Cara Halus Soeharto Tolak 3 Letjen Jadi Panglima TNI, Malah Pilih Jenderal Bintang 2
Senin, 28 November 2022 - 13:11 WIB
Ketika memutuskan Benny sebagai Panglima ABRI, Soeharto menggunakan caranya yang sangat khas. Kalem dan halus. Maksudnya, Soeharto tak langsung menyebut nama Benny sebagai penerus Jusuf, melainkan dengan kode tertentu.
Saat disodorkan tiga nama jenderal bintang tiga itu oleh Mabes TNI, Soeharto justru bertanya.
“Benny ada di mana sekarang?” tanya Pak Harto dikisahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam buku biografinya “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”, dikutip Senin (28/11/2022).
Pertanyaan Soeharto itu jelas sebuah sinyal. Menurut Prabowo, tidak mungkin Pak Harto tidak tahu di mana Benny Moerdani berada. Untuk diketahui, saat itu Benny menjabat Asintel Hankam. Serdadu didikan tokoh intelijen Ali Moertopo itu menjabat Asintel dalam waktu lama.
Persoalannya, Benny Moerdani kala itu masih mayjen. Lazimnya, Panglima TNI diambil dari jenderal bintang empat dari kepala staf angkatan atau jenderal bintang tiga sehingga promosi ke bintang empat. Mabes TNI pun menanyakan soal ini. Soeharto menjawab enteng.
“Ya sudah, jadikan saja Benny letjen segera,” titah Soeharto, ditulis Prabowo.
Di era Orde Baru, siapa berani melawan Soeharto? Begitu mendengar pernyataan itu, Benny pun tak lama naik pangkat menjadi letjen. Tak lama, jenderal telik sandi kelahiran Blora, Jawa Tengah itu akhirnya ditunjuk sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal Jusuf.
Dalam pandangan Prabowo, keputusan Pak Harto mengangkat Benny menunjukkan Presiden ke-2 RI tersebut tidak lupa pada orang yang berjasa bagi negara. Siapa pun tahu, Benny merupakan perwira Baret Merah yang menjadi komandan salah satu tim Operasi Naga untuk membebaskan Irian Barat (kini Papua).
Pak Harto, kata Prabowo, seorang panglima perang. Karena itu dia menilai orang tidak dari riwayat hidup formal, jabatan atau gelar-gelar akademis tertentu, tapi dengan prestasi lapangan. Bagi Pak Harto, orang yang siap mati ke daerah operasi (dikenal dengan istilah one way ticket di kalangan TNI) merupakan pribadi-pribadi khusus. Faktor itu lah yang dinilai menjadi alasan jenderal besar itu memilih Benny sebagai Panglima ABRI.
Benny Moerdani menjabat sebagai Panglima pada kurun waktu 28 Maret 1983 hingga 27 Februari 1988. Sudah jelas ketika itu dia termasuk jenderal yang dilabeli ‘Orang Soeharto’ karena kesetiaannya.
Saat disodorkan tiga nama jenderal bintang tiga itu oleh Mabes TNI, Soeharto justru bertanya.
“Benny ada di mana sekarang?” tanya Pak Harto dikisahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam buku biografinya “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”, dikutip Senin (28/11/2022).
Pertanyaan Soeharto itu jelas sebuah sinyal. Menurut Prabowo, tidak mungkin Pak Harto tidak tahu di mana Benny Moerdani berada. Untuk diketahui, saat itu Benny menjabat Asintel Hankam. Serdadu didikan tokoh intelijen Ali Moertopo itu menjabat Asintel dalam waktu lama.
Persoalannya, Benny Moerdani kala itu masih mayjen. Lazimnya, Panglima TNI diambil dari jenderal bintang empat dari kepala staf angkatan atau jenderal bintang tiga sehingga promosi ke bintang empat. Mabes TNI pun menanyakan soal ini. Soeharto menjawab enteng.
“Ya sudah, jadikan saja Benny letjen segera,” titah Soeharto, ditulis Prabowo.
Di era Orde Baru, siapa berani melawan Soeharto? Begitu mendengar pernyataan itu, Benny pun tak lama naik pangkat menjadi letjen. Tak lama, jenderal telik sandi kelahiran Blora, Jawa Tengah itu akhirnya ditunjuk sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal Jusuf.
Dalam pandangan Prabowo, keputusan Pak Harto mengangkat Benny menunjukkan Presiden ke-2 RI tersebut tidak lupa pada orang yang berjasa bagi negara. Siapa pun tahu, Benny merupakan perwira Baret Merah yang menjadi komandan salah satu tim Operasi Naga untuk membebaskan Irian Barat (kini Papua).
Pak Harto, kata Prabowo, seorang panglima perang. Karena itu dia menilai orang tidak dari riwayat hidup formal, jabatan atau gelar-gelar akademis tertentu, tapi dengan prestasi lapangan. Bagi Pak Harto, orang yang siap mati ke daerah operasi (dikenal dengan istilah one way ticket di kalangan TNI) merupakan pribadi-pribadi khusus. Faktor itu lah yang dinilai menjadi alasan jenderal besar itu memilih Benny sebagai Panglima ABRI.
Benny Moerdani menjabat sebagai Panglima pada kurun waktu 28 Maret 1983 hingga 27 Februari 1988. Sudah jelas ketika itu dia termasuk jenderal yang dilabeli ‘Orang Soeharto’ karena kesetiaannya.
tulis komentar anda