Fakta-fakta Letjen TNI (Purn) Besar Harto Karyawan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fakta-fakta mengenai Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purn) Besar Harto Karyawan yang diulas dalam artikel ini menarik untuk diketahui. Jabatan terakhir Purnawirawan TNI Angkatan Darat (AD) ini adalah Koordinator Staf Ahli Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Pria kelahiran 31 Mei 1963, Lubuk Sikaping, Pasaman, Sumatera Barat ini memasuki masa pensiun sejak Juni 2021. Berikut fakta-fakta mengenai purnawirawan Jenderal Bintang 3 TNI ini:
Selanjutnya, pangkatnya naik menjadi Kapten dan pernah menjabat sebagai Kasi 4/Log Yonif Linud 503/Mayangkara Kostrad, Dankipan A Yonif Linud 503/Mayangkara Kostrad, dan Dankima Yonif Linud 503/Mayangkara Kostrad.
Baca Juga: Karier Mayjen Besar Harto Karyawan hingga Menjadi Pangkostrad
Kariernya pun terus naik. Ketika berpangkat Mayor, dia pernah menjabat sebagai Dandenma Brigif Linud 18/Trisula, Wadanyonif Linud 330/Tri Dharma Kostrad, Danyonif Linud 502/Ujwala Yudha Kostrad (2000-2003), Dandenma Kostrad, dan Kasiops Korem 083/Baladhika Jaya Kodam V/Brawijaya.
Selanjutnya, pangkatnya naik dari Mayor menjadi Letnan Kolonel (Letkol). Nah, ketika berpangkat Letkol, lulusan Akademi Militer (Akmil) 1986 ini pernah menjabat sebagai Dandim 0818/Malang Rem 083/Baladhika Jaya, Kasrem 082/Citra Panca Yudha Jaya Dam V/Brawijaya, Kasrem 084/Bhaskara Jaya Dam V/Brawijaya, dan Waasops Kasdam V/Brawijaya.
Setelah itu, ketika pangkatnya naik menjadi Kolonel, Besar Harto pernah dipercaya mengemban amanah sebagai Danbrigif 13/Galuh (2010), Asops Kasdam XII/Tanjungpura (2010), Pamen Ahli Gol IV Akmil Bid. Permildas, Pamen Denma Mabesad (Dik Sesko TNI), Dosen Sesko TNI, Danrem 062/Tarumanegara (2013), dan Irdam Jaya (2014).
Baca Juga: Besar Harto Resmi Pangkostrad, Pangdam Siliwangi Dijabat Tri Soewandono
Kariernya semakin cemerlang, pangkatnya naik menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI. Ketika masih sebagai Jenderal Bintang 1, Besar Harto pernah menjabat sebagai Ir Kostrad (2015), Kakordos Sesko TNI (2016), dan Ir Kostrad (2016).
Kariernya terus meroket. Dia dipercaya sebagai Komandan Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat (Danpuspenerbad) (2017), selanjutnya Pangdam III/Siliwangi (2018) ketika berpangkat Mayor Jenderal (Mayjen) TNI.
Bintang emas di pundaknya bertambah menjadi tiga atau disebut Letnan Jenderal (Letjen) dan dipercaya menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan Darat atau Pangkostrad (2018). Pernah menjabat sebagai Pangkostrad merupakan hal yang tidak terlupakan baginya karena harus meningkatkan dan mempertahankan kemampuan prajurit dengan jumlah hampir 27.000 personel untuk menjadi profesional.
Baca Juga: Mayjen TNI Besar Harto Karyawan Terima Wing Kehormatan Penerbad
Setelah itu, dia dimutasi menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Danpussenif) Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat atau Kodiklatad (2020). Jabatan terakhirnya adalah Koordinator Staf Ahli KSAD (2021).
“Selama kurang lebih 35 tahun bertugas di TNI AD, hampir 20 tahun saya menjalankan tugas di lapangan baik operasi maupun latihan. Diberikan kesempatan dan kepercayaan menjadi Pangkostrad merupakan yang paling berkesan,” ujar Letjen TNI (Purn) Besar Harto Karyawan dalam video yang diunggah kanal YouTube TNI AD pada 18 Juni 2021.
