Jaga Momentum Kebangkitan Pariwisata Bali
loading...
A
A
A
KASUS wisatawan mancanegara (wisman) yang kerap berulah saat berlibur ke Bali perlu jadi perhatian serius pemerintah. Harus ada tindakan tegas terhadap setiap wisman nakal agar timbul efek jera. Jika dibiarkan, itu malah bisa menjadi preseden buruk dan mengancam pariwisata Bali ke depan.
Prinsipnya, tidak ada alasan bagi wisman untuk tidak patuh pada aturan hukum dan tata tertib yang berlaku saat mereka berkunjung ke Bali.
Baca Juga: koran-sindo.com
Ulah sejumlah wisman beberapa waktu terakhir ini memang cukup meresahkan. Melalui tayangan video yang beredar luas, banyak di antara wisman yang perilakunya sudah di luar batas toleransi.
Memang benar bahwa sebagai tuan rumah Indonesia harus ramah terhadap wisman dan wajib memperlakukan mereka dengan baik. Namun, tidak berarti wisman lantas bisa berbuat seenaknya dan seolah-olah menganggap Bali sebagai tempat sebebas-bebasnya untuk melanggar aturan.
Ulah tidak terpuji wisman antara lain terjadi pada pekan lalu. Seorang wisman pria yang berboncengan dengan teman perempuannya menerobos iring-iringan upacara Melasti. Saat diberhentikan, dia malah mengamuk dan menantang pecalang untuk adu jotos.
Tidak hanya itu, banyak video lainnya yang memperlihatkan wisman dengan santai melanggar aturan lalu lintas di Bali, misalnya tidak memakai helm dan naik motor sambil memakai headset.
Belum lama ini warga Bali juga dibuat heboh dengan kemunculan mobil Lamborghini dengan pelat palsu bertuliskan DOMOGATSKY yang kerap lalu-lalang di Canggu, Badung, Bali. Mobil tersebut tidak menggunakan nomor pelat standar, melainklan diganti dengan nama pengendaranya. Perilaku seperti ini sungguh mencerminkan keangkuhan dan sikap memandang remeh hukum Indonesia.
Penertiban terhadap wisman nakal tersebut sangat mendesak setidaknya karena tiga alasan. Pertama, untuk menjaga suasana aman masyarakat Bali. Ulah wisman seperti itu telah mengusik ketenangan dan kenyamanan kehidupan masyarakat Pulau Dewata.
Kedua, penertiban akan memberikan kenyamanan kepada wisatawan lain yang berkunjung ke Bali. Wisman yang berperilaku tertib dan patuh terhadap hukum Indonesia serta menghormati adat istiadat Bali tentu jauh lebih banyak jumlahnya dibanding yang berbuat onar. Namun, dampak negatif akibat citra buruk yang dibuat segelintir wisman bisa mengenai wisman lain yang perilakunya baik-baik saja.
Prinsipnya, tidak ada alasan bagi wisman untuk tidak patuh pada aturan hukum dan tata tertib yang berlaku saat mereka berkunjung ke Bali.
Baca Juga: koran-sindo.com
Ulah sejumlah wisman beberapa waktu terakhir ini memang cukup meresahkan. Melalui tayangan video yang beredar luas, banyak di antara wisman yang perilakunya sudah di luar batas toleransi.
Memang benar bahwa sebagai tuan rumah Indonesia harus ramah terhadap wisman dan wajib memperlakukan mereka dengan baik. Namun, tidak berarti wisman lantas bisa berbuat seenaknya dan seolah-olah menganggap Bali sebagai tempat sebebas-bebasnya untuk melanggar aturan.
Ulah tidak terpuji wisman antara lain terjadi pada pekan lalu. Seorang wisman pria yang berboncengan dengan teman perempuannya menerobos iring-iringan upacara Melasti. Saat diberhentikan, dia malah mengamuk dan menantang pecalang untuk adu jotos.
Tidak hanya itu, banyak video lainnya yang memperlihatkan wisman dengan santai melanggar aturan lalu lintas di Bali, misalnya tidak memakai helm dan naik motor sambil memakai headset.
Belum lama ini warga Bali juga dibuat heboh dengan kemunculan mobil Lamborghini dengan pelat palsu bertuliskan DOMOGATSKY yang kerap lalu-lalang di Canggu, Badung, Bali. Mobil tersebut tidak menggunakan nomor pelat standar, melainklan diganti dengan nama pengendaranya. Perilaku seperti ini sungguh mencerminkan keangkuhan dan sikap memandang remeh hukum Indonesia.
Penertiban terhadap wisman nakal tersebut sangat mendesak setidaknya karena tiga alasan. Pertama, untuk menjaga suasana aman masyarakat Bali. Ulah wisman seperti itu telah mengusik ketenangan dan kenyamanan kehidupan masyarakat Pulau Dewata.
Kedua, penertiban akan memberikan kenyamanan kepada wisatawan lain yang berkunjung ke Bali. Wisman yang berperilaku tertib dan patuh terhadap hukum Indonesia serta menghormati adat istiadat Bali tentu jauh lebih banyak jumlahnya dibanding yang berbuat onar. Namun, dampak negatif akibat citra buruk yang dibuat segelintir wisman bisa mengenai wisman lain yang perilakunya baik-baik saja.