LSI Denny JA: Posisi Airlangga Menguat Jika Koalisi Perubahan Gagal Terbentuk
loading...
A
A
A
Anies Baswedan dinilai bisa menambah elektabilitas capres, berbeda dengan cawapres lain. Namun, Anies Baswedan tidak membawa partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat. Apalagi, Anies Baswedan dapat menjadi ancaman bagi sang capres karena bisa menjadi matahari kembar bagi presiden terpilih nanti.
“Sebaliknya, Airlangga Hartarto memang tidak menambah elektabilitas capres secara langsung melalui personal dirinya sendiri. Tapi, Airlangga bisa mempengaruhi elektabilitas capres secara tidak langsung. Itu karena Airlangga membawa mesin partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat untuk isu ekonomi,” terang Ade.
Dia mengungkapkan di luar Anies Baswedan dalam bursa cawapres yang mampu mendongkrak elektabilitas capres, Airlangga Hartarto tetap memperoleh indeks cawapres tertinggi. Index cawapres ini merupakan variabel yang menjadi pertimbangan penentuan cawapres, yakni elektabilitas, ketua umum partai politik, tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.
Airlangga Hartarto unggul karena ada tiga variabel yang dimiliki, yakni ketua umum partai politik, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana. Sedangkan, cawapres lain hanya memiliki satu atau dua variabel saja adalah Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, Sandiaga Uno, Mahfud MD, dan Khofifah Indar Parawansa.
Ade melanjutkan jika Anies Baswedan gagal mendapatkan tiket capres di Pilpres 2024, ada beberapa opsi yang bisa dipilihnya. Anies Baswedan bisa bertarung kembali di Pilkada DKI Jakarta 2024-2029 atau masuk dalam bursa cawapres.
“Apa pun yang dipilihnya, Anies tentu memilih membuatnya lebih mudah untuk mendapatkan tiket capres di 2029. Satu periode menjadi orang nomor satu di Jakarta tentu menjadi modal utama Anies untuk maju kembali di Pilkada DKI 2024,” papar Ade.
Jika lebih memilih masuk ke bursa cawapres, Anies Baswedan belum tentu akhirnya yang dipilih meski dapat menaikkan elektabilitas sang capres. Pasalnya, Anies Baswedan berpotensi menjadi matahari kembar bagi presiden terpilih nantinya.
“Di samping itu ada rasa khawatir presiden terpilih. Dengan menjadi wapres, bukankah itu membuat Anies menjadi capres yang lebih kuat lagi di 2029 untuk kelak menantang sang presiden itu sendiri?” ujarnya.
Jika Anies Baswedan gagal mendapatkan tiket capres, nasib partai politik Koalisi Perubahan kemungkinan bakal pecah. Melihat jejak panjang persaingan politik maka kecil kemungkinan Partai Demokrat dan Partai Nasdem bergabung dengan PDIP.
Sementara, karena alasan ideologi atau politik agama, kecil pula kemungkinan PKS berkumpul dengan PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo. “Jauh lebih besar kemungkinan semua partai Koalisi Perubahan, Nasdem, PKS, dan Demokrat bergabung dengan Prabowo,” pungkasya.
“Sebaliknya, Airlangga Hartarto memang tidak menambah elektabilitas capres secara langsung melalui personal dirinya sendiri. Tapi, Airlangga bisa mempengaruhi elektabilitas capres secara tidak langsung. Itu karena Airlangga membawa mesin partai besar, sumber dana, dan pengalaman di pemerintah pusat untuk isu ekonomi,” terang Ade.
Dia mengungkapkan di luar Anies Baswedan dalam bursa cawapres yang mampu mendongkrak elektabilitas capres, Airlangga Hartarto tetap memperoleh indeks cawapres tertinggi. Index cawapres ini merupakan variabel yang menjadi pertimbangan penentuan cawapres, yakni elektabilitas, ketua umum partai politik, tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.
Airlangga Hartarto unggul karena ada tiga variabel yang dimiliki, yakni ketua umum partai politik, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana. Sedangkan, cawapres lain hanya memiliki satu atau dua variabel saja adalah Erick Thohir, Muhaimin Iskandar, Sandiaga Uno, Mahfud MD, dan Khofifah Indar Parawansa.
Ade melanjutkan jika Anies Baswedan gagal mendapatkan tiket capres di Pilpres 2024, ada beberapa opsi yang bisa dipilihnya. Anies Baswedan bisa bertarung kembali di Pilkada DKI Jakarta 2024-2029 atau masuk dalam bursa cawapres.
“Apa pun yang dipilihnya, Anies tentu memilih membuatnya lebih mudah untuk mendapatkan tiket capres di 2029. Satu periode menjadi orang nomor satu di Jakarta tentu menjadi modal utama Anies untuk maju kembali di Pilkada DKI 2024,” papar Ade.
Jika lebih memilih masuk ke bursa cawapres, Anies Baswedan belum tentu akhirnya yang dipilih meski dapat menaikkan elektabilitas sang capres. Pasalnya, Anies Baswedan berpotensi menjadi matahari kembar bagi presiden terpilih nantinya.
“Di samping itu ada rasa khawatir presiden terpilih. Dengan menjadi wapres, bukankah itu membuat Anies menjadi capres yang lebih kuat lagi di 2029 untuk kelak menantang sang presiden itu sendiri?” ujarnya.
Jika Anies Baswedan gagal mendapatkan tiket capres, nasib partai politik Koalisi Perubahan kemungkinan bakal pecah. Melihat jejak panjang persaingan politik maka kecil kemungkinan Partai Demokrat dan Partai Nasdem bergabung dengan PDIP.
Sementara, karena alasan ideologi atau politik agama, kecil pula kemungkinan PKS berkumpul dengan PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo. “Jauh lebih besar kemungkinan semua partai Koalisi Perubahan, Nasdem, PKS, dan Demokrat bergabung dengan Prabowo,” pungkasya.