Dia mengungkapkan bahwa untuk menjadi seorang prajurit harus menguasai 5 kemampuan dasar dan 1 kemampuan spesialisasi yang akan menciptakan prajurit yang profesional. “Seluruh hal mendasar yang mereka kuasai harus dipertanggungjawabkan sampai akhir hayat menjadi seorang prajurit,” katanya.
Dia mengaku ingin selalu berkumpul bersama keluarga dan menikmati kebahagiaan yang telah dihasilkan selama 35 tahun bertugas di TNI AD setelah memasuki masa purnabakti. “Berkumpul bersama keluarga yang kerap saya tinggalkan bertugas merupakan kesempatan emas bagi saya di masa purnabakti ini,” tuturnya.
Tak jarang dirinya bersama keluarga pindah-pindah tempat tinggal mengikuti sang ayah yang pindah tugas. Pada usia dua tahun, Besar Harto dan keluarga pindah ke Talu, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
“Di Talu 1 tahun, kebetulan bapak saya menjabat Buterpra di sana atau Danramil,” kata Besar Harto Karyawan ketika momen pulang kampung sekitar dua tahun lalu dikutip dari kanal YouTube Bang Nadli.
Saat momen pulang kampung ke tanah kelahirannya, Lubuk Sikaping, Pasaman, Sumatera Barat, dirinya masih sebagai Danpussenif. “Kemudian pindah kembali ke Lubuk Sikaping ini dan menetap di sini sampai tahun 1966,” tuturnya.
Selanjutnya, dia dan keluarga pindah ke Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada 1966-1967. “Tahun 1969 kami pindah ke Medan (Sumatera Utara, red),” ucapnya.
Meski lahir di Padang, dia bukanlah berdarah Minang. Ibunya asli Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan sang ayah asli Pemalang, Jawa Tengah. “Mboke nyong Slawi, Bapake nyong Pemalang, ambo lahir di Padang ini,” kata dia.
“Buku ini merupakan referensi dari sebuah perenungan panjang saya, dalam pengabdian sebagai prajurit TNI selama 34 tahun, 21 tahun berturut-turut menjadi prajurit Darma Putra Kostrad," kata Besar.
Buku ini juga dibuat sebagai upaya menggali, mengurai, dan memaknai arti kekuatan yang terdapat pada lambang Cakra Kostrad, dikaitkan dengan berbagai anugerah hikmah yang terselip dalam setiap kejadian sepanjang perjalanan karier sehingga menghasilkan sebuah karya orisinil yang muncul dari akal sadar dan hati nuraninya yang paling dalam.
Dikutip dari laman resmi Pussenif, buku tersebut diciptakan dari hasil sebuah renungan dan pemikiran dari Besar Harto Karyawan. Isi buku ini tentang arti nilai-nilai kehidupan kita sebagai manusia, manusia sendiri diciptakan sempurna dari seluruh jenis mahluk hidup yang Tuhan ciptakan, manusia mempunyai akal dan pikiran yang menjadikannya mampu menjadi pengendali dalam kehidupan semesta ini.
“Maka dari pada itu, digalilah seluruh potensi yang ada pada diri seorang manusia, namun tentunya dengan akal yang diberikan Tuhan sangat terbatas untuk mengetahui apa yang bisa dilihat secara kasat mata hingga hanya bisa disadari secara intuisi belaka,” bunyi keterangan Penerangan Pussenif di laman resmi Pussenif mengenai buku tersebut.
Niat adalah fondasi dasar dalam bekerja dan melakukan semua kegiatan, karena pada dasarnya niat berasal dari lapisan hati manusia yang paling tulus dan ikhlas.
2. Sikap dan perilaku
Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri dengan perilaku yang baik tulus secara terus-menerus dan berulang-ulang akan menjadikan karakter yang bermartabat tinggi.
