sejak ribuan tahun lalu," kata Wayan Koster dalam acara Temu Budaya Jawa-Bali untuk Indonesia di Prime Plaza Hotel, Sanur, Denpasar, Bali, Jumat (16/6/2023).
Wayan Koster mengatakan, hubungan kultural Jawa-Bali bisa terlihat pada kemiripan aksara Jawa yang terdiri dari 20 huruf dan dikenal dengan Honocoroko dan aksara Bali terdiri dari 18 huruf dan dikenal dengan Hanacaraka. Kemiripan lainnya, jelas dia, terlihat pada seni wayang Jawa dan wayang Bali serta kemiripan pada filosofinya.
Hubungan kultural antara Jawa dan Bali, jelas Koster, telah terjalin sejak zaman Kerajaan Majapahit. Kala itu, lanjut dia, sebagian orang Bali keturunan Jawa pindah ke Bali dengan membawa budayanya dan berkontribusi terhadap peradaban dan kehidupan masyarakat Bali.
"Jangan sampai peradaban ini punah karena runtuhnya peradaban atau meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dalam konteks inilah diperlukan langkah strategis untuk merajut kembali hubungan budaya Jawa dan Bali agar bisa bangkit kembali guna memperkokoh budaya nusantara yang Berbhinneka Tunggal Ika," ujar Koster.
Pada kesempatan yang sama, Ganjar Pranowo mengatakan, para pendiri bangsa mengingatkan pentingnya punya kekuatan untuk menjaga budaya, sekaligus mengembangkannya. "Kalau kita tidak pernah mengembangkan, kalau kita tidak pernah mencintai, jangan-jangan kita akan ditekan oleh kekuatan luar yang pasti akan pelan pelan menggerus," kata Ganjar.
Ganjar sempat melempar pujian berkaitan dengan ketahanan Bali sebagai benteng budaya. Hal serupa juga terjadi di Jawa Tengah, tepatnya Solo. "Bali ini juga salah satu tempat di Indonesia menjadi bentengnya budaya, bentengnya ada di sini. Sama, kami mencoba di Jawa Tengah. Solo sebagai episentrum budaya," ujarnya.
"Bahkan budayanya begitu kuat sehingga semua orang harus mengikuti apa-apa yang ada di Bali, ini sungguh luar biasa," sambung Ganjar.
Ganjar mengajak semua pihak untuk aktif berperan melaksanakan MoU tersebut. Ganjar menjelaskan, hal tersebut akan membawa banyak dampak positif terhadap seluruh lapisan masyarakat.
"Kolaborasi dua daerah inilah yang harapan kita bisa menyejahterakan masyarakat. Ada seninya, ada budayanya, ada pariwisatanya, ada ekonominya. Yang pasti dasar budayanya tidak boleh kita tinggalkan," pungkasnya.
Pasca penandatanganan MoU, perwakilan dari kedua belah pihak akan melangsungkan sejumlah pertemuan dan kegiatan untuk merancang pelaksanaan kesepakatan itu lebih lanjut. Acara itu dihadiri oleh Presiden ke-5 RI Prof.Dr (HC) Megawati Soekarnoputri, Ketua DPP PDIP Muhammad Prananda Prabowo, Menteri PPPA Bintang Puspayoga, kepala daerah se-Provinsi Bali, tokoh adat, dan tokoh masyarakat setempat
(rca)