Hadir di Universitas Paramadina, Sekjen PDIP Kenalkan Geopolitik Soekarno
loading...
A
A
A
JAKARTA - Doktor Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto hadir di Universitas Paramadina untuk berbicara tentang Diskursus Pemikiran Politik Soekarno dan Relevansi Terhadap Pertahanan Negara, Selasa (21/3/2023).
Turut hadir, Rektor Universitas Paramadina Prof Dr Didik J Rachbini, Pakar Geopolitik Dr Dina Sulaeman, Pakar Politik Internasional Musa Alkadzim MIP, Dosen Universitas Paramadina Dr A Khoirul Umam, serta moderator Zulfan Lindan, politikus senior.
Kehadirannya pun dipuji karena tidak membawa politik praktis tapi yang notabenenya merupakan Sekretaris Jenderal PDIP membawa politik intelektual. “Ini harus didukung. Apa yang dilakukan Bung Hasto ini menarik (ke kampus-kampus),” ujar Pakar Politik Internasional Musa Alkadzim.
“Kalau generasi pendiri bangsa, mereka itu intelektual-intelektual sebelum menjadi politisi dan mereka pemikir dan kuat tradisi intelektualnya, baru terjun ke masyarakat untuk melihat dan mengobservasi langsung empirisnya. Bukan dibalik, bukan mengikuti selera yang ada di masyarakat kemudian bagaimana menguasai mereka," ujarnya.
"Kebanyakan orang terjun duluan enggak tahu, masyarakat suka teriak-teriak, ikut teriak-teriak, populisme. Yang dibangun politik populisme justru merusak agenda besar national character builiding,” sambungnya.
Sekjen PDIP ini pun mengamini bahwa kehadirannya membangun politik intelektual untuk membangun kepemimpinan intelektual. “Maka benar tadi saya datang ke sini bukan untuk berbicara politik praktis, tapi bicara politik yang mencerdaskan kehidupan bangsa politik yang membangun kepemimpinan intelektual bagi Indonesia dan dunia,” jelas dia.
“Karena itulah mempelajari pemikiran geopolitik Soekarno harus disertai dengan pemikiran negarawan yang sangat kuat. Kita tak bisa berpikir partisan,” sambung pria asal Yogyakarta itu.
Karena itu, Hasto meminta mahasiswa rajin membaca buku, sebagaimana para pendiri bangsa, termasuk Soekarno. “Maka bagi teman-teman mahasiswa, mulai hari ini tidak ada hari tanpa membaca buku. Tanpa berdialektika dalam alam pikir. Karena Anda akan punya gambaran tentang masa depan kita, bagaimana kita seharusnya dengan geopolitik Soekarno, kita membangun kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Ini yang harus kita lakukan,” ungkap Hasto.
Dia mengingatkan pemikiran geopolitik Soekarno itu didasarkan pada suatu pemikiran terhadap kemerdekaan Indonesia untuk persaudaraan dunia yang didasarkan pada Pancasila bisa menjadi ideologi dunia. Dimana merombak struktur dan sistem internasional yang anarkis.
Turut hadir, Rektor Universitas Paramadina Prof Dr Didik J Rachbini, Pakar Geopolitik Dr Dina Sulaeman, Pakar Politik Internasional Musa Alkadzim MIP, Dosen Universitas Paramadina Dr A Khoirul Umam, serta moderator Zulfan Lindan, politikus senior.
Kehadirannya pun dipuji karena tidak membawa politik praktis tapi yang notabenenya merupakan Sekretaris Jenderal PDIP membawa politik intelektual. “Ini harus didukung. Apa yang dilakukan Bung Hasto ini menarik (ke kampus-kampus),” ujar Pakar Politik Internasional Musa Alkadzim.
“Kalau generasi pendiri bangsa, mereka itu intelektual-intelektual sebelum menjadi politisi dan mereka pemikir dan kuat tradisi intelektualnya, baru terjun ke masyarakat untuk melihat dan mengobservasi langsung empirisnya. Bukan dibalik, bukan mengikuti selera yang ada di masyarakat kemudian bagaimana menguasai mereka," ujarnya.
"Kebanyakan orang terjun duluan enggak tahu, masyarakat suka teriak-teriak, ikut teriak-teriak, populisme. Yang dibangun politik populisme justru merusak agenda besar national character builiding,” sambungnya.
Sekjen PDIP ini pun mengamini bahwa kehadirannya membangun politik intelektual untuk membangun kepemimpinan intelektual. “Maka benar tadi saya datang ke sini bukan untuk berbicara politik praktis, tapi bicara politik yang mencerdaskan kehidupan bangsa politik yang membangun kepemimpinan intelektual bagi Indonesia dan dunia,” jelas dia.
“Karena itulah mempelajari pemikiran geopolitik Soekarno harus disertai dengan pemikiran negarawan yang sangat kuat. Kita tak bisa berpikir partisan,” sambung pria asal Yogyakarta itu.
Karena itu, Hasto meminta mahasiswa rajin membaca buku, sebagaimana para pendiri bangsa, termasuk Soekarno. “Maka bagi teman-teman mahasiswa, mulai hari ini tidak ada hari tanpa membaca buku. Tanpa berdialektika dalam alam pikir. Karena Anda akan punya gambaran tentang masa depan kita, bagaimana kita seharusnya dengan geopolitik Soekarno, kita membangun kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Ini yang harus kita lakukan,” ungkap Hasto.
Dia mengingatkan pemikiran geopolitik Soekarno itu didasarkan pada suatu pemikiran terhadap kemerdekaan Indonesia untuk persaudaraan dunia yang didasarkan pada Pancasila bisa menjadi ideologi dunia. Dimana merombak struktur dan sistem internasional yang anarkis.