3. Pancaran mata
Cara berkomunikasi non visual yang memancarkan semangat penuh percaya diri serta mampu mengeluarkan aura kewibawaan yang kuat dan berkharisma.
4. Komunikasi
Komunikasi dapat dimaknai sebagai jalannya proses di mana seseorang maupun sekelompok orang menciptakan serta menggunakan sejumlah informasi agar saling terhubung dengan lingkungan sekitar.
5. Kesiagaan dan kewaspadaan
Kesiagaan bela diri yang mampu melumpuhkan lawan dan kewaspadaan untuk mengantisipasi agar tidak terdadak.
6. Daya imajinasi
Memiliki pikiran yang bersih, aktif, positif serta percaya diri sehingga mampu membaca situasi, memprediksi hal yang kemungkinan akan terjadi serta kreatif untuk mencari alternatif solusi dan jalan keluar dari permasalahan.
7. Keputusan
Cara menggunakan potensi otak yang diselaraskan dengan hati nurani disertakan niat yang baik sehingga melahirkan tindakan dan opini reaksi terhadap solusi yang dilakukan dengan tindakan dan opini kemudian menganalisa kemungkinan-kemungkinan serta konsekuensinya hingga mampu memecahkan suatu permasalahan.
8. Keyakinan
Merupakan inti dari kualitas tanggung jawab seseorang yang terlibat dari rasa percaya diri, antusiasme, dan optimisme Akhir kata, yakinlah pada kekuatan cakra yang ada pada dirimu!
Pria kelahiran 31 Mei 1963, Lubuk Sikaping, Pasaman, Sumatera Barat ini memasuki masa pensiun sejak Juni 2021. Berikut fakta-fakta mengenai purnawirawan Jenderal Bintang 3 TNI ini:
1. 35 Tahun Mengabdi di TNI AD
Karier militernya diawali sejak 1986 ketika dilantik menjadi perwira dengan pangkat Letnan Dua. Sejumlah jabatan pernah dia emban ketika masih berpangkat Letnan Dua hingga Letnan Satu, yakni Danton Yonif 509/Balawara Yudha Kostrad, Danton 2/B Yonif 509/Balawara Yudha Kostrad, Ws. Danki B Yonif 509/Balawara Yudha Kostrad, Danton 1/B Yonif 509/Balawara Yudha Kostrad, dan Danton 1/A Yonif 509/Balawara Yudha Kostrad.Selanjutnya, pangkatnya naik menjadi Kapten dan pernah menjabat sebagai Kasi 4/Log Yonif Linud 503/Mayangkara Kostrad, Dankipan A Yonif Linud 503/Mayangkara Kostrad, dan Dankima Yonif Linud 503/Mayangkara Kostrad.
Baca Juga: Karier Mayjen Besar Harto Karyawan hingga Menjadi Pangkostrad
Kariernya pun terus naik. Ketika berpangkat Mayor, dia pernah menjabat sebagai Dandenma Brigif Linud 18/Trisula, Wadanyonif Linud 330/Tri Dharma Kostrad, Danyonif Linud 502/Ujwala Yudha Kostrad (2000-2003), Dandenma Kostrad, dan Kasiops Korem 083/Baladhika Jaya Kodam V/Brawijaya.
Selanjutnya, pangkatnya naik dari Mayor menjadi Letnan Kolonel (Letkol). Nah, ketika berpangkat Letkol, lulusan Akademi Militer (Akmil) 1986 ini pernah menjabat sebagai Dandim 0818/Malang Rem 083/Baladhika Jaya, Kasrem 082/Citra Panca Yudha Jaya Dam V/Brawijaya, Kasrem 084/Bhaskara Jaya Dam V/Brawijaya, dan Waasops Kasdam V/Brawijaya.
Setelah itu, ketika pangkatnya naik menjadi Kolonel, Besar Harto pernah dipercaya mengemban amanah sebagai Danbrigif 13/Galuh (2010), Asops Kasdam XII/Tanjungpura (2010), Pamen Ahli Gol IV Akmil Bid. Permildas, Pamen Denma Mabesad (Dik Sesko TNI), Dosen Sesko TNI, Danrem 062/Tarumanegara (2013), dan Irdam Jaya (2014).
