PVMBG Catat Gunung Semeru Alami 56 Kali Erupsi Eksplosif Sejak 1818
Rabu, 07 Desember 2022 - 13:23 WIB
JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat Gunung Semeru telah mengalami 56 kali erupsi eksplosif sejak 1818.
“Bahwa ini Gunung Semeru adalah Gunung Api tertinggi di Jawa dan juga aktivitasnya juga tertinggi di Jawa. Ada 56 erupsi eksplosif 1818,” ungkap Koordinator Gunung Api PVMBG Oktory Prambada saat Konferensi Pers Badan Geologi: Perkembangan Aktivitas Semeru, Rabu (7/12/2022).
Oktory mengatakan interval letusan Gunung Semeru 1 hingga 20 tahunan. Bahkan, kondisi saat ini bisa lebih pendek. “Erupsi Gunung Semeru itu bisa terjadi beberapa kali kejadian sehari, rata-rata 10 sampai 40 kejadian sehari,” ungkap Oktory.
Oktory mengungkapkan potensi awan panas guguran yang harus diwaspadai karena mengancam keselamatan masyarakat sekitar. “Kemudian, potensi yang mengancam di sini juga adalah kolom abu kemudian awan panas guguran,” katanya.
Oktory menyebut erupsi dengan awan panas guguran Gunung Semeru berbeda. “Erupsi adalah naiknya dinamika magma ke permukaan sehingga mengakibatkan letusan. Sedangkan awan panas guguran di sini adalah longsornya magma abu vulkanik yang terakumulasi karena letusan-letusan yang terjadi setiap hari tersebut. Jadi erupsi dan awan panas guguran itu merupakan proses mekanisme yang berbeda,” paparnya.
“Bahwa ini Gunung Semeru adalah Gunung Api tertinggi di Jawa dan juga aktivitasnya juga tertinggi di Jawa. Ada 56 erupsi eksplosif 1818,” ungkap Koordinator Gunung Api PVMBG Oktory Prambada saat Konferensi Pers Badan Geologi: Perkembangan Aktivitas Semeru, Rabu (7/12/2022).
Oktory mengatakan interval letusan Gunung Semeru 1 hingga 20 tahunan. Bahkan, kondisi saat ini bisa lebih pendek. “Erupsi Gunung Semeru itu bisa terjadi beberapa kali kejadian sehari, rata-rata 10 sampai 40 kejadian sehari,” ungkap Oktory.
Oktory mengungkapkan potensi awan panas guguran yang harus diwaspadai karena mengancam keselamatan masyarakat sekitar. “Kemudian, potensi yang mengancam di sini juga adalah kolom abu kemudian awan panas guguran,” katanya.
Baca Juga
Oktory menyebut erupsi dengan awan panas guguran Gunung Semeru berbeda. “Erupsi adalah naiknya dinamika magma ke permukaan sehingga mengakibatkan letusan. Sedangkan awan panas guguran di sini adalah longsornya magma abu vulkanik yang terakumulasi karena letusan-letusan yang terjadi setiap hari tersebut. Jadi erupsi dan awan panas guguran itu merupakan proses mekanisme yang berbeda,” paparnya.
(cip)
tulis komentar anda