Sakti! Empat Kali Nyaris Mati, Jenderal Berwajah Besi Ini Melesat Jadi Panglima TNI
loading...
A
A
A
“Saya langsung pingsan, darah berceceran. Saya dibopong teman-teman, dilarikan menyeberang bengawan dan dibawa ke Bekonang,” kata Benny.
Ternyata itu bukan kali pertama Benny berhadapan dengan maut. Setidaknya tedapat tiga momen lain dia terjebak antara hidup dan mati di medan pertempuran. Berikut kisahnya:
1. Operasi Naga Papua
Kelak ketika dia resmi menjadi anggota TNI dan ditugaskan di Irian Barat (kini Papua), sekali lagi Benny hampir gugur. Tembakan musuh mengenai topi rimbanya. Jika meleset sedikit saja, bukan tidak mungkin namanya akan tinggal kenangan.
Operasi Naga diluncurkan sebagai perwujudan dari Tri Komando Rakyat (Trikora) yang diumumkan Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961. Ketika itu, Indonesia hendak memperkuat diplomasi dalam perundingan dengan Belanda di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pasukan yang dikerahkan dalam Operasi Naga berasal dari Komando Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pimpinan Letda Inf Soedarto dan Kompi II Batalyon 550/Brawijaya pimpinan Kapten Inf Bambang Soepeno. “Bertindak sebagai Komandan Operasi Naga Mayor Inf Benny Moerdani,” tulis 'Sejarah Angkatan Udara Indonesia (1960-1969) Jilid III' yang diterbitkan Dinas Penerangan Angkatan Udara (hal 95).
Tapi sejarah mencatat, Operasi Naga berakhir kacau-balau. Minimnya data intelijen, medan lapangan yang sulit, peta lapangan yang tak akurat, diperparah dengan kondisi cuaca yang menyebabkan para penerjun Baret Merah kocar-kacir keluar dari dropped zone. Sejumlah anggota pasukan RPKAD gugur. Ada yang tenggelam di rawa-rawa, ada yang tersangkut pohon.
Pasukan Benny juga harus bertempur dengan Marinir Belanda. Salah satunya, pada 28 Juni 1962. Saat itu, dua perahu motor Marinir Belanda tiba-tiba menyerang pasukan Benny Moerdani yang sedang beristirahat di Sungai Kumbai. Pertempuran jarak dekat pun tak dapat dielakkan.
Menurut buku ‘Benny Moerdani yang Belum Terungkap’, dalam penyergapan itu Benny hampir saja gugur. Tembakan musuh mengenai topi rimbanya. Nasib baik msih berpihak padanya.
2. Dibidik Senjata Snipper Inggris
Ternyata itu bukan kali pertama Benny berhadapan dengan maut. Setidaknya tedapat tiga momen lain dia terjebak antara hidup dan mati di medan pertempuran. Berikut kisahnya:
1. Operasi Naga Papua
Kelak ketika dia resmi menjadi anggota TNI dan ditugaskan di Irian Barat (kini Papua), sekali lagi Benny hampir gugur. Tembakan musuh mengenai topi rimbanya. Jika meleset sedikit saja, bukan tidak mungkin namanya akan tinggal kenangan.
Operasi Naga diluncurkan sebagai perwujudan dari Tri Komando Rakyat (Trikora) yang diumumkan Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961. Ketika itu, Indonesia hendak memperkuat diplomasi dalam perundingan dengan Belanda di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pasukan yang dikerahkan dalam Operasi Naga berasal dari Komando Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pimpinan Letda Inf Soedarto dan Kompi II Batalyon 550/Brawijaya pimpinan Kapten Inf Bambang Soepeno. “Bertindak sebagai Komandan Operasi Naga Mayor Inf Benny Moerdani,” tulis 'Sejarah Angkatan Udara Indonesia (1960-1969) Jilid III' yang diterbitkan Dinas Penerangan Angkatan Udara (hal 95).
Tapi sejarah mencatat, Operasi Naga berakhir kacau-balau. Minimnya data intelijen, medan lapangan yang sulit, peta lapangan yang tak akurat, diperparah dengan kondisi cuaca yang menyebabkan para penerjun Baret Merah kocar-kacir keluar dari dropped zone. Sejumlah anggota pasukan RPKAD gugur. Ada yang tenggelam di rawa-rawa, ada yang tersangkut pohon.
Pasukan Benny juga harus bertempur dengan Marinir Belanda. Salah satunya, pada 28 Juni 1962. Saat itu, dua perahu motor Marinir Belanda tiba-tiba menyerang pasukan Benny Moerdani yang sedang beristirahat di Sungai Kumbai. Pertempuran jarak dekat pun tak dapat dielakkan.
Menurut buku ‘Benny Moerdani yang Belum Terungkap’, dalam penyergapan itu Benny hampir saja gugur. Tembakan musuh mengenai topi rimbanya. Nasib baik msih berpihak padanya.
2. Dibidik Senjata Snipper Inggris