Baca Juga: Besar Harto Resmi Pangkostrad, Pangdam Siliwangi Dijabat Tri Soewandono
Kariernya semakin cemerlang, pangkatnya naik menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI. Ketika masih sebagai Jenderal Bintang 1, Besar Harto pernah menjabat sebagai Ir Kostrad (2015), Kakordos Sesko TNI (2016), dan Ir Kostrad (2016).
Kariernya terus meroket. Dia dipercaya sebagai Komandan Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat (Danpuspenerbad) (2017), selanjutnya Pangdam III/Siliwangi (2018) ketika berpangkat Mayor Jenderal (Mayjen) TNI.
Bintang emas di pundaknya bertambah menjadi tiga atau disebut Letnan Jenderal (Letjen) dan dipercaya menjabat Panglima Komando Strategis Angkatan Darat atau Pangkostrad (2018). Pernah menjabat sebagai Pangkostrad merupakan hal yang tidak terlupakan baginya karena harus meningkatkan dan mempertahankan kemampuan prajurit dengan jumlah hampir 27.000 personel untuk menjadi profesional.
Baca Juga: Mayjen TNI Besar Harto Karyawan Terima Wing Kehormatan Penerbad
Setelah itu, dia dimutasi menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Danpussenif) Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat atau Kodiklatad (2020). Jabatan terakhirnya adalah Koordinator Staf Ahli KSAD (2021).
“Selama kurang lebih 35 tahun bertugas di TNI AD, hampir 20 tahun saya menjalankan tugas di lapangan baik operasi maupun latihan. Diberikan kesempatan dan kepercayaan menjadi Pangkostrad merupakan yang paling berkesan,” ujar Letjen TNI (Purn) Besar Harto Karyawan dalam video yang diunggah kanal YouTube TNI AD pada 18 Juni 2021.
Dia mengungkapkan bahwa untuk menjadi seorang prajurit harus menguasai 5 kemampuan dasar dan 1 kemampuan spesialisasi yang akan menciptakan prajurit yang profesional. “Seluruh hal mendasar yang mereka kuasai harus dipertanggungjawabkan sampai akhir hayat menjadi seorang prajurit,” katanya.
Dia mengaku ingin selalu berkumpul bersama keluarga dan menikmati kebahagiaan yang telah dihasilkan selama 35 tahun bertugas di TNI AD setelah memasuki masa purnabakti. “Berkumpul bersama keluarga yang kerap saya tinggalkan bertugas merupakan kesempatan emas bagi saya di masa purnabakti ini,” tuturnya.
2. Anak Kolong
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Anak Kolong adalah anak serdadu atau anak tentara. Ya, ayah Besar Harto Karyawan adalah seorang tentara.Tak jarang dirinya bersama keluarga pindah-pindah tempat tinggal mengikuti sang ayah yang pindah tugas. Pada usia dua tahun, Besar Harto dan keluarga pindah ke Talu, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.
“Di Talu 1 tahun, kebetulan bapak saya menjabat Buterpra di sana atau Danramil,” kata Besar Harto Karyawan ketika momen pulang kampung sekitar dua tahun lalu dikutip dari kanal YouTube Bang Nadli.
Saat momen pulang kampung ke tanah kelahirannya, Lubuk Sikaping, Pasaman, Sumatera Barat, dirinya masih sebagai Danpussenif. “Kemudian pindah kembali ke Lubuk Sikaping ini dan menetap di sini sampai tahun 1966,” tuturnya.
Selanjutnya, dia dan keluarga pindah ke Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada 1966-1967. “Tahun 1969 kami pindah ke Medan (Sumatera Utara, red),” ucapnya.
Meski lahir di Padang, dia bukanlah berdarah Minang. Ibunya asli Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan sang ayah asli Pemalang, Jawa Tengah. “Mboke nyong Slawi, Bapake nyong Pemalang, ambo lahir di Padang ini,” kata dia.
