Rasmus Paludan Bakar Al-Qur'an, PAN: Tidak Bermoral, Cerminan Sikap Intoleran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) mengecam keras atas tindakan politikus Rasmus Paludan yang menebarkan kebencian terhadap umat Islam dengan mengatasnamakan kebebasan demokrasi, dengan membakar Al-Qur’an. Hal itu adalah tindakan yang tidak bermoral, tidak etis, dan melanggar HAM.
Menurut Juru Bicara DPP PAN Viva Yoga Mauladi , sikap kebencian dan anti-Islam dengan mengatasnamakan kebebasan pribadi di ruang demokrasi adalah pemikiran yang sesat. "Kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam hidup berdemokrasi haruslah berlandaskan pada nilai etis dan kemanusiaan. Hal ini kemudian akan melahirkan sikap bertanggung jawab," ujar Yoga kepada SINDOnews, Selasa (31/1/2023).
Yoga menambahkan, tindakan Rasmus Paludan itu cerminan sikap intoleran, antipluralitas, antikemanusiaan, yang nilai-nilai tersebut justru bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi. "Sosok Rasmus bukan kali pertama yang membakar kitab suci Al-Qur’an. Sebelumnya telah banyak yang melakukan kebencian dengan membakar kitab suci," ujarnya.
Presidium Majelis Nasional KAHMI 2012-2022 ini mengatakan, jika ada protes atau unjuk rasa atas sikap barbarian Rasmus Paludan, itu hal yang wajar saja. "Tapi lakukan dengan tertib, menjaga moralitas dan etika. Mari kita tunjukkan bahwa umat Islam Indonesia adalah masyarakat yang inklusif, rasional, moderat, menghargai nilai kemanusiaan dan kemajemukan."
Menurut Yoga, suasana toleransi antarumat beragama di Indonesia harus terus kita jaga dengan baik karena demokrasi Pancasila dilandasi oleh nilai-nilai religiositas sehingga membentuk masyarakat yang religius. "Ini menjadi modal dasar dalam memperkuat persatuan nasional dan mempertebal kohesivitas sosial," pungkasnya.️
Menurut Juru Bicara DPP PAN Viva Yoga Mauladi , sikap kebencian dan anti-Islam dengan mengatasnamakan kebebasan pribadi di ruang demokrasi adalah pemikiran yang sesat. "Kebebasan berpendapat dan berekspresi dalam hidup berdemokrasi haruslah berlandaskan pada nilai etis dan kemanusiaan. Hal ini kemudian akan melahirkan sikap bertanggung jawab," ujar Yoga kepada SINDOnews, Selasa (31/1/2023).
Yoga menambahkan, tindakan Rasmus Paludan itu cerminan sikap intoleran, antipluralitas, antikemanusiaan, yang nilai-nilai tersebut justru bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi. "Sosok Rasmus bukan kali pertama yang membakar kitab suci Al-Qur’an. Sebelumnya telah banyak yang melakukan kebencian dengan membakar kitab suci," ujarnya.
Presidium Majelis Nasional KAHMI 2012-2022 ini mengatakan, jika ada protes atau unjuk rasa atas sikap barbarian Rasmus Paludan, itu hal yang wajar saja. "Tapi lakukan dengan tertib, menjaga moralitas dan etika. Mari kita tunjukkan bahwa umat Islam Indonesia adalah masyarakat yang inklusif, rasional, moderat, menghargai nilai kemanusiaan dan kemajemukan."
Menurut Yoga, suasana toleransi antarumat beragama di Indonesia harus terus kita jaga dengan baik karena demokrasi Pancasila dilandasi oleh nilai-nilai religiositas sehingga membentuk masyarakat yang religius. "Ini menjadi modal dasar dalam memperkuat persatuan nasional dan mempertebal kohesivitas sosial," pungkasnya.️
(zik)