Lewat Pariwisata, Perhimpunan Inti Kenalkan Budaya Tionghoa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) DKI Jakarta berupaya membuat perpustakaan budaya berbasis digital. Hal itu dilakukan untuk mengikuti perkembangan zaman yang sudah serba digital.
Koordinator Bidang Seni dan Budaya DKI Jakarta Andre Hutama mengakui dalam prosesnya pembuatan perpustakaan digital bukan tanpa hambatan. Menurutnya, hambatan yang utama terkait minimnya literasi tentang Tionghoa.
"Hambatan pertama minimnya literasi, jadi kita harus akui bahwa beberapa puluh tahun terakhir ini kan informasi tentang ke-Tionghoaan agak terbatas," kata Andre dalam Podcast Aksi Nyata Perindo bertajuk 'Apakah Semua Budaya Masih Sakral di Era Modern dan Digital', Sabtu (18/2/2023).
Ia menyebutkan, literasi ke-Tionghoaan mulai aktif kembali sejak zaman reformasi. Hal itu terus berlanjut hingga zaman industri 4.0.
"Ini harus kita manfaatkan dengan baik, kita susun lagi literasi sehingga menjadi informasi yang bisa diakses semua orang," ujarnya.
Ia melanjutkan, keterbatasan literasi beberapa puluh tahun tersebut akhir-akhir ini sudah bisa teratasi.
Andre melanjutkan, upaya memberi literasi ke-Tionghoaan kepada masyarakat juga ia kembangkan melalui wisata. Hal itu ia kembangkan melalui Kampung Wisata Pecinan, Glodok.
"Kita melihat di sini ada suatu keterkaitan antara pariwisata dan budaya serta seni tersebut," ujarnya.
Ia menyebutkan, pengemasan yang menarik antara wisata seni dan budaya akan lebih menarik minat masyarakat terhadap seni dan budaya ke-Tionghoaan.
Koordinator Bidang Seni dan Budaya DKI Jakarta Andre Hutama mengakui dalam prosesnya pembuatan perpustakaan digital bukan tanpa hambatan. Menurutnya, hambatan yang utama terkait minimnya literasi tentang Tionghoa.
"Hambatan pertama minimnya literasi, jadi kita harus akui bahwa beberapa puluh tahun terakhir ini kan informasi tentang ke-Tionghoaan agak terbatas," kata Andre dalam Podcast Aksi Nyata Perindo bertajuk 'Apakah Semua Budaya Masih Sakral di Era Modern dan Digital', Sabtu (18/2/2023).
Ia menyebutkan, literasi ke-Tionghoaan mulai aktif kembali sejak zaman reformasi. Hal itu terus berlanjut hingga zaman industri 4.0.
"Ini harus kita manfaatkan dengan baik, kita susun lagi literasi sehingga menjadi informasi yang bisa diakses semua orang," ujarnya.
Ia melanjutkan, keterbatasan literasi beberapa puluh tahun tersebut akhir-akhir ini sudah bisa teratasi.
Andre melanjutkan, upaya memberi literasi ke-Tionghoaan kepada masyarakat juga ia kembangkan melalui wisata. Hal itu ia kembangkan melalui Kampung Wisata Pecinan, Glodok.
"Kita melihat di sini ada suatu keterkaitan antara pariwisata dan budaya serta seni tersebut," ujarnya.
Ia menyebutkan, pengemasan yang menarik antara wisata seni dan budaya akan lebih menarik minat masyarakat terhadap seni dan budaya ke-Tionghoaan.
(muh)