Bukan Johny Lumintang, Jenderal Kopassus Ini Ternyata Pangkostrad Tersingkat: Cuma 90 Menit!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tidak ada pergantian Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ( Pangkostrad ) sedramatis Letjen TNI Johny Lumintang. Jenderal lulusan Akademi Militer 1970 itu hanya menjabat tak lebih dari 17 jam. Tapi, tak banyak orang tahu ternyata ada yang lebih singkat dari itu.
Sosok tersebut tak lain Jenderal TNI Subagyo HS. Jenderal Kopassus mantan pengawal pribadi Presiden Soeharto itu secara administratif pernah menjabat Pangkostrad. Tahu berapa lama? Hanya 90 menit!
Kisah ini bermula ketika turun perintah agar Pangkostrad Letjen TNI Prabowo Subianto diganti. Bersamaan dengan itu, Danjen Kopassus Muchdi Purwoprandjono juga harus dicopot dari jabatannya.
Asal tahu, situasi setelah lengsernya Presiden Soeharto pada Mei 1998 tak stabil. Bukan hanya kondisi masyarakat yang masih kacau-balau, di tubuh TNI AD pun terjadi ketegangan. Siapa berada di pihak mana tidak mudah ditebak. Subagyo yang saat itu menjabat KSAD sadar benar situasi yang terjadi.
“Saya tidak mau membuat sejarah hitam atau peristiwa negatif di lingkungan TNI AD, baik di Mabesad, Mako Kostrad maupun di Kopassus. Sebagai pembina saya tidak mau mempermalukan pimpinan satuan besar,” tutur Bagyo dalam buku biografi berjudul ‘Subagyo HS, Kasad dari Piyungan’ yang ditulis Carmelia Sukmawati (hal 182), dikutip Selasa (6/6/2023).
Namun, perintah Istana telah datang. Tidak mungkin juga Subagyo tak melaksanakan perintah tersebut.
Tentara berkumis tebal ini berpikir keras agar bagaimana caranya pergantian tidak menimbulkan gejolak serta tak mempermalukan satuan, namun perintah atasan dapat dilaksanakan dengan baik.
Di Mabes ABRI Panglima Jenderal TNI Wiranto meminta Kepala Staf Umum Letjen TNI Fahrul Razi mencari sosok pengganti Prabowo. Sebelumnya, Wiranto disebut telah menanyakan kepada Presiden BJ Habibie tentang siapa yang akan menjabat Pangkostrad.
Atas pertanyaan tersebut, Habibie menyerahkan kepada Wiranto selaku Pangab. Selanjutnya bergulir lah empat nama sebagai kandidat yang dinilai memenuhi syarat untuk memegang tongkat komando pasukan tempur AD tersebut.
“Mereka yaitu Mayjen Johny Lumintan, Mayjen TNI Djaja Suparman, Mayjen TNI Endriartono Sutarto dan Mayjen TNI Djamari Chaniago,” kata Sintong Panjaitan sebagaimana ditulis Hendro Subroto dalam ‘Sintong Panjatan: Perjalan Prajurit Para Komando’ (hal 19).
Menurut Subagyo, selepas tengah hari Johny Lumintang yang kala itu menjabat Asops Kasum ABRI diputuskan sebagai Pangkostrad. Upacara serah terima jabatan dijadwalkan pukul 15.00 WIB di Mabesad. Namun, rencana tak semulus yang dibayangkan.
Semakin menjadi pekerjaan rumah bagi Subagyo karena hari yang sama dia harus memimpin sertijab Danjen Kopassus. Tapi tak dimungkiri, pergantian Pangkostrad yang menimbulkan sedikit ketegangan. Agak sore, Prabowo datang menemui KSAD.
Dalam perbincangan di lantai 2 Mabesad, Subagyo menjelaskan tentang pergantian Pangkostrad. Kepada Prabowo dijelaskan pula dia selanjutnya bakal menjabat komandan sekolah staf dan komando ABRI. Terjadi dialog yang cukup alot. Namun pada akhirnya, kata Bagyo, juniornya itu dapat menerima perintah atasan.
“Khusus jabatan Pangkostrad, ia meminta menyerahkan jabatan itu kepada KSAD,” tuturnya. Bagyo menyetujui permintaan tersebut. Perkembangan berikutnya, upacara penyerahan jabatan akhirnya diseting ulang menjadi pukul 17.30 WIB.
