4 Fakta Omar Dhani, Panglima AURI yang Nyaris Dihukum Mati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Omar Dhani merupakan salah satu tokoh militer yang namanya sempat tenggelam di era orde baru. Sosok pro Soekarno ini dikenal sebagai Panglima Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Pria kelahiran Surakarta pada 23 Januari 1924 ini dibesarkan oleh keluarga terpelajar. Tak heran bila dirinya sempat bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Klaten pada 1937, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) pada 1940, dan Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta pada tahun 1942.
Barulah pada tahun 1950, Omar Dhani mendaftarkan dirinya ke AURI. Kariernya di Angkatan Udara sendiri terbilang moncer. Namun karier gemilangnya ini harus terpendam ketika dirinya diduga terlibat G30S PKI.
Usai menjalankan pelatihan, Omar yang berpangkat Letnan Muda ditugaskan sebagai co-pilot pesawat angkut Dakota di Pangkalan Udara Cililitan. Pangkatnya menjadi letnan satu ketika dia dipercaya menjadi Komandan Skadron 2 di Cililitan pada tahun 1954.
Dua tahun kemudian, Omar kembali mendapat pelatihan ke luar negeri. Dia dikirim ke Andover, Inggris untuk belajar di Royal Air Force Staff College. Sepulangnya dari Negeri Ratu Elizabeth, dia langsung terjun dalam operasi PRRI/Permesta.
Jabatan dan pangkatnya terus meroket semenjak dirinya mendapat label loyalis Soekarno. Mulai dari jabatan Direktur Operasi AURI dengan pangkat letnan kolonel di tahun 1960, sampai dirinya menyandang pangkat Kolonel Udara pada 1961.
Puncaknya terjadi pada 19 Januari 1962, ketika Soekarno menunjuknya sebagai Menteri/Panglima Angkatan Udara. Kala itu usianya bahkan belum genap 38 tahun.
Tidak hanya Omar yang terkena getah, seluruh kesatuan Angkatan Udara juga menjadi bulan-bulanan sepekan setelah peristiwa G30S menurut penuturan sejarawan Asvi Warman.
Petaka itu bermula dari perintah harian yang terbukti keliru. Pada tanggal 1 Oktober 1965, Omar Dhani mengeluarkan pernyataan menyikapi G30S yang diumumkan RRI.
Pria kelahiran Surakarta pada 23 Januari 1924 ini dibesarkan oleh keluarga terpelajar. Tak heran bila dirinya sempat bersekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Klaten pada 1937, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) pada 1940, dan Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta pada tahun 1942.
Barulah pada tahun 1950, Omar Dhani mendaftarkan dirinya ke AURI. Kariernya di Angkatan Udara sendiri terbilang moncer. Namun karier gemilangnya ini harus terpendam ketika dirinya diduga terlibat G30S PKI.
4 Fakta Omar Dhani
Berikut ini beberapa fakta tentang Omar Dhani yang diduga punya andil dalam peristiwa G30S PKI dan nyaris dihukum mati.1. Punya Karier Cemerlang di AURI
Semenjak masuknya Omar Dhani ke AURI pada tahun 1950 silam, dirinya langsung tergabung dalam 60 kadet penerbang AURI yang dikirim ke Academy of Aeronautics TAOLA, California, Amerika Serikat.Usai menjalankan pelatihan, Omar yang berpangkat Letnan Muda ditugaskan sebagai co-pilot pesawat angkut Dakota di Pangkalan Udara Cililitan. Pangkatnya menjadi letnan satu ketika dia dipercaya menjadi Komandan Skadron 2 di Cililitan pada tahun 1954.
Dua tahun kemudian, Omar kembali mendapat pelatihan ke luar negeri. Dia dikirim ke Andover, Inggris untuk belajar di Royal Air Force Staff College. Sepulangnya dari Negeri Ratu Elizabeth, dia langsung terjun dalam operasi PRRI/Permesta.
Jabatan dan pangkatnya terus meroket semenjak dirinya mendapat label loyalis Soekarno. Mulai dari jabatan Direktur Operasi AURI dengan pangkat letnan kolonel di tahun 1960, sampai dirinya menyandang pangkat Kolonel Udara pada 1961.
Puncaknya terjadi pada 19 Januari 1962, ketika Soekarno menunjuknya sebagai Menteri/Panglima Angkatan Udara. Kala itu usianya bahkan belum genap 38 tahun.
2. Diduga Terlibat G30S PKI
Sayangnya seluruh rentetan karier cemerlang yang telah dibangun harus hancur usai namanya terseret dalam peristiwa penculikan para jenderal TNI AD oleh Gerakan 30 September (G30S).Tidak hanya Omar yang terkena getah, seluruh kesatuan Angkatan Udara juga menjadi bulan-bulanan sepekan setelah peristiwa G30S menurut penuturan sejarawan Asvi Warman.
Petaka itu bermula dari perintah harian yang terbukti keliru. Pada tanggal 1 Oktober 1965, Omar Dhani mengeluarkan pernyataan menyikapi G30S yang diumumkan RRI.