Pahlawan Nasional Lahir Bulan Maret, Nomor 2 Perumus Naskah Proklamasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah pahlawan nasional lahir pada bulan Maret . Di antara mereka ada yang merupakan perumus naskah Proklamasi Republik Indonesia.
Sedikitnya empat pahlawan nasional lahir pada bulan Maret, bulan ketiga kalender Masehi. Para tokoh yang berasal dari berbagai daerah tersebut diberi gelar pahlawan nasional berkat perjuangan dan jasanya membela bangsa dan negara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Siapa saja pahlawan nasional lahir pada bulan Maret? Berikut SINDOnews tampilkan profil singkatnya:
Raden Eddy Martadinata atau lebih dikenal RE Martadinata merupakan pahlawan nasional asal Bandung. Ia seorang laksamana dan diplomat Angkatan Laut. Martadinata lahir pada 29 Maret 1921. Ia memulai pendidikan sekolah dasar di HIS Lahat dan lulus pada 1934.
Martadinata mulai bergabung dengan Angkatan Laut Indonesia pada 1945. Selama berkarier di Angkatan Laut, jabatan yang pernah diembannya adalah Wakil Komandan BKR Laut Jawa Barat, Ajudan Kepala Staf Umum TKR Laut, Menteri/Panglima Angkatan Laut. Ia pernah pula menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Pakistan pada Februari 1966.
Martadinata meninggal dunia dalan kecelakaan helikopter yang menabrak bukit di Riung Gunung saat menjalankan tugas negara pada 6 Oktober 1966. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.
Atas jasanya, pemerintah memberi gelar pahlawan nasional kepada Laksamana Laut RE Martadinata berdasarkan Keputusan Presiden No 190 Tahun 1966.
Panel tokoh Achmad Soebardjo di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Foto/Dok SINDOnews
Achmad Soebardjo adalah sosok pejuang kemerdekaan Indonesia dan pahlawan nasional. Bersama Soekarno dan Hatta, Achmad Soebardjo merumuskan naskah Proklamasi di Rumah Laksamana Maeda sebelum Proklamasi dibacakan pada Jumat, 17 Agustus 1945.
Soebardjo lahir di Karawang 23 Maret 1986. Dia memulai pendidikannya di Europeesche Lagere School. Ketika kuliah, ia aktif memperjuangkan kemerdekaan melalui organisasi. Soebardjo aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) serta Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Saat Indonesia tengah berjuang meraih kemerdekaan, Soebardjo berhasil meyakinkan golongan muda untuk tidak buru-buru memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Tak hanya itu, Soebardjo pun memberi taruhan nyawa bahwa proklamasi Indonesia akan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945.
Soebardjo dilantik menjadi Menteri Luar Negeri periode 1951-1952. Pada 1957-1961, ia dipercaya menjadi Duta Besar Indonesia di Swiss. Achmad Soebardjo meninggal dunia pada 15 Desember 1978. Atas jasanya, pemerintah memberi gelar pahlawan nasional pada 2009.
Pada akhir tahun 1931, ia meninggalkan kampusnya serta memilih untuk kembali ke Indonesia untuk terjun dalam pergerakan nasional. Ia pun segera bergabung dengan PNI Baru pada Juni 1932 sebagai ketua.
Takut akan revolusioner PNI Baru, Belanda menangkap, memenjarakan hingga membuang Syahrir, Hatta serta pimpinan PNI Baru. Setelah tragedi tersebut, Soekarno menunjuk Syahrir menjadi Perdana Menteri untuk melanjutkan Perundingan Lingarjati.
Pada 1948, Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia. Namun, tahun 1962-1965, ia ditangkap serta dipenjarakan hingga mengalami stroke. Syahrir ditangkap karena Partai Sosialis Indonesia terlibat pemberontakan PRRI.
Melalui Keputusan Presiden No 76 Tahun 1966, Sutan Syahrir diberi gelar pahlawan nasional.
Otto Iskandar Dinata lahir di Bojongsoang, 31 Maret 1987. Ia merupakan pahlawan nasional yang dijuluki Si Jalak Harupat. Otto menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Guru Atas. Bandung menjadi tempat Otto mulai aktif di dunia politik.
Pada 1925, Otto terjun ke organisasi Budi Utomo. Dia dipercaya menjadi anggota Dewan Kota Pekalongan mewakili Budi Utomo. Tahun 1942-1945, Otto menjadi pemimpin surat kabar Tjahaja. Kemudian dirinya diangkat menjadi anggota BPUPKI serta PPKI.
Setelah Indonesia merdeka, Otto menjabat sebagai Menteri Negara. Ia bertugas melakukan persiapan pembentukan BKR. Namun hal tersebut menimbulkan ketidakpuasan sehingga Otto menjadi korban penculikan. Dikabarkan, Otto dibunuh serta mayatnya dibuang ke laut dan jasadnya tidak ditemukan.
Pemerintah Indonesia menetapkan 20 Desember 1945 sebagai meninggalnya Otto. Atas jasanya kepada bangsa dan negara, Otto diangkat sebagai pahlawan nasional berdasar Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No 088/TK/Tahun 1973.
Sedikitnya empat pahlawan nasional lahir pada bulan Maret, bulan ketiga kalender Masehi. Para tokoh yang berasal dari berbagai daerah tersebut diberi gelar pahlawan nasional berkat perjuangan dan jasanya membela bangsa dan negara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Siapa saja pahlawan nasional lahir pada bulan Maret? Berikut SINDOnews tampilkan profil singkatnya:
1. RE Martadinata
Raden Eddy Martadinata atau lebih dikenal RE Martadinata merupakan pahlawan nasional asal Bandung. Ia seorang laksamana dan diplomat Angkatan Laut. Martadinata lahir pada 29 Maret 1921. Ia memulai pendidikan sekolah dasar di HIS Lahat dan lulus pada 1934.
Martadinata mulai bergabung dengan Angkatan Laut Indonesia pada 1945. Selama berkarier di Angkatan Laut, jabatan yang pernah diembannya adalah Wakil Komandan BKR Laut Jawa Barat, Ajudan Kepala Staf Umum TKR Laut, Menteri/Panglima Angkatan Laut. Ia pernah pula menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Pakistan pada Februari 1966.
Martadinata meninggal dunia dalan kecelakaan helikopter yang menabrak bukit di Riung Gunung saat menjalankan tugas negara pada 6 Oktober 1966. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.
Atas jasanya, pemerintah memberi gelar pahlawan nasional kepada Laksamana Laut RE Martadinata berdasarkan Keputusan Presiden No 190 Tahun 1966.
2. Achmad Soebardjo
Panel tokoh Achmad Soebardjo di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Foto/Dok SINDOnews
Achmad Soebardjo adalah sosok pejuang kemerdekaan Indonesia dan pahlawan nasional. Bersama Soekarno dan Hatta, Achmad Soebardjo merumuskan naskah Proklamasi di Rumah Laksamana Maeda sebelum Proklamasi dibacakan pada Jumat, 17 Agustus 1945.
Soebardjo lahir di Karawang 23 Maret 1986. Dia memulai pendidikannya di Europeesche Lagere School. Ketika kuliah, ia aktif memperjuangkan kemerdekaan melalui organisasi. Soebardjo aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) serta Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Saat Indonesia tengah berjuang meraih kemerdekaan, Soebardjo berhasil meyakinkan golongan muda untuk tidak buru-buru memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Tak hanya itu, Soebardjo pun memberi taruhan nyawa bahwa proklamasi Indonesia akan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945.
Soebardjo dilantik menjadi Menteri Luar Negeri periode 1951-1952. Pada 1957-1961, ia dipercaya menjadi Duta Besar Indonesia di Swiss. Achmad Soebardjo meninggal dunia pada 15 Desember 1978. Atas jasanya, pemerintah memberi gelar pahlawan nasional pada 2009.
3. Sutan Syahrir
Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909. Ia merupakan Perdana Menteri pertama Indonesia. Syahrir mengenyam pendidikan di ELS dan MULO. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke di Universitas Amsterdam, Belanda.Pada akhir tahun 1931, ia meninggalkan kampusnya serta memilih untuk kembali ke Indonesia untuk terjun dalam pergerakan nasional. Ia pun segera bergabung dengan PNI Baru pada Juni 1932 sebagai ketua.
Takut akan revolusioner PNI Baru, Belanda menangkap, memenjarakan hingga membuang Syahrir, Hatta serta pimpinan PNI Baru. Setelah tragedi tersebut, Soekarno menunjuk Syahrir menjadi Perdana Menteri untuk melanjutkan Perundingan Lingarjati.
Pada 1948, Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia. Namun, tahun 1962-1965, ia ditangkap serta dipenjarakan hingga mengalami stroke. Syahrir ditangkap karena Partai Sosialis Indonesia terlibat pemberontakan PRRI.
Melalui Keputusan Presiden No 76 Tahun 1966, Sutan Syahrir diberi gelar pahlawan nasional.
4. Otto Iskandar Dinata
Otto Iskandar Dinata lahir di Bojongsoang, 31 Maret 1987. Ia merupakan pahlawan nasional yang dijuluki Si Jalak Harupat. Otto menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Guru Atas. Bandung menjadi tempat Otto mulai aktif di dunia politik.
Pada 1925, Otto terjun ke organisasi Budi Utomo. Dia dipercaya menjadi anggota Dewan Kota Pekalongan mewakili Budi Utomo. Tahun 1942-1945, Otto menjadi pemimpin surat kabar Tjahaja. Kemudian dirinya diangkat menjadi anggota BPUPKI serta PPKI.
Setelah Indonesia merdeka, Otto menjabat sebagai Menteri Negara. Ia bertugas melakukan persiapan pembentukan BKR. Namun hal tersebut menimbulkan ketidakpuasan sehingga Otto menjadi korban penculikan. Dikabarkan, Otto dibunuh serta mayatnya dibuang ke laut dan jasadnya tidak ditemukan.
Pemerintah Indonesia menetapkan 20 Desember 1945 sebagai meninggalnya Otto. Atas jasanya kepada bangsa dan negara, Otto diangkat sebagai pahlawan nasional berdasar Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No 088/TK/Tahun 1973.
(zik)