3. Luncurkan Buku Delapan Kekuatan Cakra
Ketika masih menjadi Pangkostrad, Besar Harto Karyawan pernah meluncurkan buku 'Delapan Kekuatan Cakra Sebagai Sumber Inspirasi, Profesionalisme Dan Senjata Pamungkas Prajurit Darma Putra Kostrad'. Peluncuran buku tersebut berlangsung di Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (8/5/2020).“Buku ini merupakan referensi dari sebuah perenungan panjang saya, dalam pengabdian sebagai prajurit TNI selama 34 tahun, 21 tahun berturut-turut menjadi prajurit Darma Putra Kostrad," kata Besar.
Buku ini juga dibuat sebagai upaya menggali, mengurai, dan memaknai arti kekuatan yang terdapat pada lambang Cakra Kostrad, dikaitkan dengan berbagai anugerah hikmah yang terselip dalam setiap kejadian sepanjang perjalanan karier sehingga menghasilkan sebuah karya orisinil yang muncul dari akal sadar dan hati nuraninya yang paling dalam.
Dikutip dari laman resmi Pussenif, buku tersebut diciptakan dari hasil sebuah renungan dan pemikiran dari Besar Harto Karyawan. Isi buku ini tentang arti nilai-nilai kehidupan kita sebagai manusia, manusia sendiri diciptakan sempurna dari seluruh jenis mahluk hidup yang Tuhan ciptakan, manusia mempunyai akal dan pikiran yang menjadikannya mampu menjadi pengendali dalam kehidupan semesta ini.
“Maka dari pada itu, digalilah seluruh potensi yang ada pada diri seorang manusia, namun tentunya dengan akal yang diberikan Tuhan sangat terbatas untuk mengetahui apa yang bisa dilihat secara kasat mata hingga hanya bisa disadari secara intuisi belaka,” bunyi keterangan Penerangan Pussenif di laman resmi Pussenif mengenai buku tersebut.
Berikut 8 kekuatan cakra yang dirangkum dalam buku tersebut:
1. Niat yang baik, tulus dan ikhlasNiat adalah fondasi dasar dalam bekerja dan melakukan semua kegiatan, karena pada dasarnya niat berasal dari lapisan hati manusia yang paling tulus dan ikhlas.
2. Sikap dan perilaku
Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri dengan perilaku yang baik tulus secara terus-menerus dan berulang-ulang akan menjadikan karakter yang bermartabat tinggi.
3. Pancaran mata
Cara berkomunikasi non visual yang memancarkan semangat penuh percaya diri serta mampu mengeluarkan aura kewibawaan yang kuat dan berkharisma.
4. Komunikasi
Komunikasi dapat dimaknai sebagai jalannya proses di mana seseorang maupun sekelompok orang menciptakan serta menggunakan sejumlah informasi agar saling terhubung dengan lingkungan sekitar.
5. Kesiagaan dan kewaspadaan
Kesiagaan bela diri yang mampu melumpuhkan lawan dan kewaspadaan untuk mengantisipasi agar tidak terdadak.
6. Daya imajinasi
Memiliki pikiran yang bersih, aktif, positif serta percaya diri sehingga mampu membaca situasi, memprediksi hal yang kemungkinan akan terjadi serta kreatif untuk mencari alternatif solusi dan jalan keluar dari permasalahan.
7. Keputusan
Cara menggunakan potensi otak yang diselaraskan dengan hati nurani disertakan niat yang baik sehingga melahirkan tindakan dan opini reaksi terhadap solusi yang dilakukan dengan tindakan dan opini kemudian menganalisa kemungkinan-kemungkinan serta konsekuensinya hingga mampu memecahkan suatu permasalahan.
8. Keyakinan
Merupakan inti dari kualitas tanggung jawab seseorang yang terlibat dari rasa percaya diri, antusiasme, dan optimisme Akhir kata, yakinlah pada kekuatan cakra yang ada pada dirimu!
(rca)