Kiai Said Aqil: Belum Ada Lagi Kepala Negara Islam yang Bersikap Wasathiyah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pembina Islam Nusantara Foundation (INF) KH Said Aqil Siroj menilai politik bebas-aktif merupakan kelanjutan dari cara berpikir wasathiyah. Sayangnya, saat ini tidak belum ada lagi pemimpin dunia Islam yang memiliki sikap tersebut, seperti di masa lalu.
"Politik bebas-aktif adalah kelanjutan dari cara pola berpikir wasatiyah, tawasuth. Tapi yang namanya tawasuth itu, membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Harus disertai kecerdasan di atas rata-rata, baru bisa betul-betul berpikir, bertindak, bersikap wasathiyah," kata KH Said dalam Diskusi Strategis INF #3 Politik Bebas Aktif Indonesia Meneguhkan Komitmen Politik Bebas Aktif Indonesia yang disiarkan langsung akun Channel NU, Kamis (13/4/2023).
Kiai Said menyebut tokoh-tokoh di masa lalu yang berpikir wasiyah. Di bidang agama, ada Imam Syafi'i dan Asy'ari. Bidang politik, Indonesia memiliki tokoh Soekarno, yang bisa masuk ke dalam kategori wasathiyah. Namun sekarang, hal itu belum kembali terlihat, setelah masa tokoh-tokoh itu.
"Ilmu agama Imam Syafi'i, Asy'ari, itu wasathiyah. Kalau politik, harus seperti Bung Karno, Sayyidina Umar, harus seperti itu. baru bisa wasathiyah. Yang punya kepribadian, yang punya prinsip," ujarnya.
"Sekarang yang bisa mempertemukan Saudi dan Iran, bukan Mesir bukan Indonesia, (tapi) China. Kita ini malu banget. Sebenarnya, Pak Jokowi atau siapa lah," katanya.
Tokoh-tokoh dunia Islam, jelas dia, saat ini tidak bisa berbuat banyak dalam hal politik bebas-aktif. Selain Indonesia, para kepala negara Islam lainnya pun, seperti Mesir, tidak bisa berbuat banyak.
"Tidak ada kepala negara Islam yang betul-betul punya prinsip, betul-betul bebas-aktif, prinsip wasathiyah, pribadi yang kokoh, yang kuat, yang tegar. Dulu kita bangga dengan beberapa pemimpin, ada Bung Karno, ada Jamal Natsir, awal-awal Saddam Husein. Sekarang tidak satupun yang kita banggakan. Presiden Mesir pun sangat dhoif. Begitu pula yang lain," katanya.
"Politik bebas-aktif adalah kelanjutan dari cara pola berpikir wasatiyah, tawasuth. Tapi yang namanya tawasuth itu, membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Harus disertai kecerdasan di atas rata-rata, baru bisa betul-betul berpikir, bertindak, bersikap wasathiyah," kata KH Said dalam Diskusi Strategis INF #3 Politik Bebas Aktif Indonesia Meneguhkan Komitmen Politik Bebas Aktif Indonesia yang disiarkan langsung akun Channel NU, Kamis (13/4/2023).
Kiai Said menyebut tokoh-tokoh di masa lalu yang berpikir wasiyah. Di bidang agama, ada Imam Syafi'i dan Asy'ari. Bidang politik, Indonesia memiliki tokoh Soekarno, yang bisa masuk ke dalam kategori wasathiyah. Namun sekarang, hal itu belum kembali terlihat, setelah masa tokoh-tokoh itu.
"Ilmu agama Imam Syafi'i, Asy'ari, itu wasathiyah. Kalau politik, harus seperti Bung Karno, Sayyidina Umar, harus seperti itu. baru bisa wasathiyah. Yang punya kepribadian, yang punya prinsip," ujarnya.
"Sekarang yang bisa mempertemukan Saudi dan Iran, bukan Mesir bukan Indonesia, (tapi) China. Kita ini malu banget. Sebenarnya, Pak Jokowi atau siapa lah," katanya.
Tokoh-tokoh dunia Islam, jelas dia, saat ini tidak bisa berbuat banyak dalam hal politik bebas-aktif. Selain Indonesia, para kepala negara Islam lainnya pun, seperti Mesir, tidak bisa berbuat banyak.
"Tidak ada kepala negara Islam yang betul-betul punya prinsip, betul-betul bebas-aktif, prinsip wasathiyah, pribadi yang kokoh, yang kuat, yang tegar. Dulu kita bangga dengan beberapa pemimpin, ada Bung Karno, ada Jamal Natsir, awal-awal Saddam Husein. Sekarang tidak satupun yang kita banggakan. Presiden Mesir pun sangat dhoif. Begitu pula yang lain," katanya.
(abd)