Persis menjelang magrib, dalam upacara yang dihadiri Wakil KSAD Letjen TNI Sugiono, Panglima Divisi 1 Kostrad Mayjen TNI Adam Damiri dan sejumlah pejabat teras Mabesad, Prabowo resmi menyerahkan jabatan Pangkostrad kepada Subagyo HS.
“Di Mabes AD Prabowo meletakkan jabatan dan menyerahkan Pataka Kostrad kepada KSAD Jenderal Soebagyo tanpa kehadiran penggantinya Mayjen TNI Johnny Lumintang. Ia dipindahkan sebagai Dansesko ABRI di Bandung,” kata Kivlan Zen dalam buku ‘Kivlan Zen, Personal Memoranda: dari Fitnah ke Fitnah’ tulisan Titi Dwi.
Waktu berputar cepat. Mengingat perintah agar Pangkostrad segera diganti hari itu juga, pada pukul 19.00 WIB, Subagyo bergerak ke Markas Kostrad.
Kali ini dia memimpin upacara penyerahan jabatan sekaligus pelantikan Pangkostrad baru. Dalam seremoni militer ini, Subagyo sebagai KSAD secara resmi menyerahkan jabatan Pangkostrad kepada Johny Lumintang.
Lewat tengah malam, telepon berdering di rumah dinas Subagyo. Suara di ujung telepon singkat tapi menghujam bak petir menggelegar. Intinya, Pangkostrad Letjen TNI Johnny Lumintang harus segera diganti!.
Kontan Subagyo sangat terkejut. Bila diihitung dari waktu sertijab hingga telepon itu berbunyi, praktis Johny Lumintang baru sekitar enam jam menjabat. Instruksi pimpinan ABRI itu juga tak main-main, pergantian harus secepatnya.
Sabtu pagi 23 Mei 1998, Subagyo menerima surat perintah (sprint) yang menyatakan Johny Lumintang merupakan wakil sementara (caretaker). Untuk itu harus segera ditunjuk pejabat definitif. Tentu saja Subagyo heran.
Sepengetahuannya ketika melantik Lumintang sebagai Pangkostrad, tak disebutkan bahwa rekan satu angkatan Luhut Binsar Pandjaitan tersebut pejabat sementara.
Dengan tegas Bagyo menolak sprint itu. Bukan sebagai bentuk pembangkangan, tetapi karena ada hal prinsip yang tidak terpenuhi.
Dia lantas memerintahkan Asisten Personalia KSAD Mayjen TNI Sukarjo mengembalikan sprint tersebut. Pengembalian ini ternyata direspons baik oleh pimpinan ABRI. Tak lama lagi turun sprint yang menyebut Lumintang adalah Pangkostrad definitif.
Dengan demikian, pergantian pun tidak melanggar administratif. Pukul 11.00 WIB, terjadi pergantian Pangkostrad di Makostrad. Johny Lumintang digantikan Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Djamari Chaniago.
Pergantian ini menjadi catatan sejarah karena Lumintang praktis hanya menjadi Pangkostrad selama sekitar 17 jam!.
Mengapa Johny Lumintang diganti meski baru hitungan jam jadi Pangkostrad? Banyak teori dan rumor mengenai hal tersebut. Salah satunya karena situasi politik yang masih gonjang-ganjing sehingga menyebabkan tarik-menarik kepentingan dari elite. Ini turut berimbas pada militer.
Menurut akademisi Tjipta Lesmana, terbetik kabar Pangab Wiranto mendapat tekanan untuk segera mengganti Johny Lumintang. Jika tidak, dia yang bakal dicopot dari pucuk pimpinan ABRI.
“Bukan hanya itu, Wiranto diminta supaya tongkat Panglima Kostrad diserahterimakan dari Johny kepada pejabat lain sebelum jam 8 pagi keesokan harinya, 23 Mei 1998. Sebab pagi itu Presiden Habibie akan mengumumkan susunan kabinetnya: Kabinet Reformasi Pembangunan,” kata Tjipta dalam bukunya ‘Dari Soekarno smpai SBY: Intrik&Lobi Politik Para Penguasa’ (hal 210).
Sejarah memang akhirnya menulis Lumintang menjadi Pangkostrad tersingkat. Tapi, jika memperhitungkan sisi administratif, sesungguhnya Subagyo HS yang ‘mencatat rekor’ sebagai yang paling singkat.
“Saya lebih singkat, hanya 90 menit atau satu setengah jam. Terhitung sejak menerima jabatan itu dari Pak Prabowo sebelum magrib pukul 17.30 sampai waktu menyerahkan kepada Pak Johny Lumintang pukul19.00 malam,” kata Subagyo.
Sosok tersebut tak lain Jenderal TNI Subagyo HS. Jenderal Kopassus mantan pengawal pribadi Presiden Soeharto itu secara administratif pernah menjabat Pangkostrad. Tahu berapa lama? Hanya 90 menit!
Kisah ini bermula ketika turun perintah agar Pangkostrad Letjen TNI Prabowo Subianto diganti. Bersamaan dengan itu, Danjen Kopassus Muchdi Purwoprandjono juga harus dicopot dari jabatannya.
Asal tahu, situasi setelah lengsernya Presiden Soeharto pada Mei 1998 tak stabil. Bukan hanya kondisi masyarakat yang masih kacau-balau, di tubuh TNI AD pun terjadi ketegangan. Siapa berada di pihak mana tidak mudah ditebak. Subagyo yang saat itu menjabat KSAD sadar benar situasi yang terjadi.
“Saya tidak mau membuat sejarah hitam atau peristiwa negatif di lingkungan TNI AD, baik di Mabesad, Mako Kostrad maupun di Kopassus. Sebagai pembina saya tidak mau mempermalukan pimpinan satuan besar,” tutur Bagyo dalam buku biografi berjudul ‘Subagyo HS, Kasad dari Piyungan’ yang ditulis Carmelia Sukmawati (hal 182), dikutip Selasa (6/6/2023).
Namun, perintah Istana telah datang. Tidak mungkin juga Subagyo tak melaksanakan perintah tersebut.
Tentara berkumis tebal ini berpikir keras agar bagaimana caranya pergantian tidak menimbulkan gejolak serta tak mempermalukan satuan, namun perintah atasan dapat dilaksanakan dengan baik.
Detik-detik Pergantian Pangkostrad
Di Mabes ABRI Panglima Jenderal TNI Wiranto meminta Kepala Staf Umum Letjen TNI Fahrul Razi mencari sosok pengganti Prabowo. Sebelumnya, Wiranto disebut telah menanyakan kepada Presiden BJ Habibie tentang siapa yang akan menjabat Pangkostrad.
Atas pertanyaan tersebut, Habibie menyerahkan kepada Wiranto selaku Pangab. Selanjutnya bergulir lah empat nama sebagai kandidat yang dinilai memenuhi syarat untuk memegang tongkat komando pasukan tempur AD tersebut.
“Mereka yaitu Mayjen Johny Lumintan, Mayjen TNI Djaja Suparman, Mayjen TNI Endriartono Sutarto dan Mayjen TNI Djamari Chaniago,” kata Sintong Panjaitan sebagaimana ditulis Hendro Subroto dalam ‘Sintong Panjatan: Perjalan Prajurit Para Komando’ (hal 19).
Menurut Subagyo, selepas tengah hari Johny Lumintang yang kala itu menjabat Asops Kasum ABRI diputuskan sebagai Pangkostrad. Upacara serah terima jabatan dijadwalkan pukul 15.00 WIB di Mabesad. Namun, rencana tak semulus yang dibayangkan.
Semakin menjadi pekerjaan rumah bagi Subagyo karena hari yang sama dia harus memimpin sertijab Danjen Kopassus. Tapi tak dimungkiri, pergantian Pangkostrad yang menimbulkan sedikit ketegangan. Agak sore, Prabowo datang menemui KSAD.
Dalam perbincangan di lantai 2 Mabesad, Subagyo menjelaskan tentang pergantian Pangkostrad. Kepada Prabowo dijelaskan pula dia selanjutnya bakal menjabat komandan sekolah staf dan komando ABRI. Terjadi dialog yang cukup alot. Namun pada akhirnya, kata Bagyo, juniornya itu dapat menerima perintah atasan.
“Khusus jabatan Pangkostrad, ia meminta menyerahkan jabatan itu kepada KSAD,” tuturnya. Bagyo menyetujui permintaan tersebut. Perkembangan berikutnya, upacara penyerahan jabatan akhirnya diseting ulang menjadi pukul 17.30 WIB.
Persis menjelang magrib, dalam upacara yang dihadiri Wakil KSAD Letjen TNI Sugiono, Panglima Divisi 1 Kostrad Mayjen TNI Adam Damiri dan sejumlah pejabat teras Mabesad, Prabowo resmi menyerahkan jabatan Pangkostrad kepada Subagyo HS.
“Di Mabes AD Prabowo meletakkan jabatan dan menyerahkan Pataka Kostrad kepada KSAD Jenderal Soebagyo tanpa kehadiran penggantinya Mayjen TNI Johnny Lumintang. Ia dipindahkan sebagai Dansesko ABRI di Bandung,” kata Kivlan Zen dalam buku ‘Kivlan Zen, Personal Memoranda: dari Fitnah ke Fitnah’ tulisan Titi Dwi.
Waktu berputar cepat. Mengingat perintah agar Pangkostrad segera diganti hari itu juga, pada pukul 19.00 WIB, Subagyo bergerak ke Markas Kostrad.
Kali ini dia memimpin upacara penyerahan jabatan sekaligus pelantikan Pangkostrad baru. Dalam seremoni militer ini, Subagyo sebagai KSAD secara resmi menyerahkan jabatan Pangkostrad kepada Johny Lumintang.
Pangkostrad 17 Jam
Lewat tengah malam, telepon berdering di rumah dinas Subagyo. Suara di ujung telepon singkat tapi menghujam bak petir menggelegar. Intinya, Pangkostrad Letjen TNI Johnny Lumintang harus segera diganti!.
Kontan Subagyo sangat terkejut. Bila diihitung dari waktu sertijab hingga telepon itu berbunyi, praktis Johny Lumintang baru sekitar enam jam menjabat. Instruksi pimpinan ABRI itu juga tak main-main, pergantian harus secepatnya.
Sabtu pagi 23 Mei 1998, Subagyo menerima surat perintah (sprint) yang menyatakan Johny Lumintang merupakan wakil sementara (caretaker). Untuk itu harus segera ditunjuk pejabat definitif. Tentu saja Subagyo heran.
Sepengetahuannya ketika melantik Lumintang sebagai Pangkostrad, tak disebutkan bahwa rekan satu angkatan Luhut Binsar Pandjaitan tersebut pejabat sementara.
Dengan tegas Bagyo menolak sprint itu. Bukan sebagai bentuk pembangkangan, tetapi karena ada hal prinsip yang tidak terpenuhi.
Dia lantas memerintahkan Asisten Personalia KSAD Mayjen TNI Sukarjo mengembalikan sprint tersebut. Pengembalian ini ternyata direspons baik oleh pimpinan ABRI. Tak lama lagi turun sprint yang menyebut Lumintang adalah Pangkostrad definitif.
Dengan demikian, pergantian pun tidak melanggar administratif. Pukul 11.00 WIB, terjadi pergantian Pangkostrad di Makostrad. Johny Lumintang digantikan Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Djamari Chaniago.
Pergantian ini menjadi catatan sejarah karena Lumintang praktis hanya menjadi Pangkostrad selama sekitar 17 jam!.
Pangkostrad 90 Menit
Mengapa Johny Lumintang diganti meski baru hitungan jam jadi Pangkostrad? Banyak teori dan rumor mengenai hal tersebut. Salah satunya karena situasi politik yang masih gonjang-ganjing sehingga menyebabkan tarik-menarik kepentingan dari elite. Ini turut berimbas pada militer.
Menurut akademisi Tjipta Lesmana, terbetik kabar Pangab Wiranto mendapat tekanan untuk segera mengganti Johny Lumintang. Jika tidak, dia yang bakal dicopot dari pucuk pimpinan ABRI.
“Bukan hanya itu, Wiranto diminta supaya tongkat Panglima Kostrad diserahterimakan dari Johny kepada pejabat lain sebelum jam 8 pagi keesokan harinya, 23 Mei 1998. Sebab pagi itu Presiden Habibie akan mengumumkan susunan kabinetnya: Kabinet Reformasi Pembangunan,” kata Tjipta dalam bukunya ‘Dari Soekarno smpai SBY: Intrik&Lobi Politik Para Penguasa’ (hal 210).
Sejarah memang akhirnya menulis Lumintang menjadi Pangkostrad tersingkat. Tapi, jika memperhitungkan sisi administratif, sesungguhnya Subagyo HS yang ‘mencatat rekor’ sebagai yang paling singkat.
“Saya lebih singkat, hanya 90 menit atau satu setengah jam. Terhitung sejak menerima jabatan itu dari Pak Prabowo sebelum magrib pukul 17.30 sampai waktu menyerahkan kepada Pak Johny Lumintang pukul19.00 malam,” kata Subagyo.
(hab)