Sepakat dengan Golkar, Pengamat: Pilih Capres yang Mampu Berada di Tengah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pernyataan Ketua DPD Golkar Jawa Timur, M Sarmuji, terkait Calon Presiden ( Capres ) 2024 dinilai merupakan masukan yang baik. Di mana agar memilih pemimpin mampu berada di tengah dan tak menimbulkan polarisasi.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, sosok pemimpin atau capres yang berada di tengah cocok ini bagi kultur Indonesia.
"Maka yang harus ditumbuhkan adalah bagaimana mencari sosok yang ada di tengah ini," kata Ujang, Selasa (28/2/2023).
Ujang menegaskan, pemimpin yang berada di tengah bukan berarti tak peduli dengan kelompok-kelompok tertentu, ketika figur itu sudah menjadi pemimpin, makanya sosok itu harus mengayomi semua kelompok dan golongan.
"Posisi dari pemimpin itu ya harus di tengah. Berdiri di atas semua kelompok dan golongan, itu yang harus didahulukan," ucap pengamat politik dari Universitas Al Azhar ini.
Baca juga: Menebak Komposisi Capres 2024
Menurutnya, dengan sosok figur pemimpin yang berada di tengah maka Indonesia bisa terjaga. Ujang mengingatkan, pengalaman yang melelahkan pada Pemilu 2019.
Ia mengingatkan, akan sangat berisiko jika masyarakat kembali terpecah akibat pemilu. Oleh karena itu ia berharap, polarisasi tidak kembali terulang pada Pemilu 2024. Masyarakat juga diminta menjaga Indonesia ini dengan menjaga persatuan dan kesatuan.
"Caranya dengan mencari sosok pemimpin di tengah siapapun pemimpin itu yang mestinya harus di tengah," ucap Ujang.
Sebelumnya, Ketua DPD Golkar Jawa Timur, M Sarmuji mengimbau agar pemilih memilih pasangan capres dan cawapres yang berada di tengah pada Pilpres 2024.
"Saran saya kepada para pemilih, pilihlah capres yang tak merepresentasikan blok kanan dan blok kiri. Jangan pilih capres yang merepresentasikan kanan yang terlalu, kiri yang terlalu. Pilih yang tengah saja," ujar Sarmuji.
Pernyataan Sarmuji tersebut tercetus saat menjawab pertanyaan bagaimana cara agar politik identitas tidak terulang lagi seperti Pemilu 2019 lalu.
Jika partai politik salah memilih capres, Sarmuji meyakini Pemilu 2024 mendatang suasana politiknya akan sama seperti Pemilu 2019 lalu.
"Di 2024 sebenarnya akan terjadi kelanjutan 2019 kalo parpol-parpol salah pilih calon," ucapnya.
Terkait peluang Golkar pada kontestasi Pemilu 2024, Sarmuji mengatakan pihaknya optimistis akan memenangkan Pemilu dan Pilpres 2024. "Dan kita bisa memenangkannya dengan izin Allah SWT," tutup Sarmuji.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, sosok pemimpin atau capres yang berada di tengah cocok ini bagi kultur Indonesia.
"Maka yang harus ditumbuhkan adalah bagaimana mencari sosok yang ada di tengah ini," kata Ujang, Selasa (28/2/2023).
Ujang menegaskan, pemimpin yang berada di tengah bukan berarti tak peduli dengan kelompok-kelompok tertentu, ketika figur itu sudah menjadi pemimpin, makanya sosok itu harus mengayomi semua kelompok dan golongan.
"Posisi dari pemimpin itu ya harus di tengah. Berdiri di atas semua kelompok dan golongan, itu yang harus didahulukan," ucap pengamat politik dari Universitas Al Azhar ini.
Baca juga: Menebak Komposisi Capres 2024
Menurutnya, dengan sosok figur pemimpin yang berada di tengah maka Indonesia bisa terjaga. Ujang mengingatkan, pengalaman yang melelahkan pada Pemilu 2019.
Ia mengingatkan, akan sangat berisiko jika masyarakat kembali terpecah akibat pemilu. Oleh karena itu ia berharap, polarisasi tidak kembali terulang pada Pemilu 2024. Masyarakat juga diminta menjaga Indonesia ini dengan menjaga persatuan dan kesatuan.
"Caranya dengan mencari sosok pemimpin di tengah siapapun pemimpin itu yang mestinya harus di tengah," ucap Ujang.
Sebelumnya, Ketua DPD Golkar Jawa Timur, M Sarmuji mengimbau agar pemilih memilih pasangan capres dan cawapres yang berada di tengah pada Pilpres 2024.
"Saran saya kepada para pemilih, pilihlah capres yang tak merepresentasikan blok kanan dan blok kiri. Jangan pilih capres yang merepresentasikan kanan yang terlalu, kiri yang terlalu. Pilih yang tengah saja," ujar Sarmuji.
Pernyataan Sarmuji tersebut tercetus saat menjawab pertanyaan bagaimana cara agar politik identitas tidak terulang lagi seperti Pemilu 2019 lalu.
Jika partai politik salah memilih capres, Sarmuji meyakini Pemilu 2024 mendatang suasana politiknya akan sama seperti Pemilu 2019 lalu.
"Di 2024 sebenarnya akan terjadi kelanjutan 2019 kalo parpol-parpol salah pilih calon," ucapnya.
Terkait peluang Golkar pada kontestasi Pemilu 2024, Sarmuji mengatakan pihaknya optimistis akan memenangkan Pemilu dan Pilpres 2024. "Dan kita bisa memenangkannya dengan izin Allah SWT," tutup Sarmuji.
(maf)