Sakti! Empat Kali Nyaris Mati, Jenderal Berwajah Besi Ini Melesat Jadi Panglima TNI

Minggu, 23 April 2023 - 08:52 WIB
loading...
A A A
Benny kembali ke medan tempur saat terjadi konfrontasi militer Indonesia-Malaysia pada 1964. Kali ini anak dari pasangan RG Moerdani Sosrodirdjo dan Jeanne Roech itu menyusup ke belantara Kalimantan untuk membuka jalur bagi pasukan induk Angkatan Darat (AD) yang akan melakukan penyerbuan ke Malaysia.

Selain menyusuri hutan lebat, Benny juga menyeberangi sungai dengan menggunakan perahu. Tentara yang kelak jadi anak didik Ali Moertopo ini sadar pergerakannya terendus pasukan elite Inggris, Special Air Service (SAS). Ketika menumpang perahu itu, teropong penembak runduk (snipper) SAS mengarah ke Benny.

Namun anehnya, tulis buku tersebut, pasukan SAS tak juga melepaskan tembakan. Mereka terdiam beberapa detik, hingga akhirnya Benny dan pasukannya lolos dari target. Sungguh aneh mengingat kala itu pasukan SAS tinggal melepaskan tembakan. Namun karena tidak dilakukan, akhirnya Benny selamat.

3. Tergantung di Bawah Pesawat

Rekam jejak militer Benny juga diwarnai dengan operasi penumpasan PRRI/Permesta di Sumatera. Pada 17 April 1958, pria bertampang dingin itu menjadi bagian pasukan TNI yang diterjunkan untuk membaskan Padang.

Benny, sang prajurit Baret Merah, berada di perut pesawat C-47 Dakota pagi pukul 06.40 WIB itu. Pada titik yang ditentukan, Benny dkk harus lompat dari pesawat melakukan terjun payung. Hari itu apes. Saat pintu dibuka, angin kencang menerpa membuat pesawat bergoyang. Benny yang sudah di mulut pintu pun melangkah mundur.

Tapi, oleh jump master gerak kaki itu dianggap Benny takut terjun. Tak ayal dia ditendang keluar. Malang betul, kondisi itu membuatnya kaki terbelit tali. Sementara payungnya masih kuncup. Tak ayal Benny tergantung di bawah pesawat. Lututnya berkali-kali terempas bodi pesawat.

Julius Pour dalam 'Benny Tragedi Seorang Loyalis’ menuturkan, dalam kondisi sangat genting itu, tentara yang kenyang asam garam peperangan tersebut langsung mencabut pisau komandonya. Benny memutus tali yang membelit kakinya. “Karena lututnya cedera, dia mendarat tidak sempurna,” kata Julius.

Benny selamat. Berbagai kawah candradimuka pertempuran itu menempanya menjadi prajurit tempur ditakuti dan disegani. Soeharto memercayainya menjadi Asintel Hankam dalam waktu lama. Ketika Jenderal M Jusuf pensiun, Benny Moerdani ditunjuk Pak Harto sebagai Panglima ABRI (28 Maret 1983-27 Februari 1988).

Kendati demikian, akhir kariernya terbilang tragis. Bertahun-tahun menjadi penjaga setia Cendana (istilah lain untuk menyebut Pak Harto), dia disingkirkan. Prajurit yang berperan penting dalam operasi pembebasan sandera pesawat Woyla itu disingkirkan Soeharto dari ring 1.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1796 seconds (0.1